Masalah Ginjal dan Saluran Kemih

Oliguria

apt. Yasmin Azhar, S.Farm, 19 Agu 2024

Ditinjau oleh Aprinda

Oliguria adalah gangguan pengeluaran urine yang disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dehidrasi. Kondisi ini bisa menjadi tanda adanya gangguan pada ginjal.

Oliguria

Oliguria

Dokter spesialis

Spesialis Urologi

Gejala

Keluaran urine berkurang drastis, bengkak pada kaki, gatal pada kulit dan kulit menjadi kering, mual dan muntah, kelelahan, jantung berdetak lebih kencang (takikardia).

Faktor resiko

Dehidrasi, usia, gangguan ginjal, gagal jantung, penyumbatan saluran kemih, toksisitas obat, terpapar bahan kimia berbahaya, cedera.

Metode diagnosis

Pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (urinalisis, tes darah, tes radiologi, pengujian hemodinamik).

Pengobatan

Stabilisasi hemodinamik, pemberian diuretik, transplantasi ginjal, dan modifikasi farmakologis dan diet protein.

Obat

Furosemide, tiazid, trimethoprim-sulfamethoxazole, nitrofurantoin.

Komplikasi

Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium didalam darah diatas normal), edema paru (penumpukan cairan pada paru-paru), asites (penumpukan cairan didalam rongga perut), hiperfosfatemia (peningkatan kadar fosfatemia didalam darah), hipokalsemia (penurunan kadar kalsium didalam darah), gagal jantung kongestif, hipertensi.

Kapan harus ke dokter?

bila gangguan tidak mendapatkan respon yang baik dan gejala yang ditimbulkan semakin parah atau terdapat tanda-tanda yang mengindikasikan gangguan lain seperti gagal ginjal akut.

Pengertian Oliguria

Oliguria adalah gangguan yang menyebabkan volume pengeluaran urine menurun. Pada kondisi ini produksi urine orang dewasa kurang dari 400-500 mL/hari dan 0.5 mg/kg/jam pada anak-anak.

Penurunan urine disebabkan oleh respons fisiologis tubuh saat terjadinya gangguan pada tubuh pada kondisi hipovolemia (penurunan volume cairan di dalam tubuh) sehingga cairan yang dikeluarkan lebih sedikit.

Terjadinya oliguria dipengaruhi oleh organ ginjal dan saluran kemih. Secara umum terdapat 3 mekanisme terjadinya oliguria, yaitu:

  • Penurunan aliran darah ke ginjal
  • Kerusakan jaringan ginjal
  • Penyempitan aliran urine

Semua kondisi tersebut dapat dipicu oleh dehidrasi berat, toksisitas obat, hingga cedera yang menyebabkan perdarahan hebat. Selain berkurangnya pengeluaran urine, oliguria akan menimbulkan gejala seperti pembengkakan pada kaki dan kelemahan pada otot.

Terapi penanganan oliguria biasanya disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya, oliguria yang disebabkan oleh kekurangan cairan akan diberikan cairan intravena.

Sementara oliguria yang dicurigai terjadi akibat penggunaan obat nefrotoksik, maka penggunaan obat harus dihentikan atau diganti. Terapi diuretik menjadi pilihan saat kondisi pasien tidak berada pada fase hipovolemia. Furosemide menjadi salah satu diuretik yang disarankan pada kasus ini.

Oliguria adalah salah satu indikator terjadinya gagal ginjal akut. Bila kondisi ini tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi, seperti gagal jantung kongestif, pembengkakan pada rongga perut atau asites, hingga gangguan elektrolit.

Artikel lainnya: Berapa Kali Normalnya Buang Air Kecil dalam Sehari?

Penyebab Oliguria

Oliguria merupakan gangguan urine yang berhubungan dengan ginjal dan saluran kemih. Urine akan keluar lebih sedikit saat cairan pada tubuh di bawah normal atau pada fase hipovolemia.

Secara umum oliguria disebabkan oleh gangguan pada prerenal, renal, dan postrenal, seperti berikut:

1. Prerenal (Penurunan aliran darah ke ginjal)

  • Dehidrasi atau kekurangan cairan menyebabkan penurunan volume darah dan tekanan darah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh perdarahan, diare, muntah, cedera fisik atau trauma, pembedahan, luka bakar, gagal hati, penggunaan obat vasodilatasi atau agen anestesi.
  • Gagal jantung yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal.
  • Infeksi berat yang menyebabkan penurunan tekanan darah drastis dan penurunan aliran darah ke ginjal seperti sepsis.
  • Arteri yang memasok darah ke ginjal mengalami penyempitan atau penyumbatan, nantinya mengurangi aliran darah ke ginjal. Kondisi ini dapat diakibatkan oleh pembentukan bekuan darah (trombus) dan penggunaan obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACEI).

2. Renal (Kerusakan struktur ginjal)

  • Nekrosis tubular akut (ATN) yang menyebabkan peradangan pada jaringan ginjal akibat iskemia (kekurangan suplai darah ke ginjal) ataupun mengonsumsi obat-obatan nefrotoksik (yang merusak ginjal) seperti gentamisin dan cisplatin.
  • Vaskulitis atau peradangan pada pembuluh darah.
  • Skleroderma (penyakit autoimun kronis yang menyebabkan pengerasan dan pengencangan kulit serta jaringan ikat lainnya).
  • Glomerulonefritis berupa peradangan pada glomerulus.
  • Hipertensi maligna terjadi mendadak, ditandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ vital.
  • Nefritis interstisial (peradangan pada jaringan interstisial ginjal).

3. Postrenal (Penyempitan aliran urine)

  • Penyempitan aliran urine pada saluran kemih bagian atas akibat penyumbatan pada ureter, yaitu saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Sumbatan bisa terjadi pada satu atau kedua sisi ureter, yang menghalangi aliran urine dari ginjal ke kandung kemih. Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh berbagai kondisi seperti batu ginjal, tumor, atau striktur ureter.
  • Penyempitan aliran urine pada saluran kemih bagian bawah dapat disebabkan oleh pembesaran prostat jinak (BPH), tumor, atau efek samping dari penggunaan obat-obatan tertentu. Obstruksi ini menghambat aliran urine dari kandung kemih keluar melalui uretra, menyebabkan penumpukan urine dalam kandung kemih dan akhirnya mempengaruhi fungsi ginjal.

Artikel lainnya: Tanda-Tanda Air Kencing yang Tidak Normal

Faktor Risiko Oliguria

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan mengalami oliguria termasuk:

  • Dehidrasi: Kehilangan lebih banyak cairan pada saat dehidrasi akan mengurangi volume darah, sehingga aliran darah ke ginjal berkurang dan menyebabkan oliguria.
  • Usia: Seiring bertambahnya usia fungsi ginjal secara alami menurun yang dapat meningkatkan potensi oliguria. 
  • Penyakit ginjal: Penyakit penyerta seperti gangguan ginjal berpotensi menimbulkan oliguria, salah satunya glomerulonefritis, nefritis interstisial akut, dan penyakit ginjal polikistik.
  • Gagal jantung: Penyakit jantung ini menyebabkan aliran darah yang tidak mencukupi ke ginjal, mengurangi kemampuan ginjal untuk memproduksi urine.
  • Penyumbatan saluran kemih: Beberapa gangguan seperti batu ginjal, pembesaran prostat dan tumor dapat menekan aliran urine dari ginjal.
  • Penggunaan obat-obatan dan bahan kimia berbahaya: Obat bersifat nefrotoksik atau merusak ginjal akan menimbulkan oliguria salah satunya amfoterisin B dan NSAID. Selain itu, paparan bahan kimia berbahaya seperti logam berat dapat merusak jaringan ginjal.
  • Tindakan bedah dan cedera: Selama tindakan bedah berlangsung akan mengurangi aliran darah ke ginjal. Selain itu, cedera parah yang menyebabkan banyak darah yang keluar akan menyebabkan kerusakan langsung pada ginjal.
  • Penyakit kronis: Beberapa kondisi medis beresiko tinggi menyebabkan oliguria seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal, yang akan berpengaruh pada aliran urine, hipertensi yang dapat merusak pembuluh darah ginjal dan SLE (Lupus Eritematosus Sistemik) yang menyebabkan peradangan dan kerusakan ginjal.

Gejala Oliguria

Gangguan oliguria akan menyebabkan penurunan jumlah urine, kondisi ini akan menimbulkan reaksi pada tubuh dengan gejala dan tanda sebagai berikut:


  • Keluaran urine kurang dari 400-500 mL pada orang dewasa, 0.5 - 1 mL/kg/jam pada anak-anak dan > 1 mL/kg/jam pada bayi.
  • Pembengkakan pada bagian kaki terutama pada pergelangan kaki dan tungkai
  • Kulit menjadi gatal-gatal dan kering
  • Mual dan muntah
  • Hilangnya nafsu makan
  • Rasa lelah yang berlebihan
  • Pucat
  • Bibir kering
  • Jantung berdebar lebih kencang (takikardia)
  • Sulit berkonsentrasi
  • Peningkatan tekanan darah
  • Kelemahan otot
  • Sesak nafas

Artikel lainnya: Beragam Arti Warna Urine yang Wajib Kamu Ketahui

Diagnosis Oliguria

Diagnosis oliguria akan ditentukan oleh dokter melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Setelah menanyakan keluhan dan faktor risiko, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dan mengidentifikasi tanda dan gejala yang mungkin berhubungan dengan oliguria terutama penurunan pengeluaran jumlah urine.

Oliguria tidak selalu dapat dipastikan hanya dengan menggunakan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk awal namun, untuk kepastian diagnosa diperlukan pemeriksaan penunjang, meliputi:

1. Urinalisis (Analisa urine)

Pengujian untuk menentukan penyebab oliguria yang dilakukan dengan cara menguji sampel urine dan dilakukan berbagai pemeriksaan pada laboratorium.

Kondisi dianggap normal bila warna urine jernih, tidak berwarna atau kuning muda, pH normal, tanpa kehadiran protein, glukosa, keton, darah, atau leukosit.

2. Tes darah

Pengujian ini dilakukan untuk menilai fungsi ginjal, keseimbangan elektrolit, dan status metabolik. Berikut adalah beberapa tes darah yang umum dilakukan pada pasien oliguria, antara lain:

  • Kreatinin serum dan urea nitrogen darah (BUN): Dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dari vena lalu dianalisis, hasil normal akan menunjukan nilai kreatinin serum 0,6-1,2 mg/dL untuk pria dan 0,5-1,1 mg/dL untuk wanita serta BUN 7-20 mg/dL. Bila terjadi peningkatan kadar kreatinin serum dan BUN maka hal ini menunjukkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah menurun ataupun tanda dehidrasi.
  • Pengukuran elektrolit: Menggunakan sampel darah yang diuji kadar elektrolitnya kemudian didapatkan nilai untuk natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), fosfat (P). Pengujian ini penting untuk menilai keseimbangan elektrolit di dalam tubuh. Bila ditemukan ketidakseimbangan elektrolit hal ini dapat menandakan bahwa terdapat gangguan terhadap fungsi jantung, otot, dan saraf.
  • Glomerular filtration rate (GFR): Pengujian bertujuan menilai tingkat filtrasi glomerulus ginjal dengan menggunakan formula berdasarkan kreatinin serum, usia, jenis kelamin, dan ras. GFR yang rendah menunjukkan penurunan fungsi ginjal.

3. Tes Radiologi

Pengujian dilakukan untuk mengidentifikasi masalah fisik seperti batu ginjal, kista, atau tumor yang dapat menghambat aliran urine. Sekaligus dilakukan untuk melihat kerusakan ginjal dan mendeteksi sumbatan pada saluran kemih yang menyebabkan retensi urine.

  • Ultrasonografi ginjal (USG): Menggunakan alat probe USG yang akan dipindah-pindahkan pada berbagai area untuk melihat gambaran yang jelas, sehingga didapatkan gambaran struktur ginjal, saluran kemih, dan organ sekitarnya.
  • CT scan atau MRI ginjal: Pemeriksaan ginjal ini dilakukan dengan alat CT atau MRI untuk membuat serangkaian gambar berlapis dari organ dan struktur di sekitarnya.

4. Pengujian Hemodinamik

Tes dilakukan menggunakan alat monitorisasi yang mencakup pengukuran tekanan darah invasif (dengan kateter arteri), tekanan vena sentral (dengan kateter vena sentral), kateter arteri pulmonalis untuk memantau tekanan darah, denyut dan sirkulasi jantung.

Pengobatan Oliguria

Gangguan oliguria harus ditangani segera, karena dapat menyebabkan gagal ginjal akut hingga kerusakan ginjal. Pengobatan oliguria harus berpatokan pada penyebab yang mendasari gangguan ini.

Berikut beberapa langkah yang dilakukan untuk mengatasi gangguan oliguria, antara lain: 

1. Stabilisasi hemodinamik 

Stabilisasi dinamik adalah upaya untuk menjaga fungsi kardiovaskular dan sirkulasi darah secara optimal saat mengalami penurunan produksi urine (oliguria).

Dimulai dengan mengevaluasi penyebab oliguria dengan cara melakukan diagnosa dan pemeriksaan lengkap, lalu pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi respirasi secara teratur.

Stabilisasi hemodinamik juga termasuk mengontrol cairan yang masuk dan mencegah kelebihan cairan yang dapat memperburuk kondisi pasien.

2. Mengatasi penyebab oliguria

Pengobatan oliguria dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi penyebabnya. Seperti melakukan irigasi kateter saat kateter urine tersumbat, penggantian cairan pada pasien yang mengalami dehidrasi.

Penggunaan antibiotik sulfonamida (trimethoprim-sulfamethoxazole) tau nitrofurantoin juga bisa dilakukan bila ada infeksi saluran kemih. Sementara untuk mengatasi kehilangan darah dan pemberian cairan tubuh akibat trauma, seperti cairan intravena, vasopresor, atau terapi inotropik.

3. Terapi diuretik

Bila pemberian cairan intravena secara cepat atau resusitasi cairan tidak merespons dengan baik, maka pemberian diuretik dapat disarankan dengan melakukan tes stres furosemid (FST).

FST dilakukan dengan cara memberikan dosis furosemide untuk menilai respon ginjal terhadap diuretik dan menilai risiko serta tingkat cedera ginjal akut (AKI).

Terapi dapat dimulai dengan pemberian furosemide 100-200 mg, dan dapat ditingkatkan bila tidak mendapatkan respons atau pemberian bersamaan dengan diuretik tiazid. Perlu diperhatikan bahwa pemberian furosemide hanya pada pasien dengan volume cairan tubuh yang dianggap normal.

4. Penggantian ginjal

Oliguria pada tingkat parah yang diinduksi oleh kerusakan ginja disarankan mendapatkan terapi suportif seperti penggantian ginjal. Terapi ini juga bertujuan untuk menekan perkembangan komplikasi.

5. Diet

Selama masa pengobatan oliguria penting menghindari obat yang bersifat merusak ginjal dan memodifikasi dosis obat yang bekerja atau diekskresikan pada ginjal, seperti doxorubicin, azathioprine, allopurinol, aminoglikosida, dan digoxin. Selain itu, perlu untuk menjaga asupan protein dan kalori.

Artikel lainnya: Mengenal Jenis-Jenis Inkontinensia Urine dan Gejalanya

Pencegahan Oliguria

Berikut berbagai tindakan yang bisa Kamu lakukan untuk mencegah terjadinya oliguria:

  • Pada pasien dengan resiko tinggi harus menghindari obat-obat yang terindikasi merusak ginjal seperti NSAID, amfoterisin B, antibiotik aminoglikosida, dan ACEI (penghambat enzim pengubah angiotensin).
  • Menjaga keseimbangan cairan pada saat diare dengan memenuhi kebutuhan cairan.
  • Minum air yang cukup terutama saat melakukan aktivitas yang mengeluarkan banyak keringat, seperti olahraga.
  • Pastikan minum banyak air putih pada saat cuaca panas, lembab, hingga cuaca dingin.
  • Ketika sakit sebaiknya banyak meminum cairan agar tubuh tetap terhidrasi.
  • Mengatur pola makan yang sehat dan seimbang.
  • Mengelola stress dan menjaga mood agar tetap stabil.
  • Berhenti merokok.

Komplikasi Oliguria

Oliguria akut yang tidak tertangani dengan baik dapat berpotensi menyebabkan gagal ginjal akut akibat penurunan GFR. Hal ini akan menyebabkan gangguan elektrolit, peningkatan kadar ureum dan kreatinin plasma hingga asidosis metabolik.

Kondisi tersebut akan menyebabkan berbagai komplikasi lainnya, seperti berikut:

  • Hiperkalemia (peningkatan kadar kalium didalam darah diatas normal)
  • Edema paru (penumpukan cairan pada paru-paru)
  • Asites (penumpukan cairan didalam rongga perut)
  • Hiperfosfatemia (peningkatan kadar fosfatemia didalam darah)
  • Hipokalsemia (penurunan kadar kalsium didalam darah)
  • Gagal jantung kongestif
  • Hipertensi
  • Sepsis(infeksi darah)
  • Aritmia (irama jantung yang tidak normal)
  • Perikarditis (peradangan pada lapisan tipis yang mengelilingi jantung)
  • Perdarahan saluran cerna
  • Kelemahan otot
  • Anemia
  • Kejang
  • Koma

Obat Terkait Oliguria 

  • Furosemide
  • Tiazid
  • Trimethoprim-sulfamethoxazole
  • Nitrofurantoin

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan diri ke dokter, bila terjadi penurunan jumlah urine, kelelahan, dan jantung berdebar. Bisa jadi ini pertanda oliguria.

Jika Kamu ingin tahu lebih banyak seputar gangguan ginjal dan sistem kemih, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter di Google Play dan App Store ya!

  • AAPC.(2024).ICD-10-CM Code for Anuria and Oliguria. https://www.aapc.com/codes/icd-10-codes/R34.
  • Klahr, S. and Miller, S.B. (1998) ‘Acute Oliguria’, New England Journal of Medicine, 338(10), pp. 671–675. doi:10.1056/nejm199803053381007. 
  • Vaara, S.T. et al. (2016) ‘Association of oliguria with the development of acute kidney injury in the critically ill’, Kidney International, 89(1), pp. 200–208. doi:10.1038/ki.2015.269. 
  • Ford, R.B. and Mazzaferro, E.M. (2012) ‘Clinical signs’, Kirk & Bistner’s Handbook of Veterinary Procedures and Emergency Treatment, pp. 381–441. doi:10.1016/b978-1-4377-0798-4.00003-7. 
  • Haider MZ, Aslam A. Oliguria. [Updated 2023 Jul 31]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560738/
  • Haider MZ, Aslam A. Oliguria. 2023 Jul 31. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan–. PMID: 32809573.
  • Ramesh Venkataraman, John A. Kellum. Evaluation and Treatment of Acute Oliguria, Editor(s): Mark F. Newman, Lee A. Fleisher, Clifford Ko, Michael (Monty) Mythen, Perioperative Medicine (Second Edition), Elsevier, 2022, Pages 251-258, ISBN 9780323567244, https://doi.org/10.1016/B978-0-323-56724-4.00018-6
  • Ostermann, M., Shaw, A.D. & Joannidis, M. Management of oliguria. Intensive Care Med 49, 103–106 (2023). https://doi.org/10.1007/s00134-022-06909-5
  • Bianchi, N.A. et al. (2021) ‘Association of oliguria with acute kidney injury diagnosis, severity assessment, and mortality among patients with critical illness’, JAMA Network Open, 4(11). doi:10.1001/jamanetworkopen.2021.33094. 
  • Klein, S.J., Lehner, G.F., Forni, L.G. et al. Oliguria in critically ill patients: a narrative review. J Nephrol 31, 855–862 (2018). https://doi.org/10.1007/s40620-018-0539-6
  • Risinger WB, Pera SJ, Cage KE, Benns MV, Nash NA, Bozeman MC, Coleman JC, Franklin GA, Miller KR, Smith JW, Harbrecht BG. Predictors of oliguria in post-traumatic acute kidney injury. Surgery. 2024 Mar;175(3):913-918. doi: 10.1016/j.surg.2023.09.061. Epub 2023 Nov 10. PMID: 37953144.
  • G Kunst, M Ostermann, Intraoperative permissive oliguria – how much is too much?, BJA: British Journal of Anaesthesia, Volume 119, Issue 6, December 2017, Pages 1075–1077, https://doi.org/10.1093/bja/aex387
  • Glassford, N.J. and Bellomo, R. (2017) ‘The role of Oliguria and the absence of fluid administration and balance information in illness severity scores’, The Korean Journal of Critical Care Medicine, 32(2), pp. 106–123. doi:10.4266/kjccm.2017.00192. 
  • Cleveland Clinic.(2024).Oliguria (Low Urine Output). https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22271-oliguria
  • Osmosis.(2024).Oliguria (What Is It, Causes, Signs and Symptoms, and More). https://www.osmosis.org/answers/oliguria
  • WebMd.(2024).Oliguria. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/oliguria-facts