HomePsikologiKesehatan MentalOrang Doyan Mengkritik, Apakah Alami Masalah Mental?
Kesehatan Mental

Orang Doyan Mengkritik, Apakah Alami Masalah Mental?

Tri Yuniwati Lestari, 11 Apr 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Punya atasan atau teman yang sering mengkritik memang menjengkelkan. Apakah orang yang suka mengkritik memiliki masalah mental?

Orang Doyan Mengkritik, Apakah Alami Masalah Mental?

Umumnya, orang yang suka mengkritik akan terus mengomentari hal apa pun yang dilakukan orang lain.

Ia juga cenderung melihat dirinya jauh lebih baik dibanding orang yang dikritik meskipun belum tentu benar. Menjengkelkan, bukan?

Sebenarnya, apa yang mendasari perilaku gemar memberi kritik secara berlebihan? Apakah si pengkritik punya gangguan mental tertentu?

 

Kenapa Ada Orang yang Selalu Suka Mengkritik?

Sebelum mengetahui mengapa seseorang sangat suka mengkritik orang lain, Gracia Ivonika, M. Psi., Psikolog, mengungkapkan bahwa kita perlu membedakan dulu mana yang kritik dan mana yang feedback (masukan).

“Kalau masukan bersifat positif. Memang dua-duanya terlihat memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama memberikan arahan atau masukan. Namun, kritik biasanya tujuannya untuk menjatuhkan atau membuat orang lain merasa down, berbeda dengan memberikan masukan,” jelas Gracia.

Artikel Lainnya: Suka Nyinyir, Adakah Hubungannya dengan Gangguan Kejiwaan?

Selain dari tujuannya, kritik dan masukan juga bisa dibedakan dari cara penyampaiannya.

Kritik biasanya disampaikan dalam bentuk sarkasme atau dengan kata-kata menyakiti dan menjatuhkan. Sedangkan, masukan lebih menggunakan kata-kata yang membangun.

Menurut Gracia, orang yang suka mengkritik orang lain biasanya merupakan bentuk kompensasi dirinya atas rasa ketidakpercayaan diri (insecurity) yang ia punya.

Apakah Suka Mengkritik Tanda Gangguan Mental?

Dijelaskan Gracia, gemar mengkritik tidak langsung bisa dikategorikan sebagai masalah mental.

Namun, hal ini umumnya mungkin lebih mengarah ke personal issue (masalah pribadi) yang seseorang coba proyeksikan ke orang lain dalam bentuk kritik.

Jadi, menurutnya kritik merupakan bentuk kompensasi supaya orang tersebut mendapatkan “power” atas apa yang dirinya sebenarnya tidak punya.

“Contohnya, orangtua yang mengkritik anaknya gendut, tidak cantik, atau tidak seperti anak lainnya. Bisa jadi orangtua sendiri yang mempunyai masalah sama citra tubuh tapi dia proyeksikan ke anaknya,” terang Gracia.

Artikel Lainnya: Awas, Perilaku Toksik Ini Hadir Tanpa Anda Sadari

Melansir Psychology Today, pada anak di bawah usia 7 tahun, kritik apa pun yang ia dengar lebih dari sekali akan membangun masalah ketidakpercayaan diri padanya meskipun kata-kata terdengar lembut.

Sering kali dikritik di masa kanak-kanak oleh pengasuh, saudara kandung, atau teman sebaya pada usia tersebut dapat sangat menyakitkan bagi si anak.

Pasalnya, pada usia tersebut satu-satunya hal yang dapat dilakukan anak untuk bertahan hidup adalah terikat secara emosional dengan orang yang merawatnya.

Sedangkan, terus merasa diperlakukan tidak layak membuat ia cenderung memiliki perasaan tidak diterima.

Akibatnya, saat remaja, anak-anak yang sering mendapatkan kritik akan mengembangkan masalah ketidakpercayaan diri.

Hal itu pun bisa saja membuat mereka menjadi pengkritik ataupun terus menyalahkan diri sendiri.

“Orang yang suka dikritik juga bisa berbalik untuk mengkritik orang lain. Karena tidak bisa mengolah kritik dengan tepat, akhirnya ia tidak menyukai dirinya atau tidak merasa mampu mencapai yang diinginkan. Jadi, semua itu dapat dikompensasi dengan melampiaskan kepada orang lain,” jelas Gracia.

Artikel Lainnya: Tips Hadapi Bullying di Tempat Kerja

Tips Menghadapi Orang yang Suka Mengkritik

Gracia mengatakan dalam menghadapi orang yang suka mengkritik secara teori, pisahkan terlebih dahulu antara kritik dengan diri kita.

Ingat, setiap omongan orang lain itu belum tentu benar. Sebaiknya, Anda tidak langsung memercayai kata-kata orang lain apalagi yang bersifat negatif.

“Perlu difilter dulu, misalnya dikasih kritik dan diterima dulu. Kemudian, coba untuk kita cek dengan diri sendiri, tanya ke diri sendiri apakah omongan tersebut benar. Kalau Anda sendiri tidak percaya dengan kritik tersebut, boleh menanyakan kembali ke orang yang mengkritik,” ucap Gracia.

Setelah jelas apa alasan orang tersebut mengkritik Anda, coba validasi kembali dengan tanya ke orang terdekat yang Anda percaya atau teman yang selalu mengarahkan ke arah yang lebih baik.

“Kalau ternyata memang ada benarnya, terima kritikan tersebut sebagai input untuk memperbaiki atau mengembangkan diri. Tapi, kalau itu misalnya tidak benar ya sudah. Karena, pada intinya Anda yang lebih mengerti diri sendiri,” ujar Gracia.

Setiap orang pernah melakukan kesalahan dan memiliki kekurangan, termasuk orang yang suka mengkritik.

Menerima bahwa Anda manusia biasa seperti orang lain akan membantu melihat diri sebagai orang yang berharga, terlepas dari kekurangan dan kritik yang didapatkan.

Selain itu, mengasah keterampilan dalam menghadapi kritik akan membuat Anda lebih mudah menerima diri.

Bila Anda memiliki masalah dengan kepercayaan diri, jangan ragu konsultasi dengan psikolog melalui layanan LiveChat di Klikdokter.

(FR/AYU)

kritikkesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait