Masalah Ginjal dan Saluran Kemih

Diabetes Insipidus

dr. Marsita Ayu Lestari, 11 Okt 2023

Ditinjau Oleh

Diabetes insipidus adalah kondisi kurangnya hormon antidiuretik yang mengatur keseimbangan cairan tubuh. Gejalanya meliputi mudah haus, sering berkemih, dan kelelahan.

Diabetes Insipidus

Diabetes Insipidus

Dokter Spesialis

Kolaborasi antar multidisiplin kedokteran bergantung pada penyebab dan kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan; Dokter spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes, spesialis saraf, spesialis bedah saraf, spesialis kedokteran jiwa

Gejala 

Sering buang air kecil, merasa sangat haus dan sering minum, sering terbangun pada malam hari untuk berkemih, urine berwarna pucat atau jernih, pusing, kelemahan, tanda-tanda dehidrasi (demam, kulit dan selaput lendir kering, elastisitas kulit menurun)

Faktor Risiko

Riwayat keluarga yang mengidap diabetes insipidus; tumor otak, pertumbuhan sel-sel radang di hipotalamus dan hipofisis, dan infeksi (meningitis, ensefalitis); cedera kepala; patah tulang tengkorak; gangguan obsesif kompulsif; skizofrenia; kanker paru-paru, leukemia, dan limfoma yang menyebar ke otak; pengangkatan tumor otak; gangguan sistem kekebalan tubuh; penyakit ginjal kronis; kehamilan; efek yang tidak diharapkan dari penggunaan demeclocycline, lithium, cisplatin, fenotiazin dan antikolinergik; kadar kalsium darah yang tinggi; kadar kalium darah yang rendah

Cara Diagnosis 

Wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Pengobatan 

Bergantung pada penyebab dan kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan; terapi obat, diet rendah garam dan rendah protein

Obat

Bergantung pada penyebab dan kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan; vasopressin, diuretik tiazid, karbamazepin, klorpropamid, obat antiinflamasi nonsteroid

Komplikasi 

Dehidrasi kronis, penurunan berat badan, takikardia, penurunan suhu, kelelahan, kerusakan ginjal, kerusakan otak

Kapan harus ke dokter?

Segera ke instalasi gawat darurat, bila mengalami tanda-tanda dehidrasi dan hiponatremia; Segera ke dokter, bila terdapat gejala dan tanda diabetes insipidus

Pengertian Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus adalah sekumpulan gejala berupa sering berkemih dan merasa haus berlebihan akibat kekurangan hormon antidiuretik (ADH) yang mengatur keseimbangan cairan tubuh. 

Penyakit diabetes insipidus menjadi masalah kesehatan yang kurang dikenal oleh masyarakat awam dibandingkan diabetes melitus tipe 1 atau diabetes melitus tipe 2. Diabetes insipidus dan diabetes melitus sama-sama penyakit yang berkaitan dengan masalah hormon, namun hormon yang berpengaruh pada diabetes melitus adalah insulin. Sementara, pada diabetes insipidus adalah ADH atau vasopresin. 

Diabetes insipidus merupakan kasus yang jarang terjadi. Meski demikian, diagnosis yang akurat dan perawatan diabetes insipidus yang tepat diperlukan untuk mengendalikan gejala dan komplikasi penyakit ini. 

Bila tidak diobati secara efektif, penyakit ini berpotensi menjadi keadaan darurat medis yang dapat mengancam jiwa, seperti dehidrasi kronis dan kerusakan ginjal. 

Artikel Lainnya: Yuk, Kenali Diabetes Insipidus Lebih Dekat

Penyebab Diabetes Insipidus

Penyakit diabetes insipidus disebabkan oleh berbagai faktor yang mengganggu mekanisme hubungan antara otak dan ginjal (neurohypophyseal-renal refleks). Faktor yang memengaruhi mekanisme tersebut adalah produksi vasopresin yang menurun.

Vasopresin atau hormon antidiuretik (ADH) adalah hormon yang dibentuk oleh kelenjar otak (hipotalamus) yang melibatkan kelenjar dasar otak (hipofisis posterior) dan ginjal. Vasopresin berfungsi mengontrol jumlah air yang diserap oleh ginjal dan jumlah air yang dibuang dari tubuh.

Pada diabetes insipidus, terdapat penurunan produksi vasopresin di kelenjar dasar otak atau kerja vasopresin di ginjal. Sebagai akibatnya, terjadi peningkatan produksi urine yang merupakan salah satu ciri-ciri diabetes insipidus.

Berikut penyebab diabetes insipidus yang perlu kamu ketahui:

1. Diabetes Insipidus Sentral

Diabetes insipidus sentral mengacu pada kegagalan dalam melepaskan vasopresin. Kondisi ini disebabkan oleh kelainan pada struktur otak yang melibatkan kelenjar hipotalamus dan hipofisis dalam membentuk vasopresin.

Berikut beberapa kondisi yang mengganggu pembentukan vasopresin:

  • Idiopatik (tidak dapat dijelaskan sepenuhnya), diduga berhubungan penyakit autoimun (masalah sistem kekebalan tubuh).
  • Penyakit keturunan atau kelainan bawaan yang berhubungan dengan perubahan gen, seperti hipopituitarisme kongenital dan sindrom Wolfram.
  • Trauma langsung pada hipotalamus dan hipofisis, akibat cedera kepala, tumor otak (craniopharyngioma), atau bedah saraf (pengangkatan tumor kelenjar otak).
  • Kanker yang menyebar ke hipotalamus dan hipofisis, seperti kanker paru-paru, limfoma, atau leukemia.
  • Ensefalopati iskemik hipoksemia (kerusakan otak yang disebabkan oleh otak tidak menerima oksigen atau aliran darah yang cukup)
  • Kerusakan otak akibat sarkoidosis (pertumbuhan sel-sel radang) di daerah hipotalamus dan hipofisis.

2. Diabetes Insipidus Nefrogenik

Diabetes insipidus nefrogenik mengacu pada penurunan fungsi ginjal sehingga tidak merespons vasopresin secara normal. Berikut beberapa kondisi yang memengaruhi diabetes insipidus nefrogenik:

  • Kelainan bawaan sejak lahir yang berhubungan dengan perubahan gen.
  • Penggunaan obat tertentu, seperti efek yang tidak diharapkan dari paparan demeclocycline, lithium, dan cisplatin.
  • Hiperkalsemia (kadar kalsium darah yang melebihi batas normal)
  • Hipokalemia (kadar kalium darah di bawah batas normal)
  • Gangguan ginjal, seperti anemia sel sabit, amiloidosis ginjal, dan sindrom Sjogren.
  • Kehamilan.

3. Diabetes Insipidus akibat Kehamilan (Gestasional)

Diabetes insipidus akibat kehamilan terjadi ketika plasenta menghasilkan enzim yang mengganggu vasopresin (peningkatan metabolisme vasopresin).

4. Polidipsia Primer 

Polidipsia primer atau diabetes insipidus dipsogenik disebabkan oleh beberapa kondisi seperti:

  • Polidipsia psikogenik akibat asupan cairan berlebihan dalam tubuh.
  • Penggunaan obat, seperti fenotiazin dan antikolinergik.
  • Masalah di otak, seperti meningitis tuberkulosis, sarkoidosis, dan tumor hipotalamus.
  • Sindrom PIP, sekumpulan gejala yang terdiri dari polidipsia, hiponatremia intermiten, dan psikosis (sekumpulan gangguan pikiran yang ditandai dengan kehilangan kontak dengan kenyataan). 

Faktor Risiko Diabetes Insipidus

Berikut faktor risiko yang meningkatkan diabetes insipidus:

  • Riwayat keluarga yang mengidap diabetes insipidus.
  • Tumor otak, pertumbuhan sel-sel radang di hipotalamus dan hipofisis, serta infeksi, seperti meningitis dan ensefalitis.
  • Kondisi kesehatan mental tertentu, seperti gangguan obsesif kompulsif dan skizofrenia.
  • Cedera kepala atau patah tulang tengkorak.
  • Kanker paru-paru, leukemia, dan limfoma yang menyebar ke otak.
  • Pengangkatan tumor kelenjar otak (craniopharyngioma).
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh.
  • Penyakit ginjal kronis.
  • Kehamilan.
  • Efek yang tidak diharapkan dari penggunaan demeclocycline, lithium, cisplatin, fenotiazin dan antikolinergik.
  • Gangguan metabolisme, seperti kadar kalsium darah yang tinggi dan kadar kalium darah yang rendah.

Gejala Diabetes Insipidus

Secara umum, gejala diabetes insipidus pada orang dewasa meliputi:

  • Poliuria (sering buang air kecil; urine yang keluar > 3 liter per hari pada orang dewasa, juga dapat > 8–16 liter per hari).
  • Polidipsi (merasa haus dan sering minum dengan asupan cairan >100 ml/kg/hari).
  • Sering buang air kecil di malam hari.
  • Urine berwarna pucat atau jernih pada penderita diabetes insipidus.
  • Pusing.
  • Kelemahan.
  • Kondisi dehidrasi ditandai dengan demam, kulit dan selaput lendir kering, elastisitas kulit atau turgor kulit menurun

Bayi dan anak-anak juga dapat mengalami diabetes insipidus dengan gejala, seperti:

  • Poliuria (sering buang air kecil pada anak-anak; keluaran urine > 4 ml/kg/jam; poliuria pada bayi baru lahir; keluaran urine > 6 ml/kg/jam)
  • Merasa sangat haus dan sering minum pada anak-anak
  • Pertumbuhan terhambat
  • Penurunan berat badan
  • Isapan kuat pada bayi
  • Demam berulang tanpa penyebab yang jelas
  • Menangis berlebihan
  • Mudah tersinggung
  • Mengompol pada anak
  • Popok yang terlalu basah pada bayi
  • Kelelahan
  • Tidur terganggu

Artikel Lainnya: Cara Mendiagnosis Diabetes Insipidus

Diagnosis Diabetes Insipidus

Dokter akan menentukan diagnosis diabetes insipidus melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter akan menanyakan keluhan, riwayat penyakit penderita dan keluarga, riwayat pengobatan, dan faktor risiko lainnya.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital dan dehidrasi, serta kemungkinan komplikasi. Dokter juga mempertimbangkan pemeriksaan penunjang berdasarkan hasil wawancara medis dan pemeriksaan fisik.

Berikut pemeriksaan penunjang diabetes insipidus:

1. Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine berfungsi untuk menentukan kemampuan pemekatan ginjal (berat jenis dan osmolalitas urine) dan menilai penyebab lain, seperti diabetes melitus, penyakit ginjal, paparan terhadap obat diuretik dan manitol). Di samping itu, juga untuk mengetahui volume urine dalam 24 jam.

2. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar elektrolit, kalsium, gula darah, dan fungsi ginjal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab lain dan kondisi yang mendasari diabetes insipidus.

3. Tes Deprivasi Air

Tes deprivasi air berguna untuk menilai berat badan dan osmolalitas urine. Dokter juga dapat mengukur kadar vasopresin dalam darah atau melakukan pemberian vasopresin buatan selama berlangsungnya tes ini. 

4. Uji Vasopresin

Uji vasopresin berguna untuk mengukur volume, berat jenis, dan osmolalitas urine pada produksi atau pengeluaran urine berikutnya.

5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan MRI berguna untuk membuat pencitraan jaringan otak dan menilai kelainan pada hipotalamus dan hipofisis. Pemeriksaan ini dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio.

Pengobatan Diabetes Insipidus

Cara mengatasi diabetes insipidus adalah berobat ke dokter. Secara umum, pengobatan diabetes insipidus bergantung pada penyebab dan kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan. 

Diabetes insipidus pada orang dewasa biasanya ditangani oleh dokter spesialis penyakit dalam atau spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes. 

Di samping itu, diperlukan kolaborasi antar multidisiplin kedokteran. Misalnya, dokter spesialis saraf, spesialis bedah saraf, dan spesialis kedokteran jiwa. 

Pilihan pengobatan akan didiskusikan oleh dokter bersama penderita. Berikut cara pengobatan atau perawatan diabetes insipidus:

1. Pengobatan Diabetes Insipidus Sentral

Dokter akan meresepkan desmopressin (DDAVP) untuk mengobati diabetes insipidus sentral. Desmopresin merupakan vasopressin sintetik yang kerjanya mirip dengan hormon vasopresin untuk mengontrol produksi urine. 

Aturan mengonsumsi obat dan kemungkinan efek samping akan dijelaskan oleh dokter. Biasanya dokter akan memantau kadar natrium darah penderita. Di samping itu, dokter menasehati penderita dan keluarga untuk mengamati lesu, nyeri kepala, mual, muntah, dan kebingungan selama mengonsumsi obat ini.

Pilihan pengobatan lain untuk diabetes insipidus sentral adalah diet rendah garam dan protein, diuretik tiazid, karbamazepin, klorpropamid, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).

2. Pengobatan Diabetes Insipidus Nefrogenik

Pengobatan diabetes insipidus nefrogenik adalah memperbaiki penyebab utamanya. Secara umum, diabetes insipidus nefrogenik disebabkan oleh konsumsi obat tertentu seperti demeclocycline, lithium, cisplatin, fenotiazin dan antikolinergik.

Cara mengatasi diabetes insipidus nefrogenik adalah menghentikan obat yang diduga sebagai penyebabnya. Selain itu, diterapkan juga diet rendah garam dan protein. 

Pada kondisi tertentu, dokter akan meresepkan obat, seperti diuretik tiazid, desmopressin (DDAVP), dan OAINS.

3. Pengobatan Diabetes Insipidus Gestasional

Cara mengatasi diabetes insipidus akibat kehamilan adalah dengan pemberian desmopressin (DDAVP) selama kehamilan.

4. Pengobatan Polidipsia Primer

Belum terdapat pengobatan yang baku untuk polidipsia primer. Pengobatan umumnya bergantung pada kondisi penderita. Misalnya, kolaborasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa untuk mengobati polidipsia psikogenik. 

Artikel Lainnya: Cedera Otak Bisa Picu Diabetes Insipidus, Ini Alasannya

Pencegahan Diabetes Insipidus

Hingga saat ini, belum terdapat metode pencegahan diabetes insipidus yang terbukti secara efektif. Upaya yang dapat dilakukan kepada penderita diabetes insipidus dan keluarga untuk mencegah komplikasi, meliputi:

  • Mengurangi asupan garam dan protein.
  • Kontrol rutin ke dokter yang merawat.
  • Kepatuhan dalam pengobatan penyakit yang dimiliki. 
  • Memantau tanda-tanda dehidrasi dan hiponatremia, seperti mual, muntah, atau kejang.

Komplikasi Diabetes Insipidus

Komplikasi diabetes insipidus meliputi:

  • Dehidrasi kronis
  • Penurunan berat badan
  • Penurunan suhu
  • Takikardia
  • Kelelahan
  • Kerusakan ginjal
  • Kerusakan otak

Kapan Harus ke Dokter ?

Sangat penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat pada penyakit diabetes insipidus. Segera ke instalasi gawat darurat, bila kamu mengalami tanda dehidrasi dan hiponatremia.

Segera ke dokter, bila kamu mengalami gejala dan tanda diabetes insipidus yang sudah disebutkan di atas. 

Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang cara mengatasi diabetes insipidus, yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter! Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.

Diabetes tidak bisa diobati, tapi bisa dikendalikan. Supaya lebih waspada, cek risiko dan skrining gejala diabetes dengan health tools cegah diabetes di Klikdokter.

(APR)

  1. Santoso Ranakusuma AB, Subekti I. Diabetes Insipidus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 6. InternaPublishing. 2014. 
  2. PERKENI. Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2021.
  3. Purnamasari D. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 6. InternaPublishing. 2014. 
  4. Hui C, Khan M, Khan Suheb MZ, Radbel JM. Diabetes Insipidus. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470458/ Diakses 2 Oktober 2023.
  5. Tomkins M, Lawless S, Martin-Grace J, Sherlock M, Thompson CJ. Diagnosis and management of central diabetes insipidus in adults. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9516129/?report=reader Diakses 2 Oktober 2023.
  6. Christ-Crain M, Gaisl O. Diabetes insipidus. La Presse Médicale. 2021.
  7. Christ-Crain M, Ball S. The neurohypophysis: endocrinology of vasopressin and oxytocin. Endotext [Internet]. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279157/ Diakses 2 Oktober 2023.
  8. Kalra S, Zargar AH, Jain SM, Sethi B, Chowdhury S, Singh AK, Thomas N, Unnikrishnan AG, Thakkar PB, Malve H. Diabetes insipidus: The other diabetes. Indian journal of endocrinology and metabolism. 2016.
  9. Kotagiri R, Sridharan GK. Primary polydipsia. StatPearls [Internet]. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562251/ Diakses 2 Oktober 2023.
  10. Priya G, Kalra S, Dasgupta A, Grewal E. Diabetes insipidus: A pragmatic approach to management. Cureus. 2021. 
  11. Mishra G, Chandrashekhar SR. Management of diabetes insipidus in children. Indian journal of endocrinology and metabolism. 2011.
  12. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases. Diabetes Insipidus. 2021. https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/diabetes-insipidus Diakses 2 Oktober 2023.

Cleveland Clinic. Diabetes Insipidus. 2022. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16618-diabetes-insipidus Diakses 2 Oktober 2023.