Pencernaan

Berapa Kali Frekuensi Buang Air Besar yang Normal?

dr. Sara Elise Wijono MRes, 19 Jan 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Frekuensi buang air besar, walaupun terkesan sederhana, sering memusingkan banyak orang. Sebenarnya, berapa kali frekuensi BAB yang normal?

Berapa Kali Frekuensi Buang Air Besar yang Normal?

Buang air besar (BAB) merupakan bagian dari sistem pembuangan tubuh, dimana akan dikeluarkan feses atau kotoran yang mengandung sisa pencernaan dari saluran gastrointestinal Anda. Pencernaan akan bermula di mulut saat Anda mengunyah makanan, serta berakhir pada usus besar (bagian bawah saluran pencernaan Anda). Saat makanan yang Anda konsumsi mencapai akhir dari saluran pencernaan, sisa air dan garam akan kembali diserap tubuh, sementara sisanya akan memadat serta keluar tubuh sebagai feses.

Frekuensi buang air besar sering kali membuat banyak orang khawatir. Terutama, karena ada anggapan bahwa jumlah tertentu merupakan frekuensi yang normal. Karena itulah, jika frekuensi BAB Anda berbeda, akan muncul rasa waswas bahwa ada sesuatu yang abnormal dengan saluran pencernaan Anda.

Banyak faktor pengaruhi frekuensi BAB

Berbagai macam faktor dapat memengaruhi frekuensi buang air besar, konsistensi, serta penampilan feses yang dikeluarkan. Yang paling berpengaruh adalah pola makan. Konsumsi serat, misalnya buah, sayur, atau biji-bijian, dapat membantu memadatkan kotoran serta memperlancar buang air besar. Selain itu, konsumsi cairan yang membantu kotoran menjadi lebih lunak serta mudah dikeluarkan juga berpengaruh.

Selain pola makan, ternyata usia juga dapat memengaruhi BAB. Semakin tua seseorang, maka lebih mungkin muncul sembelit akibat berkurangnya gerakan saluran pencernaan, berkurangnya aktivitas, serta konsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu buang air besar.

Seperti disebutkan sebelumnya, aktivitas fisik Anda dapat memengaruhi buang air besar. Dengan menjaga tubuh tetap aktif, Anda membantu gerakan peristaltis dalam saluran pencernaan sehingga memperlancar BAB. Gerakan peristalsis adalah gerakan usus yang membantu mendorong makanan sepanjang saluran pencernaan.

Adanya penyakit, baik akut maupun kronis, juga dapat memengaruhi frekuensi BAB. Misalnya, adanya IBD (Inflamatory Bowel Disease) dapat menyebabkan peningkatan frekuensi BAB yang diikuti sembelit.

Yang menarik, faktor psikis juga dapat memengaruhi BAB. Jika Anda sedang stres, misalnya, dapat timbul spasme dari usus besar yang menyebabkan kotoran menjadi keras serta sulit dikeluarkan. Kebiasaan BAB Anda, misalnya saja kebiasaan menahan BAB, juga dapat menyebabkan sembelit.

Tidak ada frekuensi BAB yang normal

Jadi, berbagai faktor di atas dapat menyebabkan perbedaan pada frekuensi BAB. Sebenarnya, tidak ada suatu angka yang normal untuk buang air besar. Karena itu, menilai BAB normal atau tidak sebaiknya dibandingkan dengan kebiasaan BAB Anda sehari-hari.

Terdapat suatu rentang frekuensi BAB yang umum dialami orang-orang. Menurut para ahli, frekuensi BAB dari 1-3 kali per hari hingga tiga kali per minggu sering kali dialami orang. BAB yang lebih sering menandakan diare, sementara BAB yang lebih jarang menandakan konstipasi atau sembelit.

Selain frekuensi, penampilan feses Anda juga bisa menjadi penanda apakah BAB normal atau tidak. BAB yang normal biasanya lunak, tidak sulit dikeluarkan, serta berbentuk memanjang seperti sosis atau ular (karena mengikuti bentuk saluran pencernaan).

Penampilan BAB dapat dinilai dengan Bristol Stool Chart. Tipe 1 dan 2 menandakan sembelit. Tipe 3 dan 4, di mana kotoran berbentuk seperti sosis dengan retakan pada permukaannya ataupun permukaan yang mulus, menandakan kotoran yang normal. Sementara, tipe 5 hingga 7 dapat menandakan adanya diare.

Dengan demikian, pada dasarnya tidak ada frekuensi yang ideal untuk buang air besar. Selama BAB Anda sesuai kebiasaan, mudah dikeluarkan, serta tidak keras, umumnya menandakan tidak ada masalah dalam BAB Anda. Agar BAB selalu lancar, perbanyaklah konsumsi serat dan minum air putih, serta aktif bergerak.

[HNS/ RVS]

BABbuang air besarKotoranFrekuensi BABFeses

Konsultasi Dokter Terkait