Kesehatan Anak

Anak Sering Bengong, Perlukah Khawatir?

dr. Devia Irine Putri, 30 Mei 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Semua orang tua inginnya anak tampak ceria, tetapi karakter anak bisa berbeda-beda. Jika si Kecil sering bengong, apakah hal ini perlu dikhawatirkan?

Anak Sering Bengong, Perlukah Khawatir?

Pernah mendapati anak Anda melamun saat beraktivitas? Atau gurunya mengadukan anak Anda sering bengong saat pelajaran? 

Melamun bisa terjadi pada anak-anak akibat adanya pengalihan dalam pikiran mereka, dan ini normal serta tak perlu dikhawatirkan. 

Orang tua kerap kali merasa risih jika melihat anak sering melamun dan langsung dikaitkan dengan tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Padahal, belum tentu demikian. 

Namun, sering bengong bisa juga menandakan adanya kelainan atau penyakit. Untuk lebih jelasnya, mari simak apa saja penyebab anak sering melamun sehingga Anda tahu kapan harus khawatir dan bisa menentukan langkah selanjutnya.

Anak Sering Bengong: Bisa Normal, Bisa Juga Harus Diwaspadai

Kapan bengong pada anak masih dianggap normal? Bengong bisa terjadi pada anak yang masih kecil (batita) atau anak yang berusia lebih besar (anak usia sekolah). 

Pada batita, bermenung sering terjadi dan ini masih merupakan hal yang wajar. 

Lamunan tersebut merupakan waktu peralihan antara satu stimulasi dengan stimulasi lainnya, atau antara satu suasana dengan suasana lainnya. Ini karena otak batita memerlukan waktu untuk memproses dua hal yang berbeda.

Pada usia sekolah, anak juga bisa melamun saat sedang berpikir, misalnya saat mengerjakan tugas atau ujian. 

Memandang kosong ke arah tertentu merupakan cara bagi anak untuk mengumpulkan kembali memori dari pelajaran yang telah ia terima sebelumnya, sehingga dapat membantunya menjawab pertanyaan dengan benar. 

Artikel lainnya: Sering Bengong Bisa Jadi Tanda Epilepsi, Lho!

Penyebab Anak Sering Melamun yang Perlu Diwaspadai

Nah, apabila Anda sering melihat anak melamun serta didukung oleh laporan dari guru atau pengasuhnya, ada beberapa kemungkinan penyebab yang perlu diwaspadai. 

1. Anemia Akibat Kekurangan Zat Besi

Jika anak Anda sering bengong dan disertai dengan gejala pucat, waspadalah terhadap kemungkinan anemia. 

Anemia pada anak paling sering terjadi akibat kekurangan zat besi. Selain untuk membentuk sel darah merah, zat besi juga sangat penting untuk perkembangan otak dan kecerdasan anak. 

Kekurangan zat besi bisa menyebabkan IQ rendah, sehingga anak akan sering melamun dan lambat dalam berpikir.

Suplementasi zat besi dan diet tinggi zat besi yang sesuai dengan anjuran dokter merupakan kunci untuk mengatasi anemia akibat kekurangan zat besi.

2. Kejang Absans

Sebagian besar jenis kejang termanifestasi dalam gerakan tegang dan kelojot (bergantian kaku dan lemas secara cepat). 

Namun, ada satu jenis kejang dengan tanda berupa bengong selama beberapa detik, kemudian kembali normal lagi. Hal ini disebut sebagai kejang tipe absans atau absence seizure.

Kejang absans sering ditemukan pada anak usia 4-14 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Pada kejang tipe ini, bengong bisa terjadi kapan dan di mana saja, dengan frekuensi berulang-ulang dalam sehari. 

Konsultasi ke dokter spesialis anak, terutama kondisi saraf anak dengan pemeriksaan gelombang otak (EEG), adalah kunci penting untuk mengetahui apakah si Kecil mengalami kejang absans.

Artikel lainnya: Kecanduan Melamun, Hati-hati Kamu Kena Maladaptive Daydreaming!

3. Autisme

Gangguan perkembangan otak autisme juga dapat membuat anak sering melamun. 

Selain itu, autisme bisa memperlihatkan gejala lainnya, seperti pengulangan gerak tubuh, kurangnya kontak mata, gangguan bicara, dan lebih senang bermain sendiri dengan sebuah objek dibandingkan berinteraksi dengan orang lain.

Apabila mendapati semua tanda di atas, segera bawa anak ke dokter spesialis anak atau psikiater anak.

4. Masalah Psikologis

Anak dengan masalah mental seperti depresi atau gangguan penyesuaian juga bisa tampak sering bengong. 

Anak bisa mengalami masalah psikologis karena berbagai hal. Misalnya menderita penyakit kronis, perundungan (bullying), mengalami tindak kekerasan (child abuse), konflik dalam keluarga, dan lain-lain.

Selain sering melamun, anak dengan masalah mental juga akan menunjukkan perubahan perilaku. Misalnya jadi lebih pendiam, sering menangis, nafsu makan berkurang, malas beraktivitas, mengurung diri di kamar, dan lainnya. 

Kondisi ini tak boleh dibiarkan, harus segera diperiksakan ke dokter spesialis anak atau psikiater anak.

Selain berkonsultasi dengan dokter, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk meminimalkan kebiasaan melamun si Kecil, misalnya:

  • Pastikan anak istirahat cukup
  • Penuhi nutrisi anak setiap harinya
  • Latih konsentrasi anak, misalnya melibatkan permainan yang melibatkan fokus
  • Batasi penggunaan screen time. Lebih baik ajak anak beraktivitas fisik di luar dengan berenang, main sepeda, dan lainnya

Demikianlah beberapa kemungkinan penyebab anak sering melamun. Melamun atau bengong bisa menjadi sesuatu yang normal akibat adanya pengalihan dalam pikiran, sehingga tak perlu dikhawatirkan. 

Namun, jika frekuensi kejadiannya sering dan disertai gejala lain yang tidak biasanya, sebaiknya periksakan si Kecil ke dokter spesialis anak. 

Apabila Anda memiliki pertanyaan seputar kesehatan anak, gunakan fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter. Gratis!

[RS]

melamun
Anak