Masalah Saraf dan Otak

Kejang

dr. Marsita Ayu Lestari, 03 Nov 2023

Ditinjau Oleh

Kejang adalah perubahan kondisi tubuh secara mendadak akibat gangguan aktivitas listrik di otak. Gejalanya berupa tatapan kosong atau sentakan tubuh secara tiba-tiba.

Kejang

Kejang

Dokter spesialis

kolaborasi antarmultidisiplin kedokteran bergantung pada kondisi kesehatan dan penyebab: dokter umum, dokter spesialis saraf, dokter spesialis bedah saraf, dan spesialis terkait lainnya

Gejala

penurunan kesadaran, kebingungan, tatapan kosong selama beberapa detik, seluruh tubuh kaku, kelojotan, badan berkedut, mencium bau yang tidak enak, mengecap bibir, mual, perubahan suasana hati, kesemutan, mengompol

Faktor Risiko

masalah kesehatan pada otak (epilepsi, stroke, cedera kepala, tumor, keganasan otak, meningitis, ensefalitis, cerebral palsy), masalah kesehatan lainnya (lupus, demam, hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia, hipoglikemia, infeksi HIV, gagal ginjal, gagal hati), masalah kesehatan ibu selama kehamilan atau persalinan (hipertensi, eklampsia), masalah bayi baru lahir (oksigen tubuh yang rendah, berat badan lahir yang rendah), stres emosional, kurang tidur, penyalahgunaan obat-obat terlarang, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, putus zat setelah mengonsumsi alkohol dalam waktu lama (alcohol withdrawal syndrome)

Cara diagnosis

wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Pengobatan

bergantung pada usia, kondisi kesehatan, dan penyebab; obat, pembedahan, edukasi

Obat

bergantung pada usia, kondisi kesehatan, dan penyebab; obat anti kejang, antiepilepsi untuk epilepsi, infus dextrose untuk hipoglikemia

Komplikasi

pneumonia aspirasi, kerusakan otak permanen, status epileptikus, cedera kepala akibat terjatuh, kematian mendadak (sudden unexplained death in epilepsy), depresi, edema paru pada eklampsia

Kapan harus ke dokter?

bila menemukan seseorang yang mengalami kejang, maka segera lakukan pertolongan pertama sambil menghubungi layanan gawat darurat atau membawa penderita ke instalasi gawat darurat

Pengertian Kejang

Kejang adalah perubahan kondisi tubuh secara mendadak akibat gangguan aktivitas listrik di otak. Perubahan kondisi ini meliputi penurunan tingkat kesadaran, perubahan perilaku, perasaan, atau ingatan. 

Banyak yang beranggapan bahwa kejang ditunjukkan dengan sentakan tubuh secara tiba-tiba dan tidak terkendali. Padahal, ciri-cirinya tidak hanya itu saja. Tatapan kosong selama beberapa detik (bengong) juga bisa menjadi gejala kejang. 

Kemunculan gejala tersebut bergantung pada bagian otak yang terdampak. Secara umum, kejang berlangsung antara 30 detik hingga 2 menit. Bila berlangsung lebih dari 5 menit, maka kejang termasuk kondisi gawat darurat yang segera membutuhkan pertolongan medis.

Artikel Lainnya: Anak Sering Bengong, Perlukah Khawatir?

Jenis Kejang

Secara umum, jenis kejang dibagi menjadi beberapa macam, seperti:

1. Kejang Umum

Kejang umum (generalized seizure) adalah kejang akibat gangguan aktivitas listrik yang melibatkan seluruh bagian otak. Kejang umum dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

  • Kejang atonik ditandai dengan otot tiba-tiba lemas, serangan jatuh, dan pingsan
  • Kejang absans (petit mal) ditandai dengan tatapan kosong singkat hingga hilang kesadaran
  • Kejang tonik-klonik (grand mal seizure) ditandai dengan tubuh yang kaku, gerakan menghentak, menggigit lidah, dan hilang kesadaran
  • Kejang mioklonik ditandai dengan otot lengan tangan maupun kaki menyentak secara tiba-tiba tanpa kehilangan kesadaran
  • Kejang tonik ditandai dengan tubuh yang kaku, terutama pada tangan, kaki, dan punggung

2. Kejang Fokal 

Kejang fokal (parsial) adalah kejang akibat gangguan aktivitas listrik yang melibatkan sebagian otak. Kejang fokal dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

  • Kejang parsial sederhana terjadi ketika penderita mengingat kejadian kejang, misalnya mengalami perubahan emosi
  • Kejang parsial kompleks terjadi ketika penderita tidak mengingat kejadian kejang, misalnya hentakan tubuh berulang

Penyebab Kejang

Sel-sel saraf di otak berkomunikasi melalui aktivitas listrik dengan bantuan neurotransmitter, yakni glutamat dan gamma aminobutyric acid (GABA). Neurotransmitter iniberfungsi sebagai pembawa pesan kimiawi di otak.

Adanya gangguan aktivitas listrik bisa memengaruhi keseimbangan neurotransmitter yang pada akhirnya bisa menjadi penyebab kejang. 

Aktivitas listrik abnormal di otak ini bisa tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), berhubungan dengan genetik maupun faktor lain yang didapat. 

Faktor Risiko Kejang

Berikut beberapa faktor yang membuat seseorang rentan mengalami kejang:

  • Masalah kesehatan pada otak, seperti epilepsi, stroke, cedera kepala berat, tumor, keganasan otak, meningitis, ensefalitis, dan cerebral palsy
  • Masalah kesehatan lainnya, seperti lupus, demam kejang, hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia, hipoglikemia, infeksi HIV (human immunodeficiency virus), gagal ginjal, dan gagal hati
  • Masalah kesehatan ibu selama kehamilan atau persalinan, seperti hipertensi dan eklampsia
  • Masalah bayi baru lahir, seperti asfiksia (oksigen tubuh yang rendah) dan berat badan lahir yang rendah
  • Stres emosional
  • Kurang tidur
  • Penyalahgunaan obat-obat terlarang 
  • Keracunan alkohol
  • Putus zat setelah mengonsumsi alkohol dalam waktu lama (alcohol withdrawal syndrome)
  • Tersengat listrik dalam jumlah besar

Gejala Kejang

Gejala kejang bervariasi bergantung pada bagian otak yang terdampak. Secara umum, berikut gejala kejang yang dapat terjadi:

  • Penurunan kesadaran
  • Kebingungan
  • Tatapan kosong ke satu arah selama beberapa detik
  • Seluruh tubuh kaku sehingga bisa menyebabkan seseorang terjatuh
  • Kelojotan (gerakan tubuh berulang secara tiba-tiba)
  • Badan berkedut
  • Napas terhenti sementara
  • Mencium bau yang tidak enak
  • Mulut berbusa atau mengeluarkan air liur
  • Mengecap bibir
  • Gangguan pendengaran
  • Pusing dapat menyebabkan mual
  • Perubahan suasana hati
  • Kesulitan berbicara
  • Perubahan suasana hati
  • Kesemutan
  • Mengompol

Artikel Lainnya: Orang Tua Harus Tahu Perbedaan Kejang Demam dan Epilepsi pada Anak

Diagnosis Kejang

Kondisi dan penyebab kejang akan ditentukan oleh dokter melalui beberapa tahap pemeriksaan, seperti:

1. Wawancara Medis

Dokter akan menanyakan bentuk, lama, kondisi sebelum, selama, dan sesudah kejang. Di samping itu, dokter juga menanyakan faktor pencetus, riwayat penyakit dan pengobatan penderita, dan faktor risiko lainnya.

2. Pemeriksaan Medis

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai kesadaran, keadaan umum, dan tanda-tanda vital. Dokter juga melakukan pemeriksaan neurologis untuk menilai fungsi persarafan.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ini direkomendasikan menurut hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Berikut pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan:

  • Tes darah untuk menilai kadar gula darah yang rendah, infeksi, dan gangguan elektrolit
  • Tes urine untuk menilai kadar protein pada kejang yang diduga preeklampsia
  • Elektroensefalografi (EEG) untuk menilai gelombang aktivitas listrik di otak
  • Pemeriksaan pencitraan, seperti CT scan, MRI, PET (positron emission tomography), atau SPECT (single-photon emission computerized tomography) untuk menilai kondisi otak yang terdampak
  • Tes pungsi lumbal untuk menilai infeksi otak melalui sampel cairan serebrospinal (cairan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang)

Pengobatan Kejang

Cara mengatasi kejang disesuaikan dengan penyebab yang mendasari dan keparahannya. Berikut yang bisa kamu lakukan sebagai penderita, maupun ketika melihat ada orang yang mengalami kejang.

1. Pertolongan Pertama Kejang

Berikut pertolongan pertama yang dapat dilakukan ketika melihat seseorang yang kejang:

  • Baringkan penderita di tempat yang aman
  • Miringkan tubuh penderita
  • Jauhkan penderita dari benda berbahaya
  • Tidak menghentikan gerakan penderita
  • Meletakkan sesuatu yang lembut dan datar di bawah kepala penderita
  • Melonggarkan pakaian, terutama di sekitar leher
  • Tidak memasukkan benda ke dalam mulut penderita
  • Nilai lama kejang dan segera hubungi layanan gawat darurat terdekat, misalnya 119

2. Mengonsumsi obat atau operasi

Cara mengobati kejang meliputi obat yang diresepkan oleh dokter, pembedahan, dan edukasi. Pilihan pengobatan akan didiskusikan oleh dokter bersama penderita atau keluarga. Berikut metode pengobatan kejang yang direkomendasikan dokter:

  • Obat antikejang yang diresepkan oleh dokter, seperti diazepam dan lorazepam
  • Obat antiepilepsi seperti asam valproatethosuximide, dan lamotrigin untuk mengatasi kejang pada epilepsi
  • Infus dextrose untuk mengatasi kejang pada kadar gula darah yang rendah
  • Tindakan operasi seperti bedah reseksi atau hemisferektomi untuk mengangkat area otak yang terdampak. Biasanya tindakan ini dilakukan oleh dokter spesialis bedah saraf.

Dokter nantinya juga akan memberikan edukasi pada penderita dan keluarga tentang aturan mengonsumsi obat, lama terapi, dan kemungkinan efek samping. Selain itu, edukasi untuk mengenali pemicu, jadwal kontrol, dan menerapkan perilaku hidup sehat, contohnya diet ketogenik jika kejang disebabkan oleh epilepsi

Secara umum, penanganan kejang melibatkan kolaborasi antarmultidisiplin kedokteran, seperti dokter umum di instalasi gawat darurat, dokter spesialis saraf, dokter spesialis bedah saraf, dan spesialis terkait. Terapi kejang bergantung pada usia, kondisi kesehatan penderita, dan penyebab yang mendasari.

Artikel Lainnya: Sering Kejang Saat Demam Bisa Berdampak Turunkan Kecerdasan Anak?

Pencegahan Kejang

Kejang merupakan kondisi yang sulit dicegah sepenuhnya. Pengendalian penyebab dan faktor risiko adalah upaya mengurangi risiko kejang. Berikut langkah-langkah yang dapat diterapkan:

  • Tidak melakukan hubungan seksual yang berisiko sebagai upaya pencegahan infeksi HIV
  • Rutin pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) ke dokter sebagai upaya mencegah hipertensi kehamilan dan eklampsia
  • Bagi penderita epilepsi, lupus, diabetes melitus dengan risiko hipoglikemia, dan masalah kesehatan terkait kejang, sebaiknya mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter dan melakukan kontrol rutin
  • Tidak merokok atau menghindari paparan asap rokok
  • Tidak menggunakan obat-obat terlarang atau alkohol
  • Mengelola stres emosional secara tepat
  • Tidur yang cukup
  • Bila anak mengalami demam, maka periksakan ke dokter
  • Memeriksakan diri secara berkala ke dokter atau menjalani medical check up.
  • Memakai alat pelindung diri yang baku seperti helm ketika berkendara bermotor sebagai upaya mencegah cedera kepala

Komplikasi Kejang

Berikut komplikasi kejang yang dapat terjadi:

  • Pneumonia aspirasi
  • Kerusakan otak permanen
  • Status epileptikus
  • Cedera kepala akibat terjatuh
  • Kematian mendadak (sudden unexplained death in epilepsy
  • Depresi
  • Edema paru pada eklampsia 

Kapan Harus ke Dokter?

Bila kamu menemukan seseorang yang mengalami kejang, maka segera lakukan pertolongan pertama sambil menghubungi layanan gawat darurat atau membawa penderita ke instalasi gawat darurat.

Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi kejang, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter dan manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.

(APR)

  • Sugerman DT. Seizures. JAMA. 2013. 
  • Huff JS. Seizures. Emergency Medical Services: Clinical Practice and Systems Oversight. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430765/ Diakses 18 Oktober 2023.
  • Stafstrom CE, Carmant L. Seizures and epilepsy: an overview for neuroscientists. Cold Spring Harbor perspectives in medicine. 2015.
  • Yang L, Wang Y, Chen X, Zhang C, Chen J, Cheng H, Zhang L. Risk factors for epilepsy: A national cross-sectional study from National Health and Nutrition Examination Survey 2013 to 2018. 
  • Jang Y, Kim DW, Yang KI, Byun JI, Seo JG, No YJ, Kang KW, Kim D, Kim KT, Cho YW, Lee ST. Clinical approach to autoimmune epilepsy. Journal of Clinical Neurology (Seoul, Korea). 2020.
  • Aliasgharpour M, Nayeri ND, Yadegary MA, Haghani H. Effects of an educational program on self-management in patients with epilepsy. Seizure. 2013.
  • Vasan S, Olango GJ. Amphetamine toxicity. StatPearls [Internet]. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470276/ Diakses 11 Oktober 2023.
  • American Association of Neurological Surgeons. Epilepsy. https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Epilepsy Diakses 18 Oktober 2023.
  • Gnanavel S. Epilepsy and depression: a bidirectional relationship. Journal of Neurosciences in Rural Practice. 2017. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5602262/?report=reader Diakses 18 Oktober 2023.
  • Schachter SC. Evaluation and management of the first seizure in adults. UpToDate. 2022. https://www.uptodate.com/contents/evaluation-and-management-of-the-first-seizure-in-adults Diakses 18 Oktober 2023.
  • Yarram A, Seifi A, Eslami V. Seizures With Major Comorbidity and Complications: Association of the Teaching Status of the Hospitals With the Outcomes. Journal of Neurology Research. 2020.
  • UK NG. Evidence review: Modifiable risk factors for a second seizure. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK581141/ Diakses 18 Oktober 2023.
  • England MJ, Liverman CT, Schultz AM, Strawbridge LM, Institute of Medicine (US) Committee on the Public Health Dimensions of the Epilepsies. Educating people with epilepsy and their families. InEpilepsy Across the Spectrum: Promoting Health and Understanding 2012. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK100608/ Diakses 18 Oktober 2023.
  • Laskowska M. Eclampsia: A critical pregnancy complication demanding enhanced maternal care: A review. Medical Science Monitor: International Medical Journal of Experimental and Clinical Research. 2023.