Kesehatan Mental

Pengaruh dari Sifat Optimis dan Pesimis Terhadap Pola Tidur

dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, 19 Sep 2019

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Sifat optimis dan pesimis seseorang ternyata juga turut memengaruhi pola tidurnya. Berikut penjelasan medis tentang hal ini.

Pengaruh dari Sifat Optimis dan Pesimis Terhadap Pola Tidur

Kurang tidur merupakan salah satu masalah yang sangat sering ditemui. Padahal, pola tidur teratur dan durasi tidur yang cukup merupakan hal yang penting bagi kesehatan tubuh. Bahkan sifat optimis dan pesimis pun bisa turut mempengaruhi pola tidur Anda.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menambah waktu dan kualitas tidur, di antaranya membeli kasur baru, mengurangi konsumsi alkohol pada malam hari, berolahraga secara teratur, dan hanya menggunakan tempat tidur untuk beristirahat.

Namun, sering kali hal-hal tersebut kurang membantu untuk menambah waktu dan kualitas tidur.

Kaitan antara sifat dan pola tidur

Salah satu penelitian terkini menduga terdapatnya hal lain yang dapat berkaitan dengan kualitas tidur, yaitu sifat optimis. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavioral Medicine tersebut menemukan bahwa orang yang optimis cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih baik.

Hasil yang didapat tersebut merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya, yang menyimpulkan bahwa orang dengan sifat optimis mempunyai kesehatan jantung dan pembuluh darah yang lebih baik.

Penelitian tersebut dilakukan pada 3.548 orang dengan usia 32 hingga 51 tahun, yang merupakan bagian dari penelitian Coronary Artery Risk Development in Young Adults (CARDIA).

Untuk mengukur optimisme, para peneliti meminta para peserta penelitian untuk menyatakan persetujuan mereka terhadap 10 pernyataan dengan skala Likert yang mencakup lima poin, dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”.

Pernyataan yang ditanyakan termasuk yang bersifat positif, seperti “saya selalu optimis tentang masa depan saya”, dan yang bersifat negatif, seperti “saya hampir tidak mengharapkan hal-hal berjalan sesuai keinginan saya”.

Hasil dari survei tersebut dapat menunjukkan rentang nilai antara 3 sampai 30, dengan semakin tinggi nilai yang didapat, semakin tinggi pula optimisme dari individu tersebut.

Sebagai bagian dari penelitian CARDIA, para peserta diminta untuk melaporkan kualitas tidur mereka sebanyak dua kali dengan jeda 5 tahun, dengan menyebutkan berapa jam biasanya mereka tidur dan melaporkan adanya gejala insomnia.

Mereka juga diminta untuk menggunakan suatu alat untuk mengukur secara objektif berapa lama mereka terdengar tidur dan apakah mereka gelisah sepanjang malam.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa partisipan yang mempunyai nilai optimis lebih tinggi akan lebih mungkin untuk tidur sepanjang 6 hingga 9 jam setiap malamnya dan memiliki kemungkinan 74 persen lebih kecil untuk mengalami insomnia.

Penelitian ini menjelaskan bagaimana optimisme dapat membantu tidur. Orang yang optimis akan lebih mungkin terlibat dalam mengatasi masalah yang terfokus secara aktif dan menafsirkan hal-hal yang mengganggu dengan cara yang lebih positif. Hal inilah yang kemudian menurunkan kecemasan saat tidur.

Kualitas dan jumlah waktu untuk tidur yang cukup merupakan hal penting bagi setiap orang. Penelitian yang ada menyimpulkan bahwa sifat optimis akan dapat membantu tidur menjadi lebih baik.

Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk memiliki sifat optimis dan menghindari pesimis agar pola tidur Anda menjadi lebih baik. Dengan pola tidur yang berkualitas dan durasi tidur yang cukup Anda bisa terhindar dari penyakit-penyakit yang bisa timbul dari kurang tidur seperti obesitas, darah tinggi, bahkan kematian.

[NP/ RVS]

darah tinggitidurPola tidurInsomniaObesitasgejala insomnia

Konsultasi Dokter Terkait