Masalah Pencernaan

Penyakit Maag

dr. Sara Elise Wijono MRes., 25 Mar 2024

Ditinjau Oleh dr. Sara Elise Wijono MRes.

Sakit maag adalah gangguan pencernaan pada lambung yang membuat perut terasa nyeri, kembung, hingga panas. Kenali penyebab, gejala, cara mengatasi, dan obat maag yang ampuh.

Penyakit Maag

Maag

Dokter Spesialis

Dokter umum dan dokter spesialis penyakit dalam

Gejala

Nyeri di sekitar ulu hati, rasa panas seperti terbakar di dada, kembung, sering sendawa, mual dan muntah

Faktor Resiko

Pola makan yang tidak tepat, depresi, kecemasan, stres, minum obat pereda nyeri dalam jangka panjang, merokok

Cara Diagnosis

Wawancara, pemeriksaan fisik, tes bakteri H. Pylori, endoskopi, x-ray

Pengobatan

Perubahan pola makan, setop merokok, hindari menggunakan pakaian yang ketat di sekitar dada, kurangi berat badan, konsumsi obat-obatan, mengelola stres

Obat

Antasida dan sukralfat, obat golongan proton pump inhibitor (PPI), obat golongan H2-blocker, antibiotik

Komplikasi

Tubuh kekurangan nutrisi, tukak lambung, perdarahan lambung, dan penurunan kualitas hidup

Kapan harus ke dokter?

Muntah terus-menerus, muntah darah, kehilangan nafsu makan, berat badan turun tanpa sengaja, nyeri atau kesulitan menelan, nyeri perut hebat lebih dari 1 jam.

Pengertian Maag

Penyakit mag merupakan istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan gangguan di lambung. Dalam dunia medis, kondisi itu disebut dengan dispepsia.

Sakit mag adalah ketidaknyamanan pada perut bagian atas ataupun sekitar ulu hati. Sifat nyerinya berulang dan juga kronik. Diketahui, sekitar 25 persen dari populasi umum menderita dispepsia setiap tahun.

Penyakit mag biasanya tidaklah mengancam nyawa. Akan tetapi, bila berlangsung terus bisa memengaruhi kualitas hidup, sekaligus memberi beban ekonomi yang cukup besar bagi penderita.

Artikel lainnya: Sakit Mag Tak Kunjung Sembuh, Apa Penyebabnya?

Penyebab Maag

Mag adalah gejala dari berbagai macam penyakit. Sebanyak 25 persen pasien dengan kondisi ini memiliki kelainan organik yang mendasari.

Kelainan organik yang sering menjadi penyebab sakit mag adalah tukak lambung, gastroesophageal reflux disease (GERD), kanker lambung, dan efek penggunaan jangka panjang obat antinyeri golongan OAINS (obat anti-inflamasi non-steroid).

Di sisi lain, sebanyak 75 persen individu dengan keluhan dispepsia tidak ditemukan adanya kelainan yang mendasari saat diperiksa. Inilah yang disebut dengan dispepsia fungsional. Ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:

1. Gangguan saraf atau otot lambung

Gangguan pada sistem ini menyebabkan pengosongan lambung lebih lambat, sehingga menyebabkan mual, muntah, cepat kenyang, atau perut kembung.

2. Sensitivitas terhadap nyeri

Secara normal, lambung akan merenggang ketika makanan masuk ke dalamnya. Sebagian orang sensitif terhadap kejadian ini, sehingga terasa nyeri.

3. Infeksi Bakteri Helicobacter pylori

Bakteri Helicobacter pylori dapat menyebabkan peradangan hingga luka pada lambung.

4. Faktor Psikologis dan Sosial 

Individu yang mengalami dispepsia fungsional sering kali mengalami kecemasan atau depresi. 

Gejala dispepsia akan membaik dengan mengobati depresi atau kecemasannya.

Gejala Maag

Gejala mag yang paling sering timbul adalah:

  • Rasa tidak nyaman atau nyeri di perut bagian atas (sekitar ulu hati)
  • Rasa panas seperti terbakar di dada
  • Perut kembung
  • Sering bersendawa
  • Mulut terasa asam
  • Cepat kenyang saat makan
  • Rasa mual
  • Muntah
  • Kehilangan nafsu makan
  • Penurunan berat badan

Artikel lainnya: Sakit Mag Sampai Demam, Apa Artinya?

Faktor Risiko Maag

Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan risiko keluhan mag, yakni:

Diagnosis Maag

Ada beberapa cara untuk mendiagnosis dispepsia. Berikut penjelasannya.

1. Wawancara dan Pemeriksaan Fisik

Untuk mengetahui penyebab sakit mag, dokter akan melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik yang detail. Umumnya, penilaian ini cukup apabila keluhan yang dialami tergolong ringan, dan tidak ditemukan adanya penurunan berat badan atau muntah berulang.

Namun, jika gejala tak membaik dalam 4–8 minggu atau gejala yang dialami semakin berat, pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebabnya perlu dilakukan.

Berdasarkan kriteria Rome III, seseorang dapat dikatakan mag atau dispepsia bila mengalami satu atau lebih gejala berikut:

  • Perut terasa penuh setelah makan
  • Cepat kenyang (tidak dapat menghabiskan porsi makanan seperti biasanya)
  • Nyeri atau rasa panas seperti terbakar pada ulu hati

2. Tes bakteri H. Pylori

Pada kondisi tertentu akan dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya bakteri ini. Pemeriksaan dapat melalui darah, kotoran (feses), atau mengetes udara pernapasan Kamu.

3. Endoskopi 

Pada pasien berusia >55 tahun dengan gejala serius, seperti muntah berulang, penurunan berat badan, atau kesulitan menelan, dilakukan prosedur endoskopi. Hal ini dilakukan untuk melihat kelainan pada saluran cerna bagian atas (kerongkongan, lambung, dan usus halus).

4. X-Ray

Pada semua individu, pemeriksaan rontgen atau CT scan juga dapat dilakukan bila ada indikasi. Pemeriksaan ini akan memberikan gambaran anatomis saluran pencernaan, dan membantu menemukan kelainan seperti tukak (luka).

Pengobatan Maag

Banyak kasus penyakit maag disebabkan oleh pola makan kurang sehat. Oleh karena itu, sebagian pasien biasanya akan mengalami perbaikan gejala usai melakukan perubahan gaya hidup yang mencakup:

  • Perubahan pola atau kebiasaan makan.
  • Membatasi atau menghindari makanan yang tinggi lemak karena dapat memperlambat pengosongan lambung.
  • Cokelat, mentol, dan alkohol akan memperburuk gejala mag. Sebab, katup antara kerongkongan dengan lambung menjadi rileks. Hal ini membuat asam lambung mudah naik kembali ke kerongkongan (refluks).
  • Makanan pedas dan asam seperti tomat dan jeruk dapat memperburuk gejala dyspepsia, begitu pula dengan kopi.
  • Makan lebih sering (5–6 kali sehari) dalam porsi yang lebih kecil, daripada 2–3 kali makan dalam porsi besar.
  • Setelah makan, dianjurkan untuk menunggu 2–3 jam sebelum berbaring. Karena itu, mengemil pada malam hari sebaiknya dihindari.
  • Hindari atau berhenti merokok.
  • Apabila dispepsia terjadi di malam hari, naikkan kasur tidur bagian kepala sekitar 15–20 cm dengan mengganjal kasurnya, bukan dengan memberikan ganjalan di bawah kepala. Hal ini dilakukan agar posisi kerongkongan dan lambung setengah berdiri, sehingga mengurangi refluks.
  • Hindari menggunakan pakaian yang ketat di sekitar dada. Kurangi berat badan.
  • Konsumsi obat-obatan.
  • Mencari cara mengatasi stres dengan baik. Stres emosional dapat meningkatkan kadar asam lambung.

Apabila hal ini sangat memengaruhi kualitas hidup, pasien dianjurkan untuk menemui psikolog atau psikiater. Pengelolaan stres emosional terbukti dapat membuat kondisi fisik dan mental menjadi lebih baik.

  • Metode alternatif, seperti teknik relaksasi, meditasi, hipnoterapi dan akupunktur juga dapat dilakukan untuk membantu mengurangi gejala mag.

Dispepsia dapat ditangani oleh dokter umum atau dokter spesialis penyakit dalam.

Obat Terkait Maag

Selain perubahan gaya hidup, obat mag berikut juga dapat mengurangi gejala dengan menurunkan kadar asam lambung.

  • Antasida dan sukralfat dapat membantu mengurangi gejala akut dispepsia dengan cara melapisi dinding lambung agar tidak teriritasi asam lambung.
  • Obat maag golongan proton pump inhibitor (PPI) berfungsi menurunkan produksi asam lambung. Contohnya, omeprazole, lansoprazole, pantoprazole, dan esomeprazole.
  • Obat golongan H2-blocker juga berfungsi mengurangi produksi asam lambung, seperti ranitidine, famotidine, dan simetidine. Obat ni memang tidak memberikan efek sebaik obat golongan PPI, tapi bisa mengurangi nyeri dalam waktu yang lebih cepat
  • Antibiotik pada pasien yang terinfeksi H. pylori untuk membunuh kuman ini.

Artikel lainnya: Jenis Buah untuk Mengobati Mag Kronis

Pencegahan Maag

Perubahan gaya hidup seperti di bawah ini akan mengurangi frekuensi dan mengatasi sakit mag.

  • Kurangi atau hindari makanan pedas, asam, dan berlemak tinggi.
  • Makan lebih sering (5–6 kali sehari) dengan porsi yang lebih kecil, dibandingkan 2–3 kali makan besar.
  • Hindari berbaring setelah makan. Berikan jarak 3 jam antara waktu makan dan tidur.
  • Membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dan kafein (kopi).
  • Hindari atau berhenti merokok.
  • Mengurangi atau menghindari penggunaan obat golongan OAINS, kortikosteroid dan antikoagulan (anti-pembekuan darah).
  • Mengelola stres dan kecemasan.

Komplikasi Maag

  • Dispepsia fungsional biasanya tidak menyebabkan komplikasi yang serius. Namun bila terjadi terus-menerus, kondisi ini akan memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas.
  • Tubuh juga bisa kekurangan gizi karena kehilangan nafsu makan. Akibatnya, seseorang akan menjadi lebih mudah sakit, sehingga tidak bisa bekerja atau beraktivitas.
  • Pada kondisi tertentu maag dapat berkomplikasi menjadi tukak lambung dan perdarahan pada lambung.

Kapan Harus ke Dokter

Segera hubungi dokter bila Kamu mengalami salah satu dari kondisi berikut:

  • Usia >50 tahun saat gejala pertama kali muncul
  • Muntah terus-menerus
  • Muntah darah
  • Berat badan menurun tanpa disengaja, atau kehilangan nafsu makan
  • Tinja berwarna merah kehitaman, menyerupai kopi
  • Nyeri atau kesulitan saat menelan
  • Nyeri perut hebat yang berlangsung lebih dari 1 jam
  • Nyeri perut hilang timbul selama lebih dari 24 jam
  • Mengalami demam >39oC
  • Terdapat riwayat kanker pada keluarga

Jika Kamu ada pertanyaan mengenai penyakit maag atau penyakit lainnya, Kamu bisa kosultasi dengan dokter menggunakan fitur tanya dokter dan buat janji dokter dengan layanan temu dokter untuk konsultasi yang lebih praktis.

Kamu bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat, dengan cara booking di layanan medis & lab di KlikDokter!

Yuk, #JagaSehatmu dengan mengunduh aplikasi KlikDokter di Google Play dan App Store dan gunakan juga KALStore untuk beli suplemen dan vitamin untuk menjaga kesehatan Kamu.

(HNS/AYU)

  • Mayo Clinic. Diakses Januari 2022. Functional Dyspepsia.
  • WebMD. Diakses Januari 2022. Indigestion.
  • NCBI. Diakses Januari 2022. Prevalence and Risk Factors of Functional Dyspepsia in Health Check-up Population: A Nationwide Multicenter Prospective Study.
  • Academic.Oup. Diakses Januari 2022. Dyspepsia in general practice: incidence, risk factors, comorbidity and mortality.