Masalah Pencernaan

Diare

dr. M. Iqbal Ramadhan, 25 Jan 2024

Ditinjau Oleh dr. M. Iqbal Ramadhan

Diare adalah kondisi feses encer atau berair dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Jika tidak segera diobati bisa menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi.

Diare

Pengertian Diare 

Diare adalah kondisi di mana feses yang dikeluarkan encer atau berair dengan frekuensi lebih sering daripada biasanya.

Diare biasanya muncul dengan gejala tunggal atau dikaitkan dengan gejala lain, seperti mual, muntah, sakit perut, atau penurunan berat badan.

Umumnya, diare disebabkan oleh mengonsumsi makanan atau minuman yang kotor dan terkontaminasi mikroorganisme.

Diare biasanya lebih sering terjadi tak berlangsung lama, tidak lebih dari 2- 3 hari.

Ketika diare berlangsung lebih dari beberapa hari hingga berminggu-minggu, biasanya menunjukkan bahwa ada masalah serius lain.

Misalnya, sindrom iritasi usus (IBS), infeksi persisten, penyakit celiac, atau mungkin penyakit radang usus.

Diare yang umum terjadi bisa ditangani dengan obat-obatan yang dijual bebas.

Namun, pada kasus khusus, diare bisa berlangsung berminggu-minggu dan harus mendapat terapi khusus oleh dokter yang menangani.

Artikel Lainnya: Makanan yang Baik Dikonsumsi Saat Diare

Situasi Diare di Indonesia

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan besar di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Hal ini disebabkan oleh angka morbiditas (perbandingan antara kelompok masyarakat yang sakit dan yang sehat dalam sebuah populasi) dan mortalitas cukup tinggi.

Menurut Riskesdas 2018, prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan sebesar 6,8 persen.

Sementara, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala yang pernah dialami sebesar 8 persen.

Kelompok umur dengan prevalensi diare (berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan) tertinggi ada pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 11,5 persen dan bayi sebesar 9 persen.

Kelompok umur lansia di atas 75 tahun juga merupakan kelompok dengan prevalensi tinggi (7,2 persen) di Indonesia.

Data ini diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Artikel Lainnya: Air Minum Anda Sehari-hari Sebabkan Diare, Kok Bisa?

Penyebab Diare

Penyebab Diare

Penyakit diare umumnya terjadi ketika cairan dari makanan tidak dapat diserap usus dengan baik, atau ada terlalu banyak cairan yang disekresikan ke usus.

Normalnya, usus besar akan menyerap cairan dari makanan yang kita konsumsi dan meninggalkan kotoran (feses) setengah padat.

Jika cairan dari makanan tersebut tidak diserap baik, feses akan menjadi encer atau bahkan cair.

Kondisi ini dipengaruhi banyak faktor sehingga penyakit diare dapat berlangsung singkat atau lama.

1. Diare yang Berlangsung Singkat

Biasanya diare jenis ini adalah gejala dari infeksi usus, yang disebabkan oleh bakteri penyebab diare seperti:

  1. virus, seperti rotavirus
  2. bakteri, seperti campylobacter
  3. parasit, seperti giardia intestinalis
  4. penyebab diare lainnya termasuk faktor psikologis (merasa cemas), mengonsumsi minuman keras, alergi makanan, usus buntu, atau efek samping obat-obatan.

Bisa disimpulkan untuk pencegahan diare, Anda dapat menjaga kebersihan makanan.

2. Diare Jangka Panjang

Kondisi diare jangka panjang dapat disebabkan oleh:

  1. sindrom usus besar
  2. penyakit coeliac, penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluten
  3. penyakit Crohn, radang pada lapisan sistem pencernaan
  4. radang pankreas kronis
  5. kanker usus
  6. efek samping pengangkatan bagian perut (gastrektomi)

Artikel Lainnya: Jenis-Jenis Diare yang Perlu Anda Tahu

Gejala Diare

Gejala Penyakit Diare

Pada tiap penderita, gejala diare bisa berbeda-beda.

Beberapa orang mengeluarkan feses yang sangat encer, sementara beberapa lainnya mengeluarkan feses yang tak terlalu encer.

Meski demikian, ada beberapa gejala yang sering dikaitkan dengan diare. Gejala-gejala tersebut antara lain:

Jika Anda orang dewasa, segera temui dokter Anda jika mengalami hal-hal berikut.

  • diare bertahan lebih dari dua atau tiga hari tanpa perbaikan
  • mengalami tanda dehidrasi
  • disertai sakit perut yang berat atau nyeri pada anus yang cukup berat
  • memiliki tinja berdarah atau hitam yang cukup banyak
  • mengalami demam dengan suhu di atas 102 F (39 C)

Umumnya pada orang dewasa, diare akan pulih dalam waktu 2-3 hari. Pada anak-anak, waktu pemulihan lebih lama yaitu 5-7 hari.

Apabila diare berlangsung lebih dari satu minggu atau kondisinya bertambah parah, segera periksakan ke dokter.

Waspadai juga tanda-tanda dehidrasi selama masa pemulihan.

Artikel Lainnya: Hal-Hal yang Bikin Anak Mudah Terserang Diare

Diare dan Dehidrasi

Pengeluaran cairan melalui feses yang berlebihan ditambah dengan hilangnya nafsu makan dapat berdampak dehidrasi.

Kondisi ini harus segera ditangani karena bisa berakibat fatal.

Dehidrasi sendiri lebih mudah terjadi pada anak-anak. Hal ini karena ketahanan anak-anak terhadap dehidrasi yang lebih rendah ketimbang orang dewasa

Gejala dehidrasi pada anak-anak antara lain:

  • jarang buang air kecil
  • mulutnya kering atau menangis tanpa air mata
  • feses berdarah, berwarna merah, atau hitam
  • terlihat sering mengantuk dan tidak responsif
  • terlihat cekung pada mata atau perut
  • jika kulit dicubit tidak kunjung kembali (turgor menurun)

Ada pun tanda dehidrasi pada orang dewasa, antara lain:

  • kelelahan dan tidak bertenaga
  • hilang nafsu makan
  • mual
  • pusing
  • lidah terasa kering
  • mata terlihat cekung
  • kram otot
  • jantung berdebar

Artikel Lainnya: Mengapa Harus Banyak Minum Air Putih Saat Diare?

Diagnosis Diare

Ilustrasi Diagnosis Diare

Umumnya, diare dapat berlangsung hingga seminggu dan bisa sembuh tanpa pengobatan apa pun.

Namun, jika kondisi yang Anda alami cukup parah, segera periksakan diri ke dokter.

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami diare dan penyebabnya, pertama dokter akan mengumpulkan informasi seputar gejala yang dialami.

Dokter akan menanyakan tekstur feses, frekuensi buang air besar, kebiasaan sehari-hari pasien.

Selain itu Anda juga harus menginformasikan dokter jika ada gejala lain yang menyertai (demam tinggi), konsumsi makanan tidak biasa, faktor psikologis, pengobatan tertentu yang mungkin sedang dijalani.

Pemeriksaan ini dapat berupa analisis sampel feses, tes darah, dan pemeriksaan rektum. Berikut penjelasannya.

1. Analisis Feses

Dokter akan meminta Anda untuk menyerahkan sampel feses untuk dianalisis. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi infeksi yang mungkin terjadi.

Analisis ini dilakukan apabila Anda sudah mengalami diare lebih dari dua minggu, terdapat darah atau nanah pada feses, atau ada gejala lain yang menyertai.

Selain itu, pemeriksaan ini juga perlu dilakukan jika Anda mengalami diare usai dirawat di rumah sakit atau karena sistem imun yang lemah (penderita HIV).

2. Tes Darah

Dokter akan meminta Anda melakukan tes darah apabila terdapat kecurigaan diare sebagai gejala dari penyakit lain.

Contohnya, hasil tes darah menunjukkan adanya peradangan. Ini adalah salah satu gejala penyakit radang usus.

Artikel Lainnya: Jahe Bermanfaat sebagai Obat Alami Diare? Cek Faktanya!

3. Pemeriksaan Rektum

Jika pasien berusia di atas 50 tahun atau mengalami diare yang sulit sembuh, dokter akan melakukan pemeriksaan rektum digital.

Cara periksanya adalah dengan memasukkan jari ke dalam rektum untuk memeriksa kondisi abnormal.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosis penyakit yang berhubungan dengan rektum dan usus.

4. Pemeriksaan Tambahan

Dokter juga dapat menyarankan pemeriksaan berikut untuk membantu menyimpulkan diagnosis:

  • Sigmoidoskopi. Memasukkan alat sigmoidoskop (tuba tipis dan fleksibel yang memiliki kamera di bagian ujung) ke dalam rektum hingga ke usus.
  • Kolonoskopi. Prosedurnya mirip dengan sigmoidoskopi, tetapi tuba yang digunakan lebih besar (kolonoskop) untuk memeriksa keseluruhan kondisi usus.

Pengobatan Diare

Ilustrasi Seoorang Wanita Minum Obat Diare

Gejala diare umumnya akan hilang dengan sendirinya, biasanya hingga beberapa hari, tanpa bantuan pengobatan apa pun.

Pada kasus tertentu, diare dapat berlangsung lebih lama tergantung penyebabnya.

Anda bisa melakukan beberapa hal berikut untuk meringankan kondisi yang sedang dialami:

1. Perbanyak Asupan Cairan

Saat mengalami diare, Anda harus mengonsumsi lebih banyak cairan, terutama jika disertai muntah.

Hal ini dibutuhkan untuk menghindari dan menangani dehidrasi.

Minumlah sedikit-sedikit tapi sering. Lebih baik masuk cairan sedikit daripada tidak sama sekali.

Jika asupan cairan cukup, urine akan berwarna kuning muda atau hampir bening.

Hindari pemberian jus buah atau minuman bersoda karena akan membuat diare bertambah parah.

Artikel Lainnya: Penyebab dan Cara Mencegah Diare Setelah Berolahraga

2. Makan Makanan yang Lembut, Porsi Cukup dan Bergizi

Saat diare berlangsung, para ahli menyarankan agar Anda tidak mengonsumsi makanan padat dulu, setidaknya sampai Anda mampu makan dengan normal.

Makanlah dalam porsi lebih sedikit dari biasanya tapi lebih sering, yaitu 4-6 kali dalam sehari. Selain itu, hindari makanan yang berlemak dan pedas.

Jangan berikan makanan padat pada anak-anak jika mereka dehidrasi. Tunggu sampai mereka minum cukup cairan.

Makanan baru bisa diberikan setelah mereka tidak lagi menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.

Jika anak tidak mengalami dehidrasi, berikan makanan seperti biasa.

3. Cairan Oralit

Bagi penderita diare yang rentan dehidrasi, dokter akan menyarankan penggunaan oralit sebagai obat diare.

Anda yang berfisik lemah, berusia di atas 60 tahun, dan memiliki riwayat kesehatan serius sangat disarankan mengonsumsi oralit.

Obat diare oralit dijual bebas di apotek. Anda tinggal mencampurnya dengan air.

Fungsi obat diare oralit adalah untuk menggantikan garam, glukosa, dan mineral penting lain yang mungkin hilang saat kekurangan cairan.

Untuk anak-anak, dokter akan menyarankan oralit apabila terlihat tanda-tanda dehidrasi.

Oralit dapat diberikan tiap kali anak buang air besar. Banyaknya tergantung pada berat badan anak.

Artikel Lainnya: Manfaat Minum Oralit Saat Diare

4. Penggunaan Obat-obatan

Obat diare dapat menggunakan antidiare berfungsi mengurangi gejala diare dan mempersingkat durasinya.

Namun, sebenarnya obat diare tidak diperlukan karena sistem kekebalan tubuh akan melawannya secara alami.

Obat antidiare yang paling sering digunakan adalah loperamide karena dapat mengurangi pergerakan usus sehingga cairan akan lebih banyak diserap.

Jangan minum obat antidiare jika diare disertai gejala lain, seperti demam tinggi dan terdapat darah atau nanah pada feses.

Sebaiknya, Anda segera berkonsultasi dengan dokter.

Artikel Lainnya: Obat Diare Alami untuk Anak yang Ampuh

5. Antibiotik atau Antiparasit

Biasanya dokter akan menganjurkan penggunaan obat-obatan tertentu apabila penyebab diare sudah dipastikan bakteri, parasit, atau jika diare terjadi sangat parah.

Antibiotik atau obat anti-parasit dapat membantu mengobati diare yang disebabkan oleh bakteri atau parasit.

Jika virus yang merupakan penyebab dari diare Anda, antibiotik tidak akan membantu.

Sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan antibiotik atau antiparasit kalau penyebab diare belum diketahui pasti.

Antibiotik tidak akan bekerja jika penyebab infeksi adalah virus.

6. Obat Pereda Nyeri

Obat pereda sakit tidak dapat mengatasi diare. Namun, pemberian parasetamol atau ibuprofen bisa membantu meredakan gejala yang menyertai diare, seperti demam dan sakit kepala.

Pastikan Anda memberikan obat-obatan yang sesuai gejala dan ikuti petunjuk pemakaiannya.

7. Pengobatan Kondisi Utama

Jika sebelumnya Anda didiagnosis mengidap penyakit tertentu yang dapat menyebabkan diare, sebaiknya lakukan pengobatan terhadap penyakit tersebut lebih dahulu.

Hal ini akan meringankan kondisi diarenya. Apabila kondisi utama tidak ditangani dengan tepat, diare sebagai gejala akan terus berlanjut.

Artikel Lainnya: Anak Diare, Haruskah Diberi Antibiotik?

Pencegahan Diare

Mencuci Tangan untuk Mencegah Diare

Mayoritas penyebab diare adalah infeksi, seperti infeksi bakteri, virus ataupun parasit. Itu sebabnya, berikut beberapa cara mencegah diare yang bisa dilakukan.

1. Sering Mencuci Tangan

Cuci tangan sebelum dan sesudah menyiapkan makanan. Cuci tangan Anda setelah memegang daging mentah, memegang gagang pintu, menggunakan toilet, mengganti popok bayi, bersin, atau batuk.

2. Cuci Tangan dengan Sabun atau Alkohol

Saat mencuci tangan, usahakan untuk menggunakan sabun. Gosok kedua telapak tangan setidaknya selama 20 detik.

Gunakan pembersih tangan berbasis alkohol 60-70 persen (hand sanitizer) jika Anda tidak memungkinkan mencuci tangan dengan air dan sabun.

3. Perhatikan Apa yang Anda Makan

Konsumsi makanan yang panas dan dimasak dengan baik untuk mengurangi risiko kontaminasi melalui makanan.

Hindari buah dan sayuran mentah, serta hindari daging mentah dan daging setengah matang untuk mencegah penularan infeksi penyebab diare.

4. Perhatikan Apa yang Anda Minum

Perhatikan keutuhan dari kemasan (segelnya) ketika Anda mengonsumsi air kemasan, soda, bir, atau anggur yang disajikan dalam wadah aslinya.

Hindari minum air keran dari sumber yang tidak jelas tingkat higienitasnya.

Minuman yang dibuat dengan air matang, seperti kopi dan teh, mungkin akan lebih aman.

Ingatlah bahwa alkohol dan kafein juga dapat memperburuk diare dan dehidrasi.

5. Vaksinasi

Anda dapat membantu melindungi bayi dan si kecil dari infeksi rotavirus, penyebab paling umum diare virus pada anak, dengan salah satu dari dua vaksin yang disetujui.

Tanyakan kepada dokter spesialis anak Anda tentang vaksinasi tersebut.

Artikel Lainnya: Cara Efektif Atasi Badan Lemas Akibat Diare

Komplikasi Diare

Komplikasi Diare

Diare yang tidak ditangani dengan tepat dan berlangsung terus menerus dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut.

  • Dehidrasi yang dapat mengancam jiwa. Dehidrasi adalah salah satu komplikasi yang paling sering terjadi dan akibatnya cukup terbilang fatal. Dehidrasi sangat berbahaya pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
  • Malnutrisi sering terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun (balita). Hal ini dapat berimbas pada turunnya sistem imunitas tubuh anak.
  • Sepsis, yaitu proses infeksi yang meluas pada peredaran darah dan berujung pada kegagalan fungsi organ vital tubuh, seperti paru-paru dan ginjal.
  • Ketidakseimbangan elektrolit yang terjadi akibat kadar elektrolit yang merosot dan ikut terbuang bersama cairan yang keluar ketika diare.

Gejalanya bisa berupa kelemahan ekstrem, kehilangan kesadaran, hingga kejang.

Dapatkan informasi lain seputar penyakit dan penanganannya dengan mengunduh aplikasi KlikDokter. Di KlikDokter kamu bisa chat dokter online live 24 jam. Kamu juga bisa pesan layanan pemeriksaan kesehatan dengan mudah dan cepat.

(HNS/AYU)