Masalah Endokrin dan Hormon

Diabetes

dr. Marsita Ayu Lestari, 01 Nov 2023

Ditinjau Oleh

Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. Bila gejalanya semakin parah dapat menimbulkan komplikasi, seperti stroke dan penyakit jantung.

Diabetes

Diabetes

Dokter spesialis

kolaborasi antarmultidisiplin kedokteran tergantung kondisi kesehatan penyandang diabetes, seperti dokter umum, dokter spesialis  penyakit dalam (untuk pasien dewasa), dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes, dokter spesialis anak (untuk pasien anak), dokter spesialis gizi klinik, dokter spesialis obstetri dan ginekologi.

Gejala

gejala diabetes tipe 1: sering buang air kecil, frekuensi buang air kecil meningkat pada malam hari, mengompol pada anak yang semestinya sudah tidak mengompol, merasa haus yang berlebihan, penurunan berat badan yang cepat (2-6 minggu), gagal tumbuh, infeksi vagina yang disebabkan oleh jamur Candida, infeksi kulit berulang.

gejala diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan maturity-onset diabetes of the young (MODY): sering berkemih, selalu merasa lapar, merasa haus terus-menerus, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, penglihatan kabur, merasa lemas, kesemutan, kulit gatal, luka menjadi sukar sembuh, gatal di daerah kelamin terutama pada wanita.

Faktor risiko

faktor risiko diabetes tipe 1: riwayat keluarga yang mengidap diabetes tipe 1 atau penyakit tiroid autoimun, infeksi ibu selama kehamilan, anak-anak, remaja, dan dewasa muda, riwayat infeksi pada usia di bawah 6 tahun, masalah pernapasan, infeksi, dan penyakit kuning pada bayi baru lahir, riwayat eksim dan peradangan lapisan lendir hidung.

faktor risiko diabetes tipe 2: usia > 45 tahun, riwayat diabetes melitus dalam keluarga, riwayat prediabetes, pernah melahirkan bayi dengan berat lahir ≥ 4000 gram, perempuan dengan riwayat diabetes melitus gestasional atau PCOS, merokok, ras tertentu (Hispanik, Asia Amerika, pulau Pasifik, penduduk asli Amerika), berat badan berlebih, kadar kolesterol darah HDL < 35 mg/dL atau trigliserida > 250 mg/dL, hipertensi, acanthosis nigricans, aktivitas fisik yang kurang.

faktor risiko diabetes gestasional: riwayat diabetes melitus dalam keluarga, riwayat DM gestasional pada kehamilan sebelumnya, usia saat hamil > 30 tahun, riwayat preeklampsia, jumlah cairan ketuban berlebihan selama kehamilan, infeksi saluran kemih berulang ketika hamil, obesitas, riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir ≥ 4000 gram, riwayat keguguran beberapa kali, riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa penyebab jelas, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, riwayat gangguan toleransi gula darah, ras tertentu (Hispanik, penduduk asli Amerika, dan Asia Selatan), aktivitas fisik yang kurang, terdapat glukosa dalam urine.

Cara diagnosis

wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Pengobatan

obat, pengaturan makanan, olahraga, edukasi, pemantauan gula darah mandiri

Obat

obat antihiperglikemik (minum atau suntik)

Komplikasi

komplikasi diabetes tipe 1 maupun tipe 2: ketoasidosis diabetik, hipoglikemia, hyperosmolar hyperglycemic state, stroke, retinopati diabetik, serangan jantung, nefropati diabetik, neuropati diabetik, penyakit arteri perifer, ulkus/gangren kaki diabetik, amputasi anggota gerak tubuh.

komplikasi diabetes gestasional pada bayi: sindrom gangguan pernapasan, bayi lahir dengan berat badan 4000 gram atau lebih, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, hipokalsemia.

komplikasi diabetes gestasional pada ibu: hipertensi, preeklampsia, meningkatkan risiko persalinan dengan operasi sesar, meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Kapan harus ke dokter?

periksakan diri ke dokter, bila terdapat gejala atau faktor risiko diabetes

Pengertian Diabetes

Diabetes adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula (glukosa) darah. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan produksi insulin atau resistensi insulin.

Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Termasuk mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh agar tetap normal.

Diabetes dapat terjadi pada segala usia. Umumnya, orang yang mengalami diabetes mengeluhkan rasa haus dan lapar berlebihan, sering berkemih, dan penurunan berat badan.

Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada waktu lama ini berisiko menimbulkan komplikasi berbahaya, seperti gagal ginjal, serangan jantung, dan amputasi kaki.

Diabetes dikelompokkan menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain. Diabetes tipe 1 dan tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sering terjadi.

Kita mungkin juga pernah mendengar tentang diabetes basah dan diabetes kering. Sebenarnya, kedua istilah itu tidak digunakan dalam dunia medis.

Namun, masyarakat awam sering kali menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi luka diabetes yang bernanah dan luka tidak bernanah.

Kamu juga perlu memahami bahwa diabetes berbeda dengan diabetes insipidus. Meski, kedua penyakit ini sama-sama menggunakan kata “diabetes”. Pada diabetes melitus, hormon yang berpengaruh adalah insulin.

Sementara itu, hormon yang berpengaruh pada diabetes insipidus adalah vasopresin.

Artikel Lainnya: Haruskah Penderita Diabetes Minum Obat Diabetes Seumur Hidup?

Penyebab Diabetes

Dalam tubuh, terdapat organ pankreas yang berfungsi pada proses metabolisme tubuh dan sistem pencernaan.

Pada pankreas terdapat sel alfa yang menghasilkan glukagon dan sel beta yang menghasilkan insulin. 

Glukagon dan insulin merupakan hormon yang mengontrol kadar gula (glukosa) darah. Tanpa keseimbangan antara glukagon dan insulin, maka kadar glukosa menjadi terganggu. 

Diabetes melitus disebabkan oleh produksi insulin yang tidak cukup atau kerja insulin yang terganggu (resistensi insulin). Berikut penyebab diabetes dan jenisnya:

1. Diabetes Tipe 1

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas yang berhubungan dengan autoimun (gangguan sistem kekebalan tubuh yang merusak sel penghasil insulin). Selain itu, diabetes tipe 1 bisa tidak diketahui penyebabnya (idiopatik).

Pada diabetes tipe 1, pankreas menghasilkan sedikit insulin atau tidak menghasilkan insulin. Dulu, diabetes tipe 1 dikenal sebagai juvenile diabetes atau insulin dependent diabetes.

Penyakit ini biasanya ditemukan pada anak-anak atau remaja. Meski demikian, juga dapat berkembang pada orang dewasa.

2. Diabetes Tipe 2

Diabetes tipe 2 umumnya disebabkan oleh resistensi insulin. Kondisi ini terjadi ketika tubuh mengabaikan sinyal insulin.

Secara normal, insulin mengubah glukosa menjadi energi. Pada resistensi insulin, proses tersebut menjadi terganggu.

Di samping itu, diabetes tipe 2 juga berhubungan dengan kondisi sel beta pankreas yang gagal menghasilkan insulin.

3. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) tidak ditemukan sebelum kehamilan.

Penyebab diabetes gestasional belum dipahami sepenuhnya. Namun, kerusakan sel penghasil insulin dan peningkatan resistensi insulin semasa kehamilan diduga memengaruhi penyakit ini.

4. Diabetes Tipe Spesifik Berkaitan dengan Penyebab Lain

Diabetes tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain, seperti sindrom diabetes monogenik. Sindrom diabetes monogenik disebabkan oleh perubahan pada satu gen, misalnya diabetes neonatal dan maturity-onset diabetes of the young (MODY).

Diabetes neonatal adalah diabetes yang muncul dalam 6 bulan pertama kehidupan. Sementara, MODY adalah diabetes yang muncul pertama kali pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda yang umumnya tidak obesitas.

Di samping diabetes monogenik, pemakaian glukokortikoid pada HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ merupakan contoh diabetes tipe spesifik yang berhubungan dengan penyebab lain.

Artikel Lainnya: Bagaimana Diabetes Bisa Menyebabkan Koma?

Faktor Risiko Diabetes

Secara umum, faktor risiko diabetes berhubungan dengan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Berikut masing-masing faktor risiko diabetes berdasarkan jenisnya.

1. Faktor Risiko Diabetes Tipe 1

  • Riwayat keluarga yang mengidap diabetes tipe 1 atau penyakit tiroid autoimun
  • Infeksi ibu selama kehamilan, seperti infeksi enterovirus atau rotavirus tertentu
  • Anak-anak, remaja, dan dewasa muda
  • Riwayat infeksi pada anak usia dini (di bawah 6 tahun), misalnya cacar air (varicella) atau campak (morbili, measles),
  • Masalah pernapasan, infeksi, dan penyakit kuning (ikterus) pada bayi baru lahir diduga berhubungan dengan perkembangan diabetes tipe 1
  • Riwayat dermatitis atopik (eksim) dan rinitis (peradangan lapisan lendir hidung).

2. Faktor Risiko Diabetes Tipe 2

  • Usia > 45 tahun
  • Riwayat diabetes dalam keluarga
  • Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir ≥ 4000 gram
  • Riwayat prediabetes
  • Perempuan dengan riwayat diabetes gestasional atau PCOS
  • Merokok
  • Ras tertentu, misalnya Hispanik, Asia Amerika, pulau Pasifik, dan penduduk asli Amerika
  • Berat badan berlebih (obesitas)
  • Kadar kolesterol darah HDL < 35 mg/dL atau trigliserida > 250 mg/dL
  • Hipertensi (tekanan darah tinggi)
  • Kondisi terkait resistensi insulin, seperti acanthosis nigricans
  • Aktivitas fisik yang kurang

3. Faktor Risiko Diabetes Gestasional

  • Riwayat DM dalam keluarga
  • Usia saat hamil > 30 tahun
  • Riwayat diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
  • Riwayat preeklampsia
  • Polihidramnion (jumlah cairan ketuban berlebihan selama kehamilan)
  • Riwayat keguguran beberapa kali
  • infeksi saluran kemih berulang ketika hamil
  • Obesitas saat hamil
  • Riwayat melahirkan bayi makrosomia (berat lahir ≥ 4000 gram)
  • Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa penyebab jelas
  • Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan
  • Riwayat gangguan toleransi gula darah
  • Ras tertentu, seperti Hispanik, penduduk asli Amerika, dan Asia Selatan
  • Aktivitas fisik yang kurang terutama 3 bulan sebelum kehamilan
  • Terdapat glukosa dalam urine (glukosuria)

Sementara pada diabetes tipe spesifik, seperti MODY, peningkatan gula darah berhubungan dengan perubahan (mutasi) gen tertentu dan riwayat keluarga yang mengidap diabetes.

Gejala Diabetes

Secara umum, gejala diabetes ditandai dengan keluhan seperti:

  • Sering buang air kecil
  • Selalu merasa lapar
  • Merasa haus terus-menerus
  • Penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
  • Penglihatan kabur
  • Merasa lemas
  • Kesemutan
  • Kulit gatal
  • Luka menjadi sukar sembuh
  • Gatal di daerah kelamin terutama pada wanita

Diabetes pada anak juga bisa menimbulkan gejala dengan ciri-ciri seperti berikut:

  • Anak sering buang air kecil
  • Frekuensi buang air kecil meningkat pada malam hari
  • Mengompol pada anak yang semestinya sudah tidak mengompol
  • Merasa haus yang berlebihan
  • Penurunan berat badan yang cepat biasanya dalam 2-6 minggu
  • Gagal tumbuh
  • Infeksi vagina yang disebabkan oleh jamur Candida (vaginal candidiasis) terutama sebelum pubertas
  • Infeksi kulit berulang

Selain kondisi di atas, dapat juga ditemukan masalah kulit akibat diabetes, termasuk:

  • Kulit kering dan gatal
  • Ruam kemerahan bersisik dan melepuh
  • Acanthosis nigricans (warna kulit menghitam di lipatan tubuh)
  • Nekrobiosis lipoidika (bercak kemerahan, kuning, atau coklat pada kulit)
  • Dermopati diabetik (bintik-bintik disertai bercak merah atau coklat terutama di tungkai)
  • Bullosis diabeticorum (lepuh tanpa rasa sakit terutama di tungkai bawah dan kaki)
  • Eruptive xanthomatosis (benjolan kecil berwarna kuning kemerahan di punggung, bokong, dan anggota gerak tubuh)
  • Digital sclerosis (penebalan kulit jari sehingga sendi jari menjadi kaku dan sulit digerakkan)

Artikel Lainnya: Tanda Diabetes Mellitus yang Perlu Anda Waspadai

Diagnosis Diabetes

Diagnosis diabetes akan ditentukan oleh dokter melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Setelah menanyakan keluhan dan faktor risiko, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

Secara umum, berikut pemeriksaan penunjang yang direkomendasikan:

1. Tes Gula Darah 

Pemeriksaan gula darah sewaktu, puasa, dan dua jam setelah tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk mendiagnosis diabetes. Berikut interpretasi kadar gula darah untuk kasus diabetes: 

  • Kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL
  • Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dL. Sebelum pemeriksaan, penyandang diminta berpuasa minimal 8 jam
  • Kadar gula darah 2 jam TTGO ≥ 200 mg/dL. Pemeriksaan TTGO ini dengan beban glukosa 75 gram

Seseorang disebut sebagai penyandang diabetes, bila mengalami salah satu dari keadaan di atas.

2. Tes Hemoglobin Terglikasi (HbA1C)

Pemeriksaan HbA1C untuk mengetahui kadar gula darah rata-rata selama 2 sampai 3 bulan terakhir. Hasil HbA1C ≥ 6,5% menunjukkan bahwa seseorang mengidap diabetes.

3. Tes Penapisan Komplikasi

Pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk mendeteksi komplikasi. Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan seperti urine rutin, tes fungsi hati dan ginjal, EKG, rontgen dada, dan kadar lemak darah.

Selain pemeriksaan di atas, pemeriksaan C-peptide dan genetik akan dianjurkan pada kasus yang diduga MODY.

Artikel Lainnya: Mengenal Tes C-Peptide untuk Penderita Diabetes

Pengobatan Diabetes

Sampai saat ini, belum tersedia obat untuk menyembuhkan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Metode pengobatan diabetes dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes dengan cara mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi.

Berikut metode pengobatan diabetes yang biasanya direkomendasikan dokter:

1. Konsumsi Obat-Obatan

Pasien diabetes tipe 1 diobati dengan insulin, sedangkan pada pasien diabetes tipe 2 memiliki beberapa pilihan terapi, yakni:

  • Metformin, Metformin XR (Biguanide) untuk meningkatkan sensitivitas insulin,
  • Glibenclamide, Glimepiride, Glipizide, Gliclazide (Sulfonilurea) untuk meningkatkan sekresi insulin
  • Pioglitazone (Thiazolidinedione) untuk meningkatkan sensitivitas insulin
  • Repaglinide, nateglinide (Glinid) untuk meningkatkan sekresi insulin
  • Sitagliptin, linagliptin, vildagliptin, saxagliptin (penghambat dipeptidyl peptidase 4) untuk meningkatkan sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon
  • Dapagliflozin, empagliflozin, canagliflozin (penghambat sodium-glucose co-transporter 2) yang menghambat penyerapan glukosa di ginjal
  • Acarbose (penghambat alfa-glukosidase) yang menghambat penyerapan glukosa
  • Insulin atau glucagon-like peptide 1 receptor agonists, obat suntik pada penderita DM.

Pada diabetes gestasional yang tidak berhasil dengan terapi nutrisi medis dan latihan fisik, penambahan terapi insulin dianjurkan. Di samping itu, pemantauan peningkatan berat badan ibu hamil juga diperlukan.

2. Pengaturan Makanan

Pola makan sehat untuk penderita diabetes yang direkomendasikan adalah diet seimbang dan sesuai kebutuhan kalori.

Penderita diabetes disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah (IG <55). Indeks glikemik adalah ukuran seberapa cepat suatu makanan dapat meningkatkan kadar gula.

Beberapa buah dan sayur yang bagus untuk diabetes adalah wortel, sayuran hijau, apel, jeruk, dan buncis.

Keteraturan jadwal makan, jenis makanan, dan jumlah kandungan kalori perlu didiskusikan dengan dokter spesialis gizi klinik atau ahli gizi.

Pasien diabetes juga dinasihati untuk membatasi makanan yang mengandung gula murni, mie instan, makanan bersantan, gorengan, dan tinggi garam.

3. Olahraga

Olahraga dapat membantu menurunkan kadar gula darah, mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan kepekaan sel tubuh terhadap insulin, dan menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

4. Edukasi

Pengobatan diabetes umumnya melibatkan kolaborasi antarmultidisiplin kedokteran tergantung kondisi kesehatan penyandang.

Penyandang diabetes dan keluarga akan berdiskusi dengan dokter seputar penyakit, komplikasi, pilihan pengobatan, aturan mengonsumsi obat, dan kemungkinan efek samping.

Dokter akan menasehati pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat, kepatuhan berobat, berhenti merokok, merawat kaki, kontrol rutin ke dokter, dan memantau gula darah secara mandiri.

Pemantauan gula darah mandiri (PGDM) dapat diperiksa dengan alat cek gula darah (glucometer) yang tervalidasi.

Manfaat PGDM, waktu yang dianjurkan, dan target gula darah yang ingin dicapai biasanya didiskusikan bersama dokter yang merawat.

Artikel Lainnya: 6 Bahaya Komplikasi Diabetes yang Harus Diwaspadai

Pencegahan Diabetes

Diabetes tipe 1 sulit dicegah karena penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun, diabetes tipe 2 dan gestasional dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya. 

Berikut cara mencegah diabetes tipe 2 maupun diabetes gestasional:

  • Membatasi makanan yang mengandung gula murni, tepung, gorengan, tinggi garam, bersantan, dan cepat saji
  • Rutin berolahraga 3 hingga 5 hari seminggu, selama 30 sampai 45 menit. Terutama olahraga aerobik dengan intensitas sedang seperti jalan cepat, jogging, dan berenang
  • Bagi ibu hamil, tetap aktif melakukan latihan fisik sesuai rekomendasi dokter
  • Menjaga berat badan agar berada di rentang indeks massa tubuh normal (18,5-22,9 kg/m² untuk orang Asia). Kamu bisa mengecek indeks massa tubuh lewat tools Kalkulator BMI.
  • Tidak merokok
  • Tidur yang cukup dan berkualitas
  • Terhubung dengan orang tersayang, menumbuhkan self love, atau rutin berjemur untuk mengelola stress 
  • Melakukan medical check up atau pemeriksaan berkala bagi yang memiliki faktor risiko. Kamu bisa mengetahui risiko diabetes lewat tools Skrining Diabetes
  • Bagi ibu hamil menghadiri antenatal care rutin semasa kehamilan

Komplikasi Diabetes

Berikut komplikasi diabetes tipe 1 maupun tipe 2:

Berikut komplikasi diabetes gestasional pada bayi:

  • Sindrom gangguan pernapasan
  • Makrosomia (bayi lahir dengan berat badan 4000 gram atau lebih)
  • Hipoglikemia
  • Hiperbilirubinemia
  • Hipokalsemia

Berikut komplikasi diabetes gestasional pada ibu hamil:

  • Hipertensi
  • Preeklampsia
  • Meningkatkan risiko persalinan dengan operasi sesar 
  • Meningkatkan risiko diabetes tipe 2

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan diri ke dokter, bila terdapat gejala atau faktor risiko seperti di atas. Jika kamu ingin tahu lebih banyak seputar diabetes, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter. Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam dan booking dokter melalui fitur Tanya Dokter online dan Temu Dokter.

(APR)