HomeInfo SehatKesehatan UmumAsupan yang Tak Boleh Disantap Saat Minum Obat
Kesehatan Umum

Asupan yang Tak Boleh Disantap Saat Minum Obat

dr. Theresia Rina Yunita, 21 Feb 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Setelah minum obat atau antibiotik, ada beberapa asupan makanan yang harus dihindari. Apa saja pantangan makanan setelah minum obat? Ini lengkapnya.

Asupan yang Tak Boleh Disantap Saat Minum Obat

Pernahkah terpikir bahwa apa yang Anda makan dan minum dapat memengaruhi kerja maupun efektivitas obat yang Anda konsumsi?  

Sesungguhnya, obat dan makanan memang bisa saling berinteraksi. Hal tersebut sering berujung pada kerugian karena bisa menurunkan efektivitas obat maupun meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan.

Berikut adalah sejumlah makanan dan minuman yang merupakan pantangan minum obat.  

1. Pisang

Hindari pisang saat Anda mengonsumsi obat golongan ACE inhibitor, seperti captoprilenalaprillisinopril dan ramipril. Obat tersebut biasa diresepkan untuk menurunkan tekanan darah atau mengobati gagal jantung. 

Cara kerja obat adalah dengan melemaskan otot dinding pembuluh darah agar aliran darah lebih baik, juga agar jantung dapat memompa lebih optimal. 

Namun, obat tersebut menghambat pengeluaran mineral kalium yang ada di dalam darah melalui urine.

Pisang adalah buah tinggi kalium, sehingga bila dikonsumsi dalam jumlah banyak bersamaan dengan obat golongan ACE inhibitor dapat semakin meningkatkan kadar kalium di dalam darah. 

Faktanya, kadar kalium yang terlalu tinggi di dalam darah dapat memicu detak jantung yang tidak teratur dan jantung berdebar.

2. Sayuran Berdaun Hijau

Bayam, brokoli, kale, dan jenis sayuran berdaun hijau lainnya dapat membuat kerja obat anti-pembekuan darah seperti warfarin menjadi kurang efektif. Ini karena keduanya memberikan efek berlawanan.

Sayuran berdaun hijau kaya akan vitamin K yang penting untuk pembekuan darah. Sebaliknya, warfarin bekerja menghambat pembekuan darah. 

Obat tersebut biasa dikonsumsi rutin oleh mereka yang memiliki gangguan irama jantung, menggunakan katup jantung buatan, dan yang punya riwayat serangan jantung.

Bila Anda menggunakan warfarin, batasi konsumsi sayuran berdaun hijau. Atau, konsumsi alternatif lain yang juga sehat namun rendah vitamin K, seperti bit, lobak, berbagai jenis labu, ubi manis, dan tomat.

3. Jeruk Bali (grapefruit)

Jeruk bali merupakan salah satu pantangan makanan setelah minum obat, terutama untuk konsumsi obat antikolesterol golongan statin. Misalnya, atorvastatin dan lovastatin. 

Zat pada buah tersebut dapat mengganggu enzim-enzim yang mengurai obat di dalam saluran cerna, sehingga obat bertahan lebih lama di dalam darah. Selanjutnya, hal itu akan meningkatkan risiko efek samping obat.

Artikel Lainnya: Susah Minum Obat? Jangan Asal Menggerus Obat!

4. Bawang Putih

Konsumsi bawang putih dapat meningkatkan risiko perdarahan akibat penggunaan obat antinyeri golongan OAINS (obat antiinflamasi non-steroid). 

Beberapa contoh obat golongan OAINS, yaitu ibuprofen, asam mefenamat, kalium diclofenacnatrium diclofenac, piroksikam, dan meloxicam

Mengonsumsi bawang putih menjadi larangan setelah minum obat tersebut, karena bawang putih dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk membekukan darah.

5. Kopi

Hindari minum kopi bila Anda sedang dalam pengobatan antipsikotik jenis clozapine. Kafein di dalam kopi dapat meningkatkan kadar zat tersebut di dalam darah, sehingga risiko efek samping akan meningkat.

Anda pun perlu berhati-hati apabila sedang mengonsumsi obat-obat asma yang berfungsi sebagai pelega, misalnya salbutamol, ipratropium, atau teofilin.

Konsumsi kafein yang berlebihan dapat menghambat efek obat-obatan tersebut dalam keadaan darurat, yakni saat serangan asma terjadi.

6. Susu

Hindari susu saat Anda mengonsumsi antibiotik, seperti tetracycline dan ciprofloxacin; serta obat osteoporosis seperti alendronate

Susu dan produk olahannya, seperti yoghurt dan keju, dapat memperlambat atau mencegah penyerapan obat-obatan tersebut sehingga tidak bisa memberikan efek yang maksimal.

Hal ini karena di dalam lambung dan usus dua belas jari, kalsium di dalam susu dan produk olahannya berikatan dengan antibiotik.Oleh sebab itu, proses penyerapan obat bisa terganggu.

Solusinya, konsumsi antibiotik 1–2 jam sebelum atau setelah makan. Begitupun dengan konsumsi suplemen yang mengandung kalsium.

7. Alkohol

Konsumsi alkohol dapat mengubah kerja obat, baik saat Anda minum obat dengan alkohol, mengonsumsi alkohol segera setelah minum obat, atau minum obat setelah mengonsumsi alkohol. 

Selain itu, alkohol juga dapat memperkuat efek samping obat. Karenanya, Anda wajib menghindari alkohol terutama jika menggunakan beberapa obat sekaligus. 

Utamanya, antihistamin, obat antinyeri seperti kodein dan parasetamol, obat antidiabetes, obat anti HIV/AIDS, serta antibiotik. Semakin banyak obat yang dikombinasi dengan alkohol, risiko yang terjadi akan semakin besar.

Efek lain akibat interaksi alkohol dengan obat, yaitu rasa kantuk yang berlebihan, sensasi melayang, gangguan kontrol motorik, gangguan daya ingat, mual, kram perut hingga muntah. 

Perlu diingat, efek samping dapat timbul meski Anda hanya mengonsumsi satu standar minuman beralkohol (kurang lebih mengandung 14 gram alkohol murni).

Artikel Lainnya: Anak Sakit, tapi Susah Minum Obat? Ini Cara Mengatasinya!

8. Teh

Teh hitam mengandung bahan kimia yang disebut tanin. Tanin dapat mengikat banyak obat, termasuk antidepresan trisiklik, dan mengurangi jumlah kandungan obat yang diserap tubuh. 

Untuk menghindari interaksi ini, hindari teh hitam 1 jam sebelum dan 2 jam setelah minum obat.

9. Makanan yang Diawetkan dan Difermentasi 

Jenis makanan ini mengandung tiramin, yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah. Makanan ini terutama harus dihindari oleh mereka yang mengonsumsi Inhibitor Monoamine Oksidase (MAIO) dan obat-obatan tertentu untuk penyakit Parkinson. 

Beberapa makanan yang menjadi pantangan, antara lain keju tua, acar yang difermentasi, daging yang diawetkan (seperti kornet), dan ikan yang diawetkan atau diasinkan. 

Pada dasarnya, obat yang diurai terlalu cepat tidak punya waktu untuk bekerja sehingga kurang memberikan efek. Sebaliknya, obat yang bertahan terlalu lama di dalam tubuh dapat terakumulasi hingga mencapai kadar yang membahayakan.

Oleh karena itu, supaya obat yang diminum bekerja efektif tanpa menimbulkan efek samping merugikan, selalu perhatikan cara penggunaan dan waktu minum yang tepat. 

Jangan sungkan untuk berkonsultasi lebih lanjut pada dokter untuk mencari tahu informasi tentang apa yang boleh dan tidak dikonsumsi selama Anda sedang dalam pengobatan tertentu.

(PUT/AYU)

Antibiotikobat

Konsultasi Dokter Terkait