Masalah Reproduksi Wanita

Miom (Mioma Uteri)

dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, 20 Nov 2022

Ditinjau Oleh

Mioma uteri atau miom adalah pertumbuhan massa di dalam ataupun luar rahim, serta tidak bersifat ganas. Cek di sini penyebab, gejala, dan pengobatannya.

Miom (Mioma Uteri)

Mioma Uteri

Dokter Spesialis

Spesialis kebidanan dan kandungan

Gejala

Menstruasi dalam jumlah banyak, perut terasa penuh dan membesar, nyeri panggul kronik, gangguan berkemih, konstipasi, penimbunan cairan di rongga perut

Faktor Risiko

Ras, keturunan, dan faktor lain seperti menstruasi pada usia dini, kegemukan, kekurangan vitamin D

Diagnosis

Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, USG, MRI, histerosonografi, histerosalpingografi, histeroskopi

Pengobatan

USG, Terapi hormonal, pemasangan IUD, miomektomi, histerektomi, embolisasi arteri uterine, ablasi radiofrekuensi, miomektomi laparoskopi atau robotik

Obat

Asam traneksamat, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Komplikasi

Anemia, infertilitas atau keguguran, gangguan kehamilan seperti solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, dan kelahiran prematur

Kapan harus ke dokter?

Haid yang tak kunjung berhenti dan menyakitkan, nyeri perut dan panggul yang berat dan tak membaik, perdarahan hebat dalam jumlah banyak yang terjadi tiba-tiba, masalah pada frekuensi berkemih


Pengertian Miom (Mioma Uteri)

Mioma uteri atau miom adalah kondisi pertumbuhan massa di dalam rahim atau di luar rahim yang tidak bersifat ganas.

Biasanya, mioma berlokasi di dinding rahim, serta bentuknya menonjol ke arah rongga endometrium ataupun permukaan rahim.

Selain itu, jumlah dan ukuran mioma dapat bervariasi. Terkadang, dapat ditemukan satu atau lebih dari satu massa.

Sebanyak 20 persen kasus mioma muncul pada usia subur, yang biasanya ditemukan secara tidak sengaja sewaktu pemeriksaan rutin.

Lainnya, 40 – 50 persen kasus mioma tak bergejala ditemukan pada perempuan berusia 35 tahun.

Artikel Lainnya: Fakta tentang Miom yang Perlu Anda Tahu

Penyebab Miom (Mioma Uteri)

Para ahli sebenarnya tidak mengetahui penyebab mioma uteri secara pasti.

Akan tetapi, penelitian dan pengalaman klinis menunjukkan beberapa faktor di bawah ini sebagai pemicu penyebab miom pada wanita.

1. Perubahan Genetik

Banyak massa mioma uteri mengandung perubahan gen yang beda dibandingkan sel otot rahim yang normal.

2. Hormon

Progesteron dan estrogen merupakan dua hormon yang berperan merangsang perkembangan lapisan rahim selama tiap siklus haid. Kedua hormon ini tampaknya juga mendorong pertumbuhan kelainan ini.

Mioma uteri mengandung lebih banyak reseptor progesteron dan estrogen dibandingkan sel-sel otot rahim yang normal.

Miom cenderung menyusut setelah menopause karena penurunan produksi hormon.

3. Faktor Pertumbuhan Lainnya

Zat yang membantu tubuh mempertahankan jaringan, seperti faktor pertumbuhan seperti insulin, dapat memengaruhi pertumbuhan kelainan ini.

4. Matriks Ekstraseluler (ECM)

ECM adalah senyawa yang membuat sel saling menempel pada rahim. ECM akan meningkat pada kelainan ini dan membuatnya lebih berserat.

ECM juga menyimpan faktor pertumbuhan dan menyebabkan perubahan biologis dalam sel itu sendiri.

Di sisi lain, para ahli percaya bahwa mioma uteri berkembang dari sel induk di jaringan otot polos rahim (miometrium).

Satu sel membelah berulang kali dan pada akhirnya menciptakan massa kenyal yang berbeda dari jaringan di sekitarnya.

Pola pertumbuhan mioma uteri bervariasi. Ada yang tumbuh lambat atau cepat, tetap berukuran sama, atau beberapa dapat menyusut sendiri.

Faktor Risiko Miom (Mioma Uteri)

Ada beberapa faktor risiko yang diketahui untuk munculnya mioma uteri, meliputi:

Ras

Semua perempuan usia reproduksi dengan ras mana pun dapat mengembangkan mioma uteri. Namun, perempuan berkulit hitam lebih mungkin punya kelainan ini dibandingkan perempuan dari kelompok ras lainnya.

Selain itu, perempuan berkulit hitam dapat memiliki mioma uteri pada usia yang lebih dini.

Mereka juga cenderung mendapatkan mioma yang lebih banyak atau besar, bersamaan dengan gejala yang lebih berat.

Keturunan

Jika ibu atau saudara perempuan menderita kelainan ini, maka kamu berisiko lebih tinggi.

Faktor lain

Memulai haid pada usia dini, kegemukan, kurang vitamin D, memiliki riwayat diet tinggi daging merah dan lebih rendah sayuran hijau, buah dan susu; serta minum alkohol, tampaknya bisa meningkatkan risiko terkena mioma uteri.

Gejala Miom (Mioma Uteri)

Biasanya, penyakit mioma uteri tidak menimbulkan gejala yang mudah disadari penderitanya.

Namun, bagi sebagian wanita, ciri dan tanda miom (mioma uteri) sebagai berikut:

  • Menstruasi dalam jumlah banyak
  • Perut terasa penuh dan membesar
  • Nyeri panggul kronik yang berkepanjangan, serta tak kunjung sembuh. Nyeri bisa muncul saat haid, usai berhubungan seks, ataupun ketika ada penekanan di panggul

Rasa nyeri ini terjadi karena terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma, atau kematian sel dari mioma

  • Gangguan berkemih. Terjadi akibat ukuran mioma yang besar kemudian menekan saluran kemih, sehingga menyebabkan frekuensi kemih yang cukup sering
  • Gejala ini terjadi karena ukuran mioma menekan bagian bawah usus besar, yang mengakibatkan sulitnya BAB
  • Keluarnya miom melalui leher rahim. Biasanya disertai dengan gejala nyeri hebat sehingga menyebabkan luka, dan ada kemungkinan terjadi infeksi
  • Penimbunan cairan di rongga perut

Artikel lainnya: Inilah Ciri Sakit Perut Akibat Miom

Diagnosis Miom (Mioma Uteri)

Dalam mendiagnosis miom rahim, dokter spesialis kebidanan dan kandungan terlebih dahulu akan melakukan wawancara medis (anamnesis).

Anamnesis dilakukan untuk mencari tahu apakah penderita sering mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, serta mempunyai gangguan haid yang disertai rasa nyeri.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dengan cara bimanual akan mengungkap massa atau benjolan pada uterus.

Umumnya, massa tersebut terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, yang saat diraba berbentuk benjol-benjol.

Setelah itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang untuk mendukung hasil akhir.

Berikut adalah beberapa pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis mioma uteri.

1. USG (Ultrasonografi)

Dokter dapat memeriksa melalui gelombang suara (ultrasonografi) demi mendapatkan citra rahim.

Metode ini digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis sekaligus memetakan dan juga mengukur massa yang ada di dalam rahim.

Dokter atau petugas medis memakai perangkat ultrasound di atas perut (transabdominal) pasien atau juga menempatkannya di dalam vagina (transvaginal) guna mendapat gambaran rahim.

2. Tes Laboratorium

Jika terdapat perdarahan menstruasi tidak normal, dokter mungkin melakukan tes lain untuk mencari tahu penyebab potensial, misalnya hitung darah lengkap (CBC).

3. Pencitraan Resonansi Magnetik (MRI)

Tes pencitraan MRI bisa memperlihatkan secara lebih rinci lokasi dan ukuran mioma. Cara ini juga bisa dilakukan untuk mengidentifikasi jenis tumor, serta membantu menentukan pilihan terapi yang tepat.

MRI sering diterapkan pada perempuan dengan rahim yang lebih besar, ataupun pada perempuan yang mendekati masa menopause (perimenopause).

4. Histerosonografi

Pemeriksaan histerosonografi menggunakan cairan normal saline steril. Cara ini berguna untuk mendapatkan gambaran mioma uteri submukosa dan lapisan fibroid.

5. Histerosalpingografi

Pemeriksaan histerosalpingografi menggunakan pewarna yang dipakai untuk menyorot rongga rahim serta saluran tuba pada gambar sinar-X.

Dokter dapat merekomendasikannya apabila infertilitas yang menjadi perhatian. Tes tersebut akan membantu dokter menentukan apakah saluran tuba pasien terbuka atau tersumbat.

Metode histerosalpingografi juga dapat menunjukkan beberapa mioma submukosa.

6. Histeroskopi

Untuk pemeriksaan ini, dokter memasukkan alat menyerupai teleskop kecil berlampu yang disebut histeroskop melalui leher rahim ke dalam rahim.

Kemudian, dokter menyuntikkan cairan salin ke dalam rahim, sehingga memperluas rongga rahim. Dokter pun dapat memeriksa dinding rahim dan juga bukaan saluran tuba.

Artikel Lainnya: Benarkah Miom Bisa Keluar Saat Haid?

Pengobatan Miom (Mioma Uteri)

Pengobatan awal mioma uteri bisa dilakukan sesuai dengan gejala yang dirasakan, seperti pemberian anti-nyeri berupa parasetamol.

Selain itu, ada beberapa opsi pengobatan mioma uteri yang dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan, yaitu:

USG

Pengecekan fisik dan USG harus diulangi setiap 6 - 8 minggu untuk melihat pertumbuhan mioma, termasuk ukuran dan jumlahnya.

Apabila pertumbuhan stabil, pasien biasanya akan diobservasi per 3 - 4 bulan.

Terapi Hormonal

Pengobatan hormonal dapat ditempuh dengan menggunakan preparat progestin ataupun gonadotropin-releasing hormone (GnRH).

Preparat ini akan memproduksi efek hipoestrogen yang punya hasil memuaskan bagi terapi mioma.

Alat Kontrasepsi dalam Rahim (IUD) Pelepas Progestin

IUD yang melepaskan progestin dapat meredakan pendarahan hebat yang disebabkan oleh mioma uteri.

IUD sebenarnya hanya meredakan gejala, mencegah kehamilan, dan tidak mengecilkan massa dari mioma uteri ataupun menghilangkannya.

Asam Traneksamat

Obat non-hormonal ini digunakan untuk meringankan periode menstruasi yang berat, ataupun pada pasien dengan perdarahan yang hebat.

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)

Obat golongan NSAID mungkin efektif dalam menghilangkan rasa sakit yang berhubungan dengan mioma uteri. Namun, obat ini tidak mengurangi perdarahan.

Dokter mungkin juga menyarankan kamu untuk mengonsumsi vitamin dan zat besi jika terjadi perdarahan menstruasi yang berat serta anemia.

Miomektomi

Cara lain mengobati mioma uteri adalah melalui miomektomi, yakni operasi pengambilan miom.

Miektomi akan dipertimbangkan bila pasien masih muda dan ingin punya anak. Akan tetapi, kemungkinan pertumbuhan mioma lagi pasca-miomektomi sekitar 20-25 persen.

Setelah operasi, wanita biasanya disarankan untuk menunda kehamilan sekitar 4-6 bulan, karena rahim masih dalam keadaan rapuh.

Sayangnya, terkadang ada komplikasi dari operasi tersebut, yakni berupa risiko perdarahan.

Histerektomi

Cara histerektomi akan dipertimbangkan pada pasien dengan kondisi nyeri tak kunjung sembuh, mioma berulang (meski sudah dioperasi), serta tidak menginginkan anak lagi.

Embolisasi Arteri Uterina

Prosedur embolisasi arteri uterina menggunakan partikel kecil (agen emboli) yang disuntikkan ke dalam arteri yang menyuplai darah pada rahim.

Cara tersebut akan memotong aliran darah ke mioma uteri, yang menyebabkan benjolan atau massa, hingga pada akhirnya menyusut dan mati.

Ablasi Radiofrekuensi

Dalam prosedur ablasi radiofrekuensi, energi radiofrekuensi akan menghancurkan massa mioma uteri, sekaligus mengecilkan pembuluh darah yang “memberi makan” mereka.

Hal ini dapat dilakukan selama prosedur laparoskopi atau transservikal, prosedur serupa yang disebut cryomyolysis membekukan mioma uteri.

Miomektomi Laparoskopi atau Robotik

Dalam miomektomi, ahli bedah mengangkat jaringan mioma uteri, dan meninggalkan rahim di tempatnya.

Apabila jaringan mioma sedikit jumlahnya, pasien dan dokter dapat memilih prosedur laparoskopi atau robot.

Cara ini menggunakan instrumen pipih yang masuk melalui sayatan kecil di area perut untuk menghilangkan massa dari rahim.

Massa mioma uteri yang lebih besar dapat diangkat dengan sayatan yang lebih kecil, lalu dipecah jadi beberapa bagian atau morcellation.

Metode tersebut bisa dilakukan dalam kantong bedah, ataupun dengan cara memperluas satu sayatan demi mengangkat massa.

Artikel Lainnya: Mengatasi Mioma Uteri dengan Obat Herbal, Efektifkah?

Pencegahan Miom (Mioma Uteri)

Hanya sedikit bukti ilmiah yang tersedia tentang cara mencegah mioma uteri.

Namun, menjalani pola hidup sehat mungkin bisa meminimalkan kamu terkena gangguan kesehatan ini, seperti:

  • Menjaga berat badan yang sehat
  • Konsumsi makanan sehat dan seimbang, perbanyak buah-buahan dan sayuran
  • Olahraga secara teratur
  • Beberapa penelitian juga menunjukkan penggunaan kontrasepsi hormonal dapat dikaitkan dengan risiko mioma uteri yang lebih rendah.

Komplikasi Miom (Mioma Uteri)

Meskipun mioma uteri biasanya tidak berbahaya, kelainan ini dapat menyebabkan komplikasi, salah satunya penurunan sel darah merah, yang bisa menyebabkan kelelahan serta kehilangan banyak darah.

Mioma uteri biasanya tidak mengganggu kehamilan, meski ada kemungkinan munculnya fibroid submukosa. Kondisi ini bisa menyebabkan infertilitas atau keguguran.

Mioma uteri juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat, dan kelahiran prematur.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda mengalami beberapa hal ini, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan:

  • Haid yang tak kunjung berhenti dan menyakitkan
  • Nyeri perut dan panggul yang berat dan tidak kunjung membaik
  • Menstruasi dalam waktu lama dan menyakitkan
  • Perdarahan hebat dalam jumlah banyak yang terjadi tiba-tiba
  • Masalah pada frekuensi buang air kecil yang semakin parah

Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan langsung di fitur Tanya Dokter online Temu Dokter. Jangan tunggu sakit. #JagaSehatmu dari sekarang.

[HNS/NM]

Konsultasi Dokter Terkait