Kehamilan

Perubahan Payudara Selama dan Setelah Kehamilan

Aditya Prasanda, 16 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Selama dan setelah kehamilan, payudara dapat mengalami sejumlah perubahan, mulai dari bentuk hingga ukurannya. Ini penjelasannya.

Perubahan Payudara Selama dan Setelah Kehamilan

Perubahan payudara merupakan salah satu tanda awal kehamilan. Perubahan payudara saat hamil dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh.

Kedua hormon ini berperan penting mempersiapkan payudara untuk proses menyusui. Hormon estrogen dan progesteron juga bertanggung jawab atas segenap perubahan fisik serta mental yang dialami ibu hamil.

Estrogen bertugas merangsang pertumbuhan sel pada jaringan payudara. Estrogen juga berperan mendukung sekresi prolaktin.

Prolaktin merupakan hormon yang merangsang produksi ASI, serta memicu pembesaran payudara. Adapun progesteron bertugas mendukung pembentukan dan pertumbuhan sel penghasil ASI di dalam kelenjar payudara.

Perubahan Payudara saat Hamil

Sederet hormon tersebut menyebabkan bentuk payudara ibu hamil berubah. Salah satu perubahannya berupa ukuran payudara yang membesar.

Pembesaran payudara saat hamil biasanya disertai rasa nyeri dan sakit ketika bagian tubuh ini ditekan. Payudara ibu juga bisa terasa berat dan penuh.

Perubahan dan pertambahan berat payudara akan terus terjadi seiring bertambahnya trimester kehamilan. Berikut proses perubahan payudara saat hamil berdasarkan trimesternya.

1. Trimester Pertama (0-13 minggu)

Selama trimester pertama atau 13 pekan kehamilan awal, bumil tidak hanya mengalami pembesaran payudara.

Dijelaskan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, bumil juga akan merasakan nyeri di area payudara hingga ketiak. Hal ini terjadi karena adanya perubahan jaringan payudara yang tengah dipersiapkan untuk proses menyusui setelah melahirkan.

Artikel Lainnya: Perubahan Bentuk Vagina Sebelum Hamil dan Setelah Melahirkan

Salah satu jaringan payudara yang dimaksud yaitu Tail of Spence. Jaringan ini memanjang ke area luar payudara, termasuk ketiak.

Nah, untuk menyuplai perubahan jaringan payudara, termasuk kelenjar air susu, area payudara mendadak dialiri aliran darah yang deras. Kondisi ini bisa menyebabkan nyeri, baik di jaringan dalam maupun di kulit,” jelas dr. Astrid.

Peningkatan volume darah juga bertujuan memenuhi perkembangan janin yang sedang tumbuh. Kondisi ini menyebabkan pembuluh darah di payudara semakin membesar, kian biru, dan terlihat.

Akibatnya, ukuran payudara bertambah, dan sedikit bengkak, namun mungkin terasa lunak.

Gejala ini dapat menghilang dalam beberapa pekan pertama kehamilan, seiring tubuh ibu hamil menyesuaikan diri dengan perubahan hormonal.

Pada trimester pertama, puting bumil berubah menjadi lebih besar dan sensitif. Selain itu, areola, bagian payudara yang mengelilingi puting susu juga bertambah gelap.

Payudara bumil mungkin pula ditumbuhi tuberkel montgomery, sejenis pori-pori serupa jerawat di permukaan areola.

Benjolan yang tidak memicu rasa sakit ini berperan sebagai antiseptik, pelumas sekaligus mendukung proses menyusui.

Artikel Lainnya: Mengenal Fakta-fakta Trimester Keempat pada Ibu dan Bayi

2. Trimester Kedua (14-26 minggu)

Pada trimester kedua kehamilan, kadar estrogen terus meningkat. Kelenjar susu juga berkembang, sehingga payudara semakin membesar, berat, dan terasa penuh.

Pada pekan pertama trimester kedua, payudara juga mulai memproduksi kolostrum. Kolostrum adalah cairan berwarna kuning keemasan dan bertekstur kental yang nantinya menjadi makanan pertama bayi baru lahir.

Sebelum mengonsumsi ASI, bayi akan memakan kolostrum yang keluar dari puting susu ibu.

3. Trimester Ketiga (27-40 minggu)

Payudara bumil akan semakin berat dan padat pada trimester ketiga kehamilan. Puting akan menjadi lebih besar, menonjol, dan semakin gelap.

Perubahan warna jadi lebih gelap juga dialami areola. Karena payudara semakin besar, kulit di bagian tubuh ini meregang.

Akibatnya, bumil mengalami efek samping berupa kulit gatal dan kering.

Artikel Lainnya: Keluhan Saat Ibu Hamil Tua dan Cara Mengatasinya

Perubahan Payudara Setelah Melahirkan

Setelah melahirkan, payudara ibu tetap berukuran besar, karena masih terus menghasilkan ASI. Bahkan, payudara mungkin dapat mengalami pembengkakan karena terlalu penuh akibat produksi ASI berlebih.

Pada fase ini, kadar hormon estrogen dan progesteron mulai menurun. Namun kadar prolaktin meningkat, sehingga memungkinkan terjadinya laktasi.

Laktasi merupakan seluruh rangkaian proses menyusui. Rangkaian ini dimulai dari produksi ASI hingga bayi menghisap dan menelan ASI.

Setelah produksi ASI berhenti, beberapa ibu akan kembali memiliki payudara dengan ukuran dan bentuk seperti sediakala. Adapun, beberapa ibu lainnya mungkin tetap memiliki payudara berukuran besar, namun kurang elastis.

Begitu pula dengan puting. Bentuk dan ukuran bagian payudara ini dapat kembali setelah si kecil berhenti menyusui. Warnanya juga bisa menjadi lebih terang.

Namun beberapa ibu, mungkin memiliki puting yang tidak dapat kembali normal. Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi perubahan payudara dan puting wanita untuk dapat kembali menjadi bentuk asli.

Faktor tersebut meliputi lama waktu menyusui, genetik, maupun fluktuasi berat badan selama maupun setelah kehamilan.

Itu dia perubahan payudara saat hamil dan setelah melahirkan. Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar info kehamilan lainnya, konsultasi ke dokter via Tanya Dokter.

(OVI/JKT)

KehamilanPayudara

Konsultasi Dokter Terkait