HomePsikologiKesehatan MentalDeteksi Penyakit Alzheimer dengan Tes Darah, Mungkinkah?
Kesehatan Mental

Deteksi Penyakit Alzheimer dengan Tes Darah, Mungkinkah?

Tamara Anastasia, 17 Okt 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Penelitian terbaru menyebutkan bahwa Alzheimer bisa dideteksi melalui tes darah. Fakta atau hanya mitos belaka?

Deteksi Penyakit Alzheimer dengan Tes Darah, Mungkinkah?

Kata Alzheimer mungkin sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Penyakit ini memang menakutkan sekaligus merepotkan, baik bagi penderita maupun orang yang ada di sekelilingnya. Untuk itu, penting bagi setiap orang untuk deteksi dini gejala Alzheimer. Salah satu cara yang diduga bisa dijadikan ‘alat pendeteksi’ adalah tes darah.

Melansir healthline, sebuah studi terbaru yang dilakukan di Washington University di St. Louis menyatakan bahwa tes darah bisa membantu dokter untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit Alzheimer pada seseorang. 

Penelitian tersebut dilakukan selama bertahun-tahun untuk mendeteksi amyloid beta, yaitu protein yang ditemukan dalam tubuh dan dikaitkan dengan fisiologi sel otak. 

Spesialis geriatri di Dallas, Texas, Dr. Diana Kerwin mengatakan, ketika tubuh kehilangan keseimbangan dalam memproduksi amyloid beta, maka akan timbul sel abnormal yang menyebabkan kematian sel saraf dan berakibat pada Alzheimer. 

Penelitian menyimpulkan bahwa risiko penyakit Alzheimer dapat diprediksi dengan akurasi 94 persen ketika hasil dari tes darah dikombinasikan dengan dua faktor risiko lain, seperti usia atau keluarga dan riwayat penyakit.

Masih belum pasti

Penelitian yang menyatakan bahwa tes darah dapat membantu mendeteksi Alzheimer sejak dini ternyata masih bersifat hipotesis alias belum dapat dijadikan acuan. 

“Sampai saat ini belum ada penelitian sahih yang secara akurat mengatakan bahwa Alzheimer bisa dideteksi hanya dengan tes darah,” kata dr. Karin Wiradarma, dari KlikDokter.

Lebih lanjut, dr. Karin mengatakan bahwa endapan amyloid beta memang dapat dijadikan sebagai indikator kunci untuk diagnosis Alzheimer. 

Akan tetapi, mendeteksi adanya amyloid beta adalah sesuatu yang sulit dilakukan jika hanya dilihat dari sampel darah saja. Karena sejatinya, cara terbaik untuk mendeteksi protein amyloid beta adalah pemindaian otak atau penggalian cairan di tulang belakang. Namun, prosedur tersebut terbilang mahal dan memiliki risiko. 

“Mendeteksi Alzheimer akan lebih akurat dengan mengetahui gejala-gejalanya. Jika seseorang menunjukkan gejala penyakit tersebut, maka bisa segera dicek ke dokter dengan metode scan otak dan serangkaian wawancara medis,” jelas dr. Karin.

Ciri dan gejala penyakit Alzheimer 

Alzheimer adalah suatu kondisi di mana kemampuan otak menurun drastis karena sebagian sel-sel di otak sudah tidak lagi berfungsi dengan baik. Penderita penyakit ini akan mengalami kemunduran fungsi intelektual yang cukup berarti, sehingga memberikan dampak buruk pada kualitas hidup.

Seiring dengan bertambahnya usia, risiko penyakit Alzheimer akan meningkat. Penyakit ini umumnya akan muncul pada usia di atas 65 tahun. Selain faktor usia, dr. Karin juga mengatakan bahwa Alzheimer memiliki faktor risiko lain –misalnya cedera kepala hebat, menopause pada wanita, penyakit diabetes dan hipertensi

Beberapa tanda yang bisa menjadi ‘rambu-rambu’ seseorang mengidap Alzheimer, di antaranya: 

Mudah lupa 

Mudah lupa adalah tanda paling awal yang dialami oleh para penderita Alzheimer. Penderita biasanya akan sering lupa akan kejadian yang baru saja dialami dan lebih sering menceritakan kisah yang sama berulang-ulang kali.

Terkadang, penderita juga mengalami disorientasi waktu dan lokasi, tidak ingat kejadian penting, bingung lokasi dan tidak mengetahui jalan pulang.

Gangguan dalam berkomunikasi 

Penderita Alzheimer akan mengalami gangguan mengingat kata-kata yang sebelumnya sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Mereka pun sulit berbicara dan memahami percakapan, karena merasa linglung saat harus merangkai kata-kata. 

Sulit tidur

Dikutip dari laman Reader’s Digest, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Neurology mencatat bahwa orang yang berisiko mengalami Alzheimer lebih sulit tertidur di malam hari.

Meski para ahli tidak terlalu percaya dengan penemuan tersebut, Anda tetap dianjurkan untuk periksa ke dokter jika sering mengalami kesulitan tidur di malam hari. 

Depresi 

Studi yang dilakukan selama lima tahun di American Journal of Psychiatry menjelaskan bahwa zat protein amyloid beta dapat membangun plak yang ditemukan di otak penderita Alzheimer. 

Zat ini juga ada pada orang dewasa yang mengalami peningkatan kecemasan. Karena itu, para peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan yang meningkat dapat menjadi salah satu tanda awal Alzheimer. 

Tersesat saat mengemudi

Tidak hanya lupa akan suatu kejadian atau orang yang sudah ditemuinya, penderita Alzheimer juga sering lupa dengan jalan yang baru saja dilewatinya. Dalam beberapa kasus, para penderita juga lupa jalan pulang dan lupa lokasi tempat yang ingin ia tuju. Alhasil, mereka akan lebih mudah tersesat. 

Seseorang yang mengalami satu atau lebih gejala-gejala Alzheimer seperti yang sudah dijelaskan di atas, dianjurkan untuk segera berobat ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Dengan ini, perburukan kondisi bisa diperlambat dan kualitas hidup penderita bisa dipertahankan. 

(NB/ RH)

Tes DarahAlzheimer

Konsultasi Dokter Terkait