Masalah Reproduksi Pria

Atrofi Vagina

dr. Marsita Ayu Lestari, 19 Okt 2023

Ditinjau Oleh

Atrofi vagina adalah kondisi permukaan vagina yang tipis, kering, dan mengalami peradangan. Kondisi ini terjadi karena menurunnya dengan kadar estrogen pada wanita.

Atrofi Vagina

Atrofi Vagina

Dokter Spesialis

kolaborasi antarmultidisiplin kedokteran bergantung pada kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan, dokter spesialis terkait: spesialis obstetri dan ginekologi, spesialis penyakit dalam

Gejala 

gejala atrofi vagina pada alat kelamin: rasa kering, terbakar, dan gatal pada area vagina dan vulva, nyeri pada daerah kelamin atau panggul yang terjadi sebelum, selama, atau setelah berhubungan seksual, keputihan, cairan abnormal berwarna kekuningan dan berbau busuk, flek setelah berhubungan intim

gejala atrofi vagina pada saluran kemih: nyeri atau rasa terbakar ketika berkemih, kencing berdarah, sering buang air kecil, infeksi saluran kemih, urine keluar tanpa disadari

Faktor Risiko

mendekati masa menopause atau menopause, keadaan setelah melahirkan atau keadaan saat menyusui, tidak pernah melahirkan normal, kebiasaan merokok, obat-obatan yang bersifat antiestrogen, setelah menjalani pembedahan yang mengangkat kedua indung telur, efek samping terapi radiasi untuk pengobatan kanker ovarium atau kanker rahim, efek samping pengobatan kanker payudara, berhenti melakukan hubungan intim, kelainan sistem kekebalan tubuh, diabetes

Cara Diagnosis 

wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Pengobatan 

bergantung gejala, penyebab, preferensi, harapan, dan kondisi penderita secara keseluruhan, Edukasi, terapi sulih hormon, ospemifene, prasterone, terapi laser, dilator

Obat

bergantung gejala, penyebab, preferensi, harapan, dan kondisi penderita secara keseluruhan, terapi sulih hormon, ospemifene, prasterone

Komplikasi 

infeksi saluran kemih berulang, rasa tidak nyaman pada vagina dan panggul, kecemasan, depresi

Kapan harus ke dokter?

terdapat gejala dan tanda atrofi vagina

Pengertian Atrofi Vagina

Atrofi vagina adalah istilah untuk menggambarkan keadaan permukaan vagina yang tipis, kering, dan mengalami peradangan. Kondisi ini berhubungan dengan penurunan kadar estrogen.

Wanita dengan atrofi vagina biasanya mengeluhkan kekeringan dan gatal pada vagina, disertai nyeri ketika berhubungan seksual dan berkemih. Masalah pada reproduksi wanita ini lebih sering dialami pada masa menopause dibandingkan sebelum menopause.

Atrofi vagina termasuk bagian dari genitourinary syndrome of menopause, yang meliputi atrofi vulvovaginal, atrofi urogenital, dan vaginitis atrofi.

Meski cukup umum terjadi, sebagian besar penderitanya tidak berobat ke dokter. Alasannya, karena penderita menganggap bahwa penyakit ini bagian dari proses penuaan atau merasa malu mendiskusikan masalah intim dengan dokter.

Artikel Lainnya: Kenali 8 Penyebab Vagina Kering

Penyebab Atrofi Vagina

Sejak pubertas sampai sebelum menopause, struktur dan fungsi organ wanita dijaga oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur. Hormon ini menjaga lapisan vagina tetap tebal, aliran darah dan pelumasan yang normal, serta kelenturan jaringan yang baik.

Ketika wanita mengalami menopause, aktivitas indung telur terhenti. Keadaan ini mengakibatkan produksi hormon estrogen menurun dan kadar estrogen dalam darah juga menurun.

Penurunan kadar estrogen menyebabkan lapisan vagina menjadi tipis, pucat, kering, dan tidak elastis. Kondisi ini menjadi penyebab atrofi vagina.

Faktor Risiko Atrofi Vagina

Berikut faktor risiko yang menyebabkan penurunan kadar estrogen dan memicu atrofi vagina:

  • Mendekati masa menopause (perimenopause) atau menopause
  • Tidak pernah melahirkan normal
  • Keadaan setelah melahirkan atau saat menyusui
  • Kebiasaan merokok
  • Efek samping terapi radiasi (radioterapi) untuk pengobatan kanker ovarium atau kanker rahim
  • Efek samping pengobatan kanker payudara, seperti terapi hormon dan kemoterapi
  • Obat-obatan yang bersifat antiestrogen (medroxyprogesterone, tamoxifen, danazol, nafarelin, leuprolide)
  • Setelah menjalani pembedahan yang mengangkat kedua indung telur (prosedur ooforektomi)
  • Berhenti melakukan hubungan intim
  • Penyakit autoimun atau kelainan sistem kekebalan tubuh, seperti sindrom Sjogren dan penyakit lupus
  • Mengidap diabetes

Gejala Atrofi Vagina

Ciri atrofi vagina dapat bervariasi pada masing-masing individu, karena keluhannya meliputi masalah pada alat kelamin dan saluran kemih. Secara umum, berikut gejala dan tanda atrofi vagina yang dialami oleh wanita:

Gejala Atrofi Vagina pada Organ Intim

  • Rasa kering, terbakar, dan gatal pada area vagina dan vulva
  • Dispareunia atau painful sex(nyeri pada daerah kelamin atau panggul yang terjadi sebelum, selama, atau setelah berhubungan seksual)
  • Leukorrhea (keputihan)
  • Cairan abnormal berwarna kekuningan dan berbau busuk
  • Flek (perdarahan ringan) setelah berhubungan intim

Gejala Atrofi Vagina pada Saluran Kemih

  • Disuria (nyeri atau rasa terbakar ketika berkemih)
  • Hematuria atau kencing berdarah (urine terlihat merah muda, merah, atau kecoklatan)
  • Sering buang air kecil (urinary frequency)
  • Infeksi saluran kemih (ISK)
  • Inkontinensia urine atau kebocoran urine (urine keluar tanpa disadari)

Artikel Lainnya: Kulit Vagina Kering, Ini Penyebab dan Cara Atasinya

Diagnosis Atrofi Vagina

Dokter akan menentukan diagnosis atrofi vagina melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Kamudian, dokter akan menanyakan keluhan, riwayat penyakit dan pengobatan, riwayat seksual, riwayat menstruasi, riwayat persalinan, kebiasaan merokok, dan hal terkait lainnya.

Pemeriksaan fisik juga dilakukan secara menyeluruh dan lokal. Dokter akan melakukan pemeriksaan daerah kelamin (vulva dan vagina), tempat berkemih (lubang kencing), dan pemeriksaan panggul.

Dokter umumnya mengidentifikasi tanda-tanda atrofi vagina dengan bantuan cocor bebek (spekulum). Dokter akan menilai perubahan area vagina yang meliputi warna, kerapuhan jaringan, permukaan, pelumasan, ukuran (memendek dan menyempit), dan elastisitas.

Selanjutnya, dokter akan mempertimbangkan pemeriksaan penunjang sesuai hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Berikut pemeriksaan penunjang yang dipertimbangkan:

1. Pemeriksaan Urine

Tes ini meliputi urinalisis (analisis urine) dan kultur urine berguna untuk mengidentifikasi infeksi saluran kemih dan infeksi menular seksual.

2. Pengukuran pH Vagina

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kadar keasaman vagina.

3. Pemeriksaan Pap Smear

Tes pap smear bertujuan untuk mengidentifikasi masalah serviks (leher rahim).

4. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Tes ini bertujuan untuk memeriksa organ reproduksi wanita (vagina, rahim, organ penyokong rahim).

5. Pengukuran Kadar Estrogen

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai konsentrasi estrogen yang bersirkulasi di darah.

Pengobatan Atrofi Vagina

Cara mengatasi atrofi vagina adalah berobat ke dokter. Pengobatan atrofi vagina umumnya melibatkan kolaborasi antarmultidisiplin kedokteran, seperti dokter spesialis obstetri dan ginekologi, serta spesialis penyakit dalam.

Pengobatan atrofi vagina bergantung pada gejala, penyebab, preferensi, harapan, dan kondisi penderita secara keseluruhan. Pengobatannya bertujuan untuk meredakan gejala, mengembalikan lingkungan vagina pada kondisi sebelum menopause yang sehat, dan memperbaiki kualitas hidup penderita.

Berikut cara mengobati atrofi vagina yang dipertimbangkan oleh dokter:

1. Edukasi

Penderita akan menerima nasihat dari dokter terkait faktor risiko yang dapat memperberat dan mengurangi keluhan, pilihan pengobatan, aturan penggunaan obat, dan kemungkinan efek samping obat.

Penderita dianjurkan untuk mengendalikan berbagai faktor risiko, seperti:

  • Berhenti merokok
  • Melakukan aktivitas hubungan seksual secara aman dan teratur
  • Sedapat mungkin menghindari penggunaan produk (sabun, bedak, deodoran, parfum, panty liner) dengan kandungan yang dapat mengiritasi
  • Menggunakan pakaian yang longgar
  • Menggunakan pelumas berbahan dasar air dan pelembab untuk mengatasi kekeringan vagina

2. Terapi Sulih Hormon (Hormonal Replacement Therapy)

Mengingat penyebabnya adalah kadar estrogen yang menurun, maka terapi sulih hormon atau terapi penggantian hormon juga dianjurkan pada penderita atrofi vagina. Terapi hormon estrogen ini umumnya direkomendasikan pada penderita yang menopause.

Terapi hormon estrogen dapat bersifat sistemik yang berefek ke seluruh tubuh atau bersifat lokal. Terapi ini diresepkan dalam bentuk pil, krim, cincin vagina, gel, plester, dan cairan semprot. Dokter akan menjelaskan dosis dan cara pemakaian terapi sesuai kebutuhan masing-masing individu.

3. Ospemifene

Ospemifene merupakan selective estrogen receptor modulator (SERM) yang direkomendasikan untuk mengobati dispareunia pada atrofi vagina. Dokter akan menerangkan aturan penggunaan dan kemungkinan efek samping obat ini sebelum digunakan.

4. Prasterone

Prasterone (dehydroepiandrosterone/DHEA) digunakan untuk mengobati dispareunia sedang hingga berat pada penderita atrofi vagina dengan menopause.

5. Terapi Laser

Terapi laser membantu untuk menormalkan aliran darah dan mengembalikan kelembaban dan elastisitas vagina.

6. Dilator

Dilator merupakan alat khusus yang dimasukkan ke dalam vagina dengan ukuran yang beragam. Penggunaan vaginal dilator berfungsi melebarkan vagina sehingga nyeri ketika berhubungan intim menjadi berkurang. 

Artikel Lainnya: Perubahan yang Dialami Vagina Saat Menopause

Pencegahan Atrofi Vagina

Upaya pencegahan atrofi vagina berhubungan dengan mengendalikan faktor risiko yang dapat diubah. Berikut upaya pencegahan atrofi vagina:

  • Tidak merokok
  • Melakukan hubungan seksual yang aman dan teratur
  • Bila mengonsumsi obat atau sedang menjalani pengobatan yang meningkatkan risiko atrofi vagina, maka konsultasikan kepada dokter yang merawat
  • Melakukan kontrol secara rutin kepada dokter, bila mengalami masalah kesehatan seperti penyakit diabetes, sindrom Sjogren, dan lupus
  • Tidak menggunakan pakaian yang terlalu ketat

Komplikasi Atrofi Vagina

Bila tidak ditangani secara efektif, maka atrofi vagina berisiko menimbulkan komplikasi. Berikut komplikasi atrofi vagina:

Artikel Lainnya: 6 Suplemen dan Vitamin untuk Mengatasi Miss V Kering

Kapan Harus ke Dokter ?

Sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang tepat untuk kondisi atrofi vagina. Segera ke dokter, bila kamu mengalami gejala dan tanda di atas. 

Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi atrofi vagina, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter! Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan chat dokter spesialis kelamin melalui fitur Tanya Dokter online dan booking dokter spesialis kelamin di KlikDokter mudah dan cepat.

(APR)

  • Bleibel B, Nguyen H. Vaginal atrophy. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559297/ Diakses pada 26 September 2023.
  • Naumova I, Castelo-Branco C. Current treatment options for postmenopausal vaginal atrophy. International journal of women's health. 2018.
  • Benini V, Ruffolo AF, Casiraghi A, Degliuomini RS, Frigerio M, Braga A, Serati M, Torella M, Candiani M, Salvatore S. New innovations for the treatment of vulvovaginal atrophy: an up-to-Date review. Medicina. 2022.
  • Flores SA, Hall CA. Atrophic vaginitis. StatPearls [Internet]. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564341/ Diakses pada 26 September 2023.
  • Cagnacci A, Xholli A, Venier M. Ospemifene in the management of vulvar and vaginal atrophy: focus on the assessment of patient acceptability and ease of use. Patient preference and adherence. 2020.
  • Labrie F, Archer DF, Koltun W, Vachon A, Young D, Frenette L, et al. Efficacy of intravaginal dehydroepiandrosterone (DHEA) on moderate to severe dyspareunia and vaginal dryness, symptoms of vulvovaginal atrophy, and of the genitourinary syndrome of menopause. Menopause. 2018.
  • DRUGBANK. Prasterone. 2023. https://go.drugbank.com/drugs/DB01708 Diakses pada 26 September 2023.
  • Emamverdikhan AP, Golmakani N, Tabassi SA, Hassanzadeh M, Sharifi N, Shakeri MT. A survey of the therapeutic effects of Vitamin E suppositories on vaginal atrophy in postmenopausal women. Iranian journal of nursing and midwifery research. 2016.
  • Simon JA. Depression, anxiety, and “the incredible shrinking vagina”∗. Menopause. 2020. https://journals.lww.com/menopausejournal/fulltext/2020/02000/depression,_anxiety,_and__the_incredible_shrinking.2.aspx Diakses pada 26 September 2023.
  • Moyneur E, Dea K, Derogatis LR, Vekeman F, Dury AY, Labrie F. Prevalence of depression and anxiety in women newly diagnosed with vulvovaginal atrophy and dyspareunia. Menopause. 2020. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31688416/ Diakses pada 26 September 2023.
  • Bachmann GA, Nevadunsky NS. Diagnosis and treatment of atrophic vaginitis. American family physician. 2000. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2000/0515/p3090.html Diakses pada 26 September 2023.
  • Mac Bride MB, Rhodes DJ, Shuster LT. Vulvovaginal atrophy. InMayo Clinic Proceedings 2010.