Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
Masalah Mental

Depresi

Tim Medis Klikdokter, 11 Agustus 2021

Ditinjau Oleh KlikDokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Depresi adalah kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus.

Pengertian

Depresi

Depresi adalah kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat terus-menerus. Depresi biasanya akan memengaruhi seseorang dalam berpikir dan berperilaku, serta dapat memicu berbagai masalah fisik maupun emosional.

Seseorang yang mengalami depresi, dapat mengalami masalah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan tak jarang mereka merasa bahwa hidup sudah tidak ada gunanya lagi. Meski demikian, seseorang yang mengalami depresi bukan berarti sosok yang lemah. Sebab depresi merupakan suatu penyakit yang dapat disembuhkan.

Jika dibiarkan, depresi dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Misalnya gangguan kecemasan, gangguan panik atau fobia sosial. Orang yang menderita depresi cenderung terkucil secara sosial sehingga timbul keinginan untuk bunuh diri. Selain itu, mereka juga rentan menyakiti tubuhnya sendiri. Misalnya memotong anggota tubuh tertentu.

Depresi dapat bertambah buruk bila tidak diobati. Depresi yang tidak diobati dapat mengakibatkan masalah emosional, perilaku, dan masalah kesehatan yang dapat memengaruhi setiap segi kehidupan Anda, bahkan berujung pada kematian.

Artikel Lainnya: Dampak Depresi terhadap Fisik yang Harus Diwaspadai

Penyebab

Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti apa penyebab depresi. Namun, penyakit ini dapat dipengaruhi dari berbagai faktor, seperti:

  • Perubahan biologis. Orang-orang dengan depresi mengalami perubahan fisik di dalam otak mereka. Perubahan yang dimaksud belum dapat dijelaskan secara pasti.
  • Ketidakstabilan reaksi kimiawi dalam otak. Dalam suatu penelitian ditemukan jika zat-zat kimia yang terdapat dalam otak mungkin berperan dalam terjadinya depresi. Perubahan dalam zat kimia otak tersebut akan mengakibatkan perubahan kestabilan mood dalam seseorang.
  • Perubahan hormon. Perubahan dalam keseimbangan hormon di dalam tubuh dapat memicu terjadinya depresi. Perubahan hormon dapat terjadi saat kehamilan, selama beberapa minggu atau bulan setelah persalinan, akibat masalah tiroid, menopause, atau kondisi-kondisi yang lain.
  • Keturunan Keluarga. Depresi lebih sering terjadi pada orang-orang yang dalam keluarga sedarahnya juga memiliki kondisi ini. Para peneliti saat ini masih berupaya untuk menemukan gen yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi.

Selain faktor-faktor di atas, beberapa faktor ini juga berpotensi meningkatkan resiko munculnya depresi pada seseorang.

  • Mempunyai kepercayaan diri yang rendah dan terlalu bergantung pada orang lain, sering menyalahkan diri sendiri, dan pesimis.
  • Mengalami kejadian yang traumatik atau menegangkan. Misalnya pelecehan seksual atau penyiksaan secara fisik, kematian atau kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang sulit dengan seseorang, atau masalah keuangan.
  • Mengalami trauma masa kecil atau depresi yang mulai terjadi saat remaja atau anak-anak.
  • Mempunyai identitas seksualitas berbeda seperti lesbi, homo, biseksual, atau transgender di dalam situasi yang tidak mendukung.
  • Mempunyai gangguan mental lain, seperti gangguan cemas, gangguan makan, atau stres pasca trauma.
  • Ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan terlarang.
  • Penyakit kronik atau penyakit serius, termasuk kanker, stroke, nyeri kronik, atau penyakit jantung.
  • Sedang dalam pengobatan tertentu, seperti mengonsumsi beberapa obat hipertensi atau obat tidur. Beberapa ahli menemukan hubungan depresi dengan konsumsi obat-obatan kimiawi tertentu. Sebaiknnya bicarakan dengan dokter sebelum menghentikan pengobatan apapun.

Gejala

Gejala-gejala depresi terjadi minimal selama dua minggu. Beberapa penderita bisa menderita depresi yang cukup parah sehingga menganggu aktivitas sehari-harinya. Misalnya dalam pekerjaan, di sekolah, aktivitas sosial, atau dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagian penderita lainnya juga dapat merasa tidak bahagia tanpa tahu alasannya.

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi ke-5 (DSM-5) adalah panduan yang banyak digunakan dalam mendiagnosis kelainan mental. Menurut panduan tersebut, penyakit depresi dapat diderita seseorang jika ia minimal mengalami 5 dari gejala-gejala berikut ini:

  • Perasaan murung / tertekan hampir sepanjang hari, terutama di pagi hari
  • Rasa lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
  • Perasaan tidak berguna atau bersalah hampir setiap hari
  • Gangguan konsentrasi, ketidakyakinan
  • Mengalami susah tidur atau bahkan tidur berlebihan
  • Berkurangnya minat dan ketertarikan pada semua aktivitas
  • Pikiran akan kematian atau keinginan bunuh diri yang muncul berulang kali
  • Rasa gelisah atau menjadi lamban
  • Penurunan atau kenaikan berat badan yang signifikan

Artikel Lainnya: Ini Tanda dan Gejala Depresi yang Harus Anda Waspadai

Diagnosis

Selain konsultasi kepada dokter, untuk mendiagnosis depresi juga diperlukan evaluasi psikologis oleh psikiater. Anda akan diminta untuk menjawab dan mengisi beberapa pertanyaan yang termasuk dalam panduan menentukan depresi.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik apabila memang diperlukan. Depresi juga bisa diakibatkan karena efek samping penyakit tertentu.

Oleh sebab itu, dokter juga dapat melakukan tes laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap atau tes tiroid untuk mengetahui fungsi tiroid Anda
Kata kunci dari depresi adalah suasana hati murung dan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya Anda sukai. Untuk menetapkan diagnosis depresi, psikiater perlu memerhatikan tanda-tanda yang ada, setidaknya selama dua minggu.

Pengobatan

Hingga saat ini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan dan menghilangkan depresi. Para penderita depresi dianjurkan untuk rutin mengonsumsi obat depresi dan melakukan konseling psikologis. Cara ini terbukti efektif bagi sebagian besar orang dengan depresi.

Apabila Anda mengalami depresi berat, maka Anda mungkin harus dirawat di rumah sakit atau mengikuti program terapi rawat jalan sampai gejala membaik. Berikut adalah jenis obat-obatan yang digunakan sebagai obat depresi atau anti depresan:

  • Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): fluoxetine, paroxetine, sertraline.
  • Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs): duloxetine, venlafaxine, desvenlafaxine.
  • Norepinephrine-dopamine reuptake inhibitors (NDRIs): bupropion
  • Antidepresan atipikal: trazodone, mirtazapine.
  • Antidepresan trisiklik: imipramine, nortriptyline, amitriptyline, doxepin, trimipramine, desipramine.

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs): tranylcypromine, phenelzine, isocarboxazid.

Selain mengonsumsi obat, penderita depresi juga dapat mengikuti psikoterapi. Psikoterapi adalah istilah umum untuk mengatasi depresi dengan membicarakan tentang kondisi Anda dan masalah-masalah terkait dengan dokter atau konselor Anda. Psikoterapi juga dikenal sebagai terapi bicara atau terapi psikologis.

Artikel Lainnya: Cara Membangkitkan Semangat Saat Anda Mengalami Depresi

Pencegahan

Belum ada cara yang pasti untuk mencegah depresi. Akan tetapi, Anda dapat melakukan hal-hal berikut ini yang mungkin dapat bermanfaat:

  • Lakukan langkah-langkah pengendalian stres, untuk meningkatkan ketahanan dan kepercayaan diri Anda.
  • Dekatkan diri dengan keluarga dan teman, terutama pada masa-masa yang berat, untuk menolong Anda melewatinya.
  • Segera mencari pengobatan saat tanda depresi paling awal muncul, untuk menolong mencegah depresi bertambah berat.

Pertimbangkan untuk mendapatkan terapi pemeliharaan jangka panjang untuk mencegah gejala depresi muncul kembali.
Tip Meringankan Depresi

Depresi memang termasuk penyakit yang belum ditemukan penyembuhnya, tapi Anda yang sudah terlanjur menderita depresi dapat melakukan berbagai tindakan untuk meringankan gejala depresi, seperti berikut:

  • Jangan berhenti meminum obat depresi sebelum memberitahu dokter Anda. Menghentikan pengobatan secara mendadak atau lupa meminum beberapa dosis obat dapat menyebabkan gejala menyerupai gejala putus obat dan dapat memperburuk gejala depresi.
  • Bila Anda sedang hamil atau menyusui, beberapa antidepresan dapat berisiko bagi janin atau anak yang masih menyusui. Bicaralah dengan dokter Anda bila Anda sedang hamil atau menyusui.
  • Jalani hidup secara sederhana. Mungkin Anda harus mengizinkan diri Anda untuk melakukan lebih sedikit pekerjaan atau aktivitas apabila Anda merasa lelah atau lemah.
  • Tulislah buku harian untuk memperbaiki suasana hati Anda.
  • Bacalah buku atau situs internet yang dapat menolong Anda menjadi lebih baik.
  • Jangan mengurung diri atau memisahkan diri dari aktivitas sosial.
  • Temukan beberapa cara untuk bersantai dan mengatasi stres.
  • Jangan membuat keputusan penting saat merasa kecewa atau murung sebab mungkin Anda sedang tidak berpikir jernih.
Tanya Dokter