Kesehatan Mental

6 Daftar Negara dengan Tingkat Depresi yang Tinggi

Novita Asavasthi, 17 Jan 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Negara mana yang punya tingkat depresi tinggi? Apakah Indonesia termasuk di dalamnya? Cari tahu lewat bahasan lengkap di bawah ini.

6 Daftar Negara dengan Tingkat Depresi yang Tinggi

Dalam kurun waktu beberapa tahun, banyak survei yang mengeluarkan laporan tentang negara mana yang punya tingkat depresi tinggi. Seperti diketahui, mungkin negara-negara yang “gila kerja” seperti Korea atau Jepang dianggap menjadi negara dengan masyarakat paling depresi sedunia.

Namun fakta penelitian tidak menyebutkan kedua negara tersebut masuk ke daftar tingkat depresi tinggi. Daripada menerka terus, berikut adalah beberapa daftar tentang negara yang punya masyarakat dengan kasus depresi terbanyak.

Sekilas tentang Depresi

Menurut dr. Nitish Basant Adnani, BMedSc MSc dari KlikDokter, depresi merupakan jenis gangguan kesehatan mental yang paling sering ditemukan di dunia. Lebih detailnya dijelaskan lagi, bahwa depresi merupakan kondisi di mana seseorang mengalami penurunan emosi dan mood.

Keadaan ini mengakibatkan aktivitas orang depresi jadi menurun semangatnya. Ia pun cenderung mengalami hilang minat dan sedih berkepanjangan.

Bahkan, Menurut dr. Arina Heidyana dari KlikDokter, gejala depresi biasanya terjadi paling tidak selama dua minggu atau lebih.

“Apabila depresi yang terjadi sudah masuk dalam tahap berat, biasanya gejala yang timbul semakin terlihat. Misalnya, perubahan sikap yang turut memengaruhi kehidupan sehari-harinya, baik di kantor, rumah, maupun lingkungan sosialnya,” lanjutnya.

Selain itu, penderita depresi juga bisa mengalami berbagai hal, seperti berikut ini.

  • Merasa sedih terus sepanjang hari.
  • Merasa tidak berguna.
  • Sering merasa bersalah dan selalu menyalahkan diri sendiri setiap waktu.
  • Sulit untuk fokus pada suatu hal akibat gelisah yang berlebih.
  • Sulit untuk tidur di malam hari karena terlalu banyak hal yang dipikirkan.
  • Menarik diri dari kehidupan sosial.
  • Emosi yang tidak stabil (cepat marah dan gampang menangis).
  • Saat mengalami depresi yang berat, penderita cenderung memilih bunuh diri untuk mengatasi masalahnya.
  • Berat badan naik atau turun tanpa alasan.

Negara dengan Tingkat Depresi Tertinggi

Menurut laporan Global Burden of Disease, yang hasilnya juga diakui oleh WHO, ada enam negara yang dinyatakan memiliki tingkat depresi paling tinggi. Survei ini dilakukan dari tahun 1990 hingga 2017.

Survei dilakukan dengan metode mengukur ASR (Age Standardized Rate). Ini mengukur negara mana yang punya tingkat depresi tinggi dengan metode ASR, tidak mencerminkan kejadian depresi yang sebenarnya.

Metode ASR hanya dilakukan untuk membandingkan kejadian depresi di berbagai negara, wilaya, atau periode historis yang berbeda. Berikut adalah negara yang termasuk dalam jumlah tingkat depresi yang tinggi.

  1. Lesotho.
  2. Maroko.
  3. Greenland.
  4. Myanmar.
  5. Indonesia.
  6. Filipina.

Dalam penelitian tersebut, tidak dijelaskan rinci penyebab depresi di masing-masing negara. Namun, pada negara Lesotho, peneliti menyimpulkan bahwa kondisi di negara itu sendiri yang menyebabkan tingkat depresinya tinggi.

Lesotho merupakan negara miskin di Afrika Selatan yang memiliki tingkat infeksi HIV tertinggi ketiga di dunia. Nah, hal inilah yang kemungkinan menyebabkan masyarakat di Lesotho, terutama yang punya HIV/AIDS, cenderung mengalami depresi.

Pasalnya, pengidap HIV/AIDS sering menghadapi stigma sosial yang membatasi mereka dalam hal pekerjaan dan perkawinan. Dalam beberapa kasus, orang HIV banyak dipisahkan dan dikucilkan dalam keluarganya sendiri.

Tak jarang, hal tersebut sangat mungkin membuat orang jadi rentan mengalami depresi.

Artikel Lainnya: 7 Jenis Terapi yang Penting untuk Kesehatan Mental

Lalu, Apa Penyebab Umum Depresi?

Setiap negara punya faktor risiko dan alasan berbeda yang menyebabkan jumlah tingkat depresi masyarakatnya tinggi. Meski demikian, ada beberapa faktor umum yang membuat seseorang rentan depresi, antara lain sebagai berikut ini.

  1. Perubahan Biologis di Otak

Orang-orang dengan depresi umumnya mengalami perubahan fisik di dalam otak mereka. Perubahan yang dimaksud belum dapat dijelaskan secara pasti.

Namun dalam suatu penelitian, ditemukan adanya perubahan zat kimia di otak yang kemungkinan berperan menyebabkan depresi. Adanya perubahan zat kimia di otak inilah yang berisiko membuat mood seseorang jadi tidak stabil dan mengarah ke gejala depresi.

  1. Perubahan Hormon

Keseimbangan hormon yang berubah di dalam tubuh juga dapat memicu terjadinya depresi. Kondisi ini misalnya sering terjadi saat kehamilan dan baru saja saat menderita penyakit, misalnya seperti kasus HIV/AIDS di negara Lesotho.

Pada orang HIV, sistem kekebalan tubuhnya lemah sehingga dapat memengaruhi keseimbangan hormon di dalam tubuhnya. Hal inilah yang diduga keras dapat menjadi faktor orang jadi rentan depresi.

  1. Keturunan Keluarga

Tingkat depresi yang tinggi pada seseorang bisa disebabkan karena faktor keturunan. Menurut beberapa penelitian, depresi lebih sering terjadi pada orang-orang yang di keluarga juga memiliki kondisi ini. Namun sampai saat ini, peneliti belum tahu gen apa yang menyebabkan seseorang mengalami depresi karena keturunan.

Bahaya Depresi yang Harus Diwaspadai

Depresi bukan satu-satunya kondisi mental yang harus dikhawatirkan. Setelah mengalami depresi, orang jadi rentan bunuh diri.

"Pada tahap yang berat, depresi dapat berujung pada tindakan bunuh diri. Setiap orang yang depresi memiliki risiko untuk bunuh diri, meski tidak semua akan melakukannya," kata dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter.

Kejadian bunuh diri inilah yang membuat penderita depresi atau orang di sekitarnya harus sadar akan gejala dan efeknya. Jika kondisi depresi bisa didiagnosis, pertolongan dari dokter atau psikolog dapat membantu mencegah kambuh serta risiko bunuh diri.

Mengobati Depresi ke Psikolog

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., psikolog dari KlikDokter, untuk konsultasi ke psikolog tidak perlu sampai punya pikiran mau bunuh diri dulu.

“Ketika Anda sudah terus-menerus kepikiran akan sesuatu dan itu sudah sampai mengganggu konsentrasi dalam beraktivitas, itu sudah bisa dijadikan pertanda bahwa butuh bantuan psikolog,” jelasnya.

Selain itu, ketika si penderita depresi sudah sampai merasa membenci dunianya hingga tak ingin bertemu dengan banyak orang lagi, sebenarnya itu juga sudah bisa menjadi bekal Anda untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog.

Nantinya, psikolog dan dokter akan mencari perawatan terbaik sesuai kondisi atau gejala depresi yang Anda alami. Penting untuk psikolog atau ke dokter guna mencegah kondisi depresi dan pikiran bunuh diri terjadi. Apabila mengalami tanda adanya gangguan pikiran dan perasaan sampai menghambat aktivitas sehari, Anda bisa konsultasi langsung dengan psikolog lewat fitur Live Chat di aplikasi Klikdokter.

(AYU/RPA)

Bunuh DiriDepresi

Konsultasi Dokter Terkait