Masalah Pencernaan

Gerd

dr. Marsita Ayu Lestari, 06 September 2023

Ditinjau Oleh KlikDokter

Gastroesophageal reflux disease atau GERD adalah penyakit kronis pada sistem pencernaan. Kondisi ini ditandai dengan nyeri ulu hati disertai mual. Lantas, apakah GERD bisa sembuh? Berikut ulasannya!

Gerd

GERD

Dokter Spesialis

Dokter di Instalasi Gawat Darurat, Spesialis terkait: Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Gastroenterohepatologi

Gejala 

Merasakan adanya makanan yang mengganjal di dada, rasa terbakar di dada yang memberat dengan tiduran, membungkukkan badan, dan makan, rasa asam dan pahit di mulut, nyeri ulu hati, kesulitan menelan makanan, nyeri ketika menelan makanan, suara serak, batuk, mual, cegukan, bau mulut

Faktor Risiko

Usia tua, hernia hiatus, skleroderma, obesitas, kehamilan, penggunaan obat tertentu (antikolinergik, beta blocker, bronkodilator, calcium channel blockers, antidepresan trisiklik, progestin, sedatif), merokok, mengonsumsi alkohol, kebiasaan makan (mengonsumsi makanan yang memicu pengeluaran asam lambung, jumlah makanan, waktu makan menjelang tidur), kecemasan, depresi, aktivitas fisik yang kurang 

Diagnosis 

Wawancara medis, pemeriksaan fisik

Pengobatan 

Modifikasi gaya hidup, terapi obat, terapi terhadap komplikasi, pembedahan 

Obat

Obat terkait GERD: antasida, prokinetik, sukralfat, penghambat pompa proton

Komplikasi

Striktur esofagus, Barrett's esophagus, asma, karies gigi

Kapan harus ke dokter?

Gejala dan tanda GERD

Pengertian GERD

Gastroesophageal reflux disease atau GERD adalah penyakit kronis pada sistem pencernaan yang ditandai dengan isi lambung yang kembali ke kerongkongan.

Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai keluhan di kerongkongan, tenggorokan, dan saluran pernapasan, salah satunya heartburn (sensasi terbakar di dada).

GERD merupakan gangguan pencernaan yang dapat menurunkan kualitas hidup. Pasalnya, gejala GERD dapat muncul kapan saja dan menghambat aktivitas yang dilakukan.

Meski begitu, gejala GERD dapat dikendalikan dengan pengobatan dokter dan perubahan gaya hidup. Bila pengobatannya berhasil dilakukan, ini akan meningkatkan kualitas hidup, fungsi fisik, sosial, dan kesejahteraan emosional pasien.

Penyebab GERD

Saluran pencernaan terdiri dari rongga mulut, faring, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. Pada kerongkongan bagian bawah terdapat sfingter yang menutup ketika makanan sudah masuk lambung, sehingga isi lambung tidak dapat kembali ke kerongkongan.

Pada kondisi tertentu, terjadi kelemahan sfingter kerongkongan bagian bawah (lower esophageal sphincter). Kondisi ini menyebabkan sfingter tersebut tidak menutup dengan sempurna. Akibatnya, isi lambung yang harusnya mengalir ke bawah malah naik ke kerongkongan, menimbulkan gejala GERD.

Artikel Lainnya: Dada Bagian Tengah Terasa Nyeri? Ini 8 Penyebabnya

Gejala GERD

Setiap orang dapat mengalami gejala GERD yang berbeda-beda. Namun, ciri-ciri GERD yang umumnya dikeluhkan adalah:

  • Merasakan adanya makanan yang mengganjal di dada.
  • Rasa terbakar di dada yang bertambah parah dengan tiduran, membungkukkan badan, atau makan.
  • Rasa asam dan pahit di mulut.
  • Nyeri ulu hati.
  • Nyeri ketika menelan makanan.
  • Suara serak.
  • Batuk.
  • Kesulitan menelan (disfagia).
  • Cegukan.
  • Bau mulut.
  • Mual.

Faktor Risiko GERD

Terdapat beberapa kondisi yang membuat seseorang menjadi rentan mengalami GERD:

  • Usia tua.
  • Hernia hiatus (kondisi yang ditandai dengan penonjolan bagian atas perut atau organ dalam lainnya melalui lubang di diafragma).
  • Skleroderma (penyakit autoimun yang ditandai dengan kelainan pembuluh darah serta pengerasan jaringan kulit dan organ tubuh).
  • Obesitas.
  • Kehamilan.
  • Penggunaan obat tertentu, seperti antikolinergik, beta blocker, bronkodilator, calcium channel blockers, antidepresan trisiklik, progestin, dan sedatif.
  • Kebiasaan merokok.
  • Mengonsumsi alkohol.
  • Kebiasaan mengonsumsi makanan yang memicu pengeluaran asam lambung berlebihan, seperti kopi, teh, coklat, keju, minuman bersoda.
  • Kebiasaan langsung tidur setelah makan besar atau makan dalam porsi besar sekaligus.
  • Kecemasan.
  • Depresi.
  • Kurang aktif bergerak dan berolahraga.

Artikel Lainnya: Catat, 14 Cara Mengatasi Asam Lambung Naik

Diagnosis GERD

Untuk mendiagnosis GERD, dokter akan melakukan wawancara medis dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan keluhan, riwayat kesehatan, riwayat penggunaan obat, dan menilai respons terhadap obat penekan asam lambung, faktor risiko, dan hal terkait lainnya.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Sementara, pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik.

Berikut pemeriksaan GERD penunjang yang dipertimbangkan:

  • Esophagogastroduodenoscopy (EGD): prosedur endoskopi untuk menilai kondisi kerongkongan
  • Continuous esophageal pH monitoring: mengevaluasi penderita GERD yang tidak respons dengan obat proton pump inhibitor.
  • Barium meal: mengidentifikasi kelainan, seperti hernia hiatus dengan menelan barium agar terlihat saat pemindaian x-ray.
  • Manometri esofagus: mengevaluasi pengobatan non-erosive reflux disease (NERD) dan mengetahui penyebab kesulitan menelan.
  • Stool occult blood test: mengidentifikasi perdarahan dari iritasi kerongkongan, lambung, atau usus
  • Pemeriksaan histopatologis: menentukan adanya keganasan (tumor) pada kerongkongan dan bagian lainnya.

Artikel Lainnya: Kamu Punya GERD? Yuk, Cari Tahu Penyebab dan Pemicunya

Pengobatan GERD

Secara umum, pengobatan GERD bertujuan untuk meredakan gejala, menyembuhkan lesi (luka) kerongkongan, mencegah kekambuhan dan komplikasi, serta memperbaiki kualitas hidup.

Cara mengatasi GERD adalah dengan berobat ke dokter, seperti dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterohepatologi.

Berikut pengobatan GERD atau perawatan GERD yang umumnya direkomendasikan oleh dokter:

1. Mengubah Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup bertujuan mengurangi frekuensi asam lambung yang naik ke kerongkongan dan mencegah kekambuhan. Berikut panduan hidup sehat untuk pengidap GERD:

  • Meninggikan posisi kepala saat tidur dengan bantal.
  • Menghindari makan sebelum tidur, selambat-lambatnya 2 jam sebelum tidur.
  • Berhenti merokok.
  • Tidak mengonsumsi alkohol.
  • Mengurangi porsi maupun jumlah makanan yang dimakan
  • Membatasi asupan lemak, seperti gorengan atau jeroan.
  • Menurunkan berat badan bila melebihi indeks massa tubuh normal, yakni 18,5-22,9 kg/m² untuk populasi Asia.
  • Mengonsumsi makanan yang dianjurkan bagi penderita GERD adalah makanan yang tidak pedas, terasa asam, atau berlemak tinggi.

Bila mengonsumsi obat yang berisiko memicu kejadian GERD, maka konsultasikan kepada dokter.

2. Minum Obat

Berikut beberapa obat untuk mengatasi GERD yang biasanya diresepkan dokter:

  • Antasida (Antasida doen, Promag, Polysilane)
  • Antagonis reseptor H2 (Cimetidine, Famotidine, Ranitidine)
  • Prokinetik (Metoclopramide, Domperidon, Cisapride)
  • Sucralfate
  • Penghambat pompa proton (Omeprazole, Lansoprazole, Pantoprazole, Rabeprazole, Esomeprazole)

3. Terapi Tambahan

Pada beberapa kondisi, GERD yang sudah menyebabkan komplikasi, seperti striktur esofagus, Barrett's esophagus, dan asma dapat menjalani pengobatan tambahan sesuai kondisinya.

4. Pembedahan

Terapi bedah biasanya dipertimbangkan pada penderita GERD yang gagal dengan terapi obat. Salah satu prodesur yang direkomendasikan adalah laparoscopic nissen fundoplication untuk mengencangkan kembali sfingter.

5. Terapi Endoskopi

Penelitian melaporkan bahwa mulai dikembangkan terapi endoskopi, seperti radiofrequency ablation, endoscopic suturing, endoscopic implantation, endoscopic gastroplasty untuk membantu mengatasi GERD.

Sembuh atau tidaknya GERD, bergantung pada berbagai faktor, seperti:

  • Keparahan gejala.
  • Adanya luka di kerongkongan.
  • Komplikasi yang ditimbulkan.
  • Respons tubuh terhadap terapi.
  • Perbaikan kualitas hidup.

Pencegahan GERD

Upaya pencegahan GERD adalah dengan mengendalikan faktor risiko yang dapat diubah, seperti:

  • Menjaga berat badan agar pada rentang indeks massa tubuh normal.
  • Selambat-lambatnya makan malam terakhir 2 jam sebelum tidur.
  • Tidak mengonsumsi minuman atau makanan yang memicu GERD.
  • Mengunyah makanan secara perlahan.
  • Tidak merokok.
  • Tidak mengonsumsi alkohol.
  • Sebaiknya memakai pakaian yang longgar.

Komplikasi GERD

Berikut komplikasi GERD yang mungkin terjadi:

  • Striktur esofagus (penyempitan pada kerongkongan).
  • Asma
  • Barrett's esophagus (kerusakan lapisan kerongkongan)
  • Karies gigi

Artikel Lainnya: Deretan Komplikasi GERD yang Mesti Anda Waspadai

Obat Terkait GERD

Berikut obat terkait GERD yang umumnya diresepkan dokter:

Kapan harus ke Dokter?

Segera ke dokter, bila kamu mengalami gejala dan tanda di atas. Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi GERD dan #JagaSehatmu, yuk download aplikasi KlikDokter. Manfaatkan juga layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.

(APR)