HomeInfo SehatCovid-19Cegah Stigma, Infeksi Virus Corona Bukan Aib!
Covid-19

Cegah Stigma, Infeksi Virus Corona Bukan Aib!

Krisna Octavianus Dwiputra, 25 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Infeksi virus corona bukanlah sebuah aib yang harus ditutupi. Mari bersama mencegah stigma yang terjadi pada pasien dan tenaga kesehatan.

Cegah Stigma, Infeksi Virus Corona Bukan Aib!

Virus corona masih menjadi isu kesehatan yang hangat sampai hari ini, dan mungkin beberapa bulan ke depan. Sayangnya, virus yang juga disebut COVID-19 ini, memunculkan beberapa stigma di masyarakat yang justru menyedihkan.

Ya, beberapa orang menganggap bahwa menjadi pasien positif coronavirus adalah sebuah aib yang menjijikan bagi si penderita, bahkan termasuk keluarganya. Anda harus tahu, terinfeksi virus corona bukan berarti aib, lho!

Banyak Pasien Positif Corona dan Keluarga Menutup-Nutupi

Sampai Selasa (24/3) sore WIB, angka kasus positif virus corona di Indonesia sudah mencapai 686 orang dengan angka kematian 55 orang.

Semakin hari, penambahan kasus positif ini semakin membuat banyak orang takut dengan penyebaran virus yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok ini.

Sayangnya, sekarang muncul stigma akibat ketakutan berlebih terhadap penyakit ini. Bahkan, stigma bisa muncul pada orang yang baru menunjukkan gejala ringan, seperti batuk atau bersin saja.

Akhirnya, banyak pasien yang sebenarnya positif virus corona mencoba menutupi agar tidak mendapat stigma. Ini juga dilakukan oleh anggota keluarga yang lain, demi tidak mendapat pandangan buruk dari sekitar.

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi, seorang psikolog dari KlikDokter, stigma ini muncul karena rasa khawatir berlebih. Jadi bisa disimpulkan bahwa stigma adalah hasil atau produk dari pikiran tidak logis akibat seseorang yang sedang takut.

"Mereka takut dapat stigma sosial dari orang sekitar. Karena misalnya ada orang sekitarnya tahu, tidak usah sampai positif corona, baru gejalanya saja seperti batuk dan pilek, itu sudah bisa bikin orang takut dan tidak mau dekat dengan orang tersebut," ujar Ikhsan.

"Oleh karena itu, daripada dikucilkan oleh pergaulan sosial lebih baik menutupi hal tersebut. Hal ini untuk memenuhi rasa aman dan nyaman dari orang tersebut," ungkap Ikhsan.

Menurut psikolog muda tersebut, jika sampai ada kasus dikucilkan itu, rasa tidak nyaman akan timbul dari setiap orang yang diperlakukan seperti itu. Sehingga supaya aman, mereka menutupinya.

Petugas Medis Mulai Dianggap Pembawa Virus Corona

Sekarang ini, mulai muncul stigma bahwa petugas medis atau tenaga kesehatan dianggap menulari virus corona. Sebab, mereka sehari-hari bekerja di rumah sakit, lantas masyarakat  menganggap mereka bisa membawa virus tersebut.

Hal ini terutama dialami oleh para tenaga kesehatan yang memang bekerja mengatasi pandemi COVID-19. Pada akhirnya, banyak perawat dan dokter mulai jadi sasaran stigma dari warga.

Bahkan, ramai di media sosial banyak perawat dan dokter yang diusir oleh tetangga mereka karena dianggap sebagai penyebar coronavirus. Mereka beranggapan bahwa yang bertugas di rumah sakit sudah pasti tertular.

"Kenapa bisa muncul stigma sosial seperti itu, karena rasa khawatir berlebih dari seorang. Individu yang dimaksud akhirnya tidak bisa berpikir logis, sehingga salah satu cara agar merasa tenang dan aman, mereka membuat stigma bahwa petugas kesehatan bisa membawa virus," tutur Ikhsan.

Dampaknya, Ikhsan menyatakan, tenaga kesehatan bisa jadi stres karena stigma tersebut. Akhirnya, mereka yang menjadi garda terdepan penanganan COVID-19 bisa menjadi patah semangat dalam menjalankan tugas.

"Tenaga kesehatan (nakes) bisa jadi stres. Karena selama ini yang dilakukan untuk kebaikan masyarakat, tapi malah dapat stigma. Karena mereka stres, nakes bisa patah semangat," kata Ikhsan.

Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!

Keterbukaan Bikin Virus Corona Bisa Dicegah Penyebarannya

Sebenarnya, jika stigma dan menutupi gejala infeksi virus corona dibiarkan lebih lama, ini bisa menyebabkan bumerang. Nantinya, penyebaran COVID-19 justru semakin tidak terkendali.

Disarankan untuk terbuka dan mengaku saja bahwa Anda menjadi pasien atau mengidap infeksi coronavirus, itu bukan masalah besar.

Sebaiknya berkaca dari yang dilakukan para artis. Begitu didiagnosis positif infeksi virus corona, mereka langsung membuat pengakuan di akun media sosial supaya semua orang tahu.

Mengaku menjadi pasien positif virus corona sempat dilakukan oleh aktor Hollywood, Tom Hanks. Ketika ia dan istrinya terkena COVID-19, ia langsung mengungkapnya ke publik dan mengabarkan dirinya baik-baik saja.

“Halo semua. Rita dan saya sedang berada di Australia. Kami merasa sedikit lelah, dan mengalami flu dan badan pegal. Rita merasa kedinginan yang datang dan pergi. Demam ringan pun juga,” ujar postingan Tom Hanks

“Kami melakukan tes untuk virus corona dan ternyata positif. Lalu, apa yang dilakukan selanjutnya? Para petugas medis memiliki protokol yang harus diikuti. Kami akan dilakukan tes, diamati dan diisolasi. Kami akan tetap meng-update kepada dunia. Tetap jaga dirimu! ” tulis Tom Hanks di instagram pada Kamis lalu (12/3).

Ada lagi selebritis Indonesia yang juga mengaku terkena virus corona, yakni Andrea Dian. Aktris yang terkenal juga suka olahraga ini juga tak sungkan mengungkap bahwa dirinya terpapar virus tersebut.

“Hai kalian, tolong dibaca ya, siapa pun bisa kena. Aku masih muda dan sehat, rajin olahraga, nggak tahu bagaimana virus corona ini bisa ada di tubuh aku,” tulis Andrea Dian di akun instagram miliknya.

“Jadi buat teman-teman di luar sana, please #DiRumahAja, jaga jarak, karantina diri. Kalau kita disiplin, kita akan lebih cepat melalui ini semua. Kalau enggak, akan sangat berisiko untuk kita dan orang-orang terdekat kita bisa terinfeksi,” lanjutnya.

Artikel lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona

Jadi, Pasien Positif Corona Bukan Aib!

Kesimpulannya, didiagnosis menjadi pasien positif virus corona bukanlah sebuah aib, ya! Bukti jelas menunjukkan, stigma yang ditimbulkan pada pasien virus corona malah dapat memperlambat penanganan dan malah memperluas penyebaran penyakit.

Hal yang harus kita lakukan adalah membangun kepercayaan pada petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat, menunjukkan empati pada mereka yang terkena COVID-19, dan memahami penyakit itu sendiri.

Kita perlu melakukan langkah yang dianjurkan oleh  pemerintah serta dokter, sehingga diri sendiri dan orang lain tetap aman.

Untuk memerangi stigma tersebut, kita perlu menciptakan lingkungan yang jujur dan terbuka, sehingga semuanya bisa didiskusikan serta ditangani dengan baik. Siapa pun, berperan penting mencegah dan menghentikan stigma COVID-19.

Berikut hal yang dapat  Anda lakukan:

  • Menyebarkan Fakta

Stigma terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit COVID-19. Untuk menjelaskan bagaimana cara mencegah serta mengobatinya, gunakan bahasa sederhana dan hindari istilah yang terlalu medis.

Di zaman teknologi seperti sekarang, media sosial sepertinya amat berguna untuk menjangkau banyak orang, serta menjadi tempat berbagi informasi kesehatan yang mudah dipahami.

  •  Melibatkan Influencer Sosial

Kita bisa meminta bantuan dari influencer, tokoh publik, atau bahkan selebriti untuk mematahkan stigma pasien corona virus. Para influencer tersebut punya audiens atau peminatnya masing-masing.

Di mana jika informasi COVID-19 disampaikan melalui idolanya, masyarakat mungkin bisa lebih paham dan tidak lagi memandang bahwa pasien virus corona adalah aib.

  • Memandang Pasien yang Berhasil Sembuh

Menghilangkan stigma menjijikan dari pasien coronavirus bisa dilakukan dengan cara bercerita  pengalaman pasien yang sembuh.

Buatlah konten yang menyajikan gambar, cerita, dan suara dari pasien yang sembuh dari COVID-19. Tunjukan, bahwa pasien bisa sembuh karena didukung oleh keluarga dan masyarakat.

Gaungkan juga kampanye "pahlawan" untuk petugas kesehatan yang mengalami stigma. Relawan atau orang-orang di komunitas memainkan peran besar dalam mengurangi stigma di masyarakat.

  • Etika Jurnalistik

Informasi yang disebar oleh media sekarang ini umumnya hanya fokus pada jumlah korban meninggal yang semakin banyak dan juga lokasi-lokasi penyebaran coronavirus yang mulai meluas.

Sayangnya, ini bisa membuat seseorang makin panik dan akhirnya urung memeriksakan diri ke dokter, karena takut didiagnosis coronavirus dan dikucilkan.

Sebagai gantinya, sebarkan konten seputar pencegahan, gejala COVID-19, kapan harus ke dokter, dan beritahu besarnya kesempatan untuk sembuh.

Dengan begini, masyarakat tanggap, awas, sekaligus melakukan pencegahan untuk di sendiri, stigma pun dapat menghilang.

  • Menciptakan Hubungan yang Baik

Untuk mengatasi stigma dan stereotip, Anda harus punya inisiatif. Salah satu caranya dengan menciptakan dan membangun lingkungan positif. Bisa dilakukan dengan donasi dan menunjukkan kepedulian dan empati untuk semua.

Stigma soal penyakit ataupun pasien virus corona ini sangat jahat dan bisa berdampak pada lambatnya cara mengatasi virus ini sendiri. Oleh karena itu, stop jadi warga negara bodoh yang hanya memperkeruh suasana.

Klikdokter telah bekerjasama dengan Kemenkes atau kementrian kesehatan Indonesia untuk menekan angka persebaran virus corona.

Apabila mau tahu lebih lanjut seputar COVID-19, gunakan fitur Live Chat untuk konsultasi langsung dengan dokter. Sedangkan untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini.

(OVI/AYU)

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait