Kesehatan Umum

Penyakit Kuru, Sebuah Penyakit Aneh dan Langka

Christovel Ramot, 15 Apr 2024

Ditinjau oleh dr. Atika

Bersama dr. Atika dari KlikDokter, mari kita singkat sejarah, gejala, pengobatan, dan pencegahan penyakit Kuru, atau "penyakit tertawa" dari Papua Nugini.

Penyakit Kuru, Sebuah Penyakit Aneh dan Langka

Penyakit Kuru, yang dikenal sebagai "penyakit tertawa" di kalangan suku Fore di Papua Nugini, adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling misterius dan menarik dalam sejarah kedokteran.

Terkait erat dengan praktik ritual kanibalisme, Kuru menjadi fokus penelitian intensif yang membantu mengembangkan pemahaman kita tentang prion dan penyakit yang disebabkan olehnya.

Bersama dr. Atika dan tim redaksi KlikDokter, melalui artikel ini kita akan mengeksplorasi aspek-aspek penyakit ini, dari sejarahnya yang unik hingga pengobatan dan pencegahannya.

Penyakit Kuru dan Sejarahnya

Penyakit Kuru adalah gangguan neurodegeneratif fatal yang pernah menjadi endemik di kalangan suku Fore di Papua Nugini.

Disebabkan oleh prion, penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1950-an oleh peneliti medis, dengan kasus tercatat sebanyak 200 per tahun selama puncak wabahnya.

Sejarah penyakit ini erat kaitannya dengan praktik kanibalisme, di mana anggota suku memakan jasad keluarga yang meninggal sebagai bentuk penghormatan dan ritus duka.

Penyebab Penyakit Kuru Terjadi

Penyebab utama Kuru adalah transmisi protein prion patogenik melalui konsumsi jaringan otak manusia yang terinfeksi.

Prion adalah protein yang dapat mengubah bentuk protein prion normal di otak menjadi bentuk yang abnormal, menyebabkan kerusakan otak dan gejala neurologis.

Prion penyebab Kuru sangat menular melalui kontak dengan jaringan yang terinfeksi, menjadikan kanibalisme sebagai vektor utama penyebarannya.

Gejala Penyakit Kuru

Gejala penyakit kuru berkembang dalam tiga tahap, yaitu awal, progresif, dan terminal, Kamu bisa memahaminya berikut ini. 

1. Tahap Awal

Gejala awal meliputi tremor, sulit berjalan, dan perubahan perilaku. Pasien mungkin mengalami kegelisahan, depresi, dan sakit kepala.

2. Tahap Progresif

Gejala menjadi lebih parah, termasuk kehilangan koordinasi, kesulitan berbicara, dan gemetar yang tidak terkontrol.

Pasien juga dapat menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan emosional, termasuk gelak tawa tanpa alasan yang jelas, yang memberi nama "penyakit tertawa" kepada kuru.

3. Tahap Terminal

Pada tahap ini, pasien mengalami kelumpuhan, ketidakmampuan untuk menelan, dan akhirnya koma. Kematian biasanya terjadi karena pneumonia atau infeksi sekunder lainnya, sebagai akibat dari kerentanan yang disebabkan oleh penyakit ini.

Mendiagnosis Penyakit Kuru

Diagnosis penyakit kuru didasarkan pada riwayat medis pasien, gejala klinis, dan, dalam beberapa kasus, pemeriksaan post-mortem otak untuk mengidentifikasi karakteristik patologis prion.

Pada masa aktif wabahnya, diagnosis sering dibuat berdasarkan gejala klinis dan riwayat paparan kanibalisme. Kini, teknik lebih canggih seperti analisis protein prion di otak bisa digunakan untuk diagnosis konfirmatif.

Pengobatan Penyakit Kuru

Hingga saat ini, tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan atau menghentikan perkembangan Penyakit Kuru. Pengobatan utama masih bersifat paliatif, bertujuan untuk meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Ini mungkin termasuk perawatan untuk mengontrol kejang, pengelolaan nutrisi melalui pemberian makanan melalui tabung untuk pasien yang tidak dapat menelan, dan dukungan fisik serta emosional untuk pasien dan keluarganya.

Pencegahan Penyakit Kuru

Pencegahan Penyakit Kuru berhasil dilakukan melalui penghentian praktik kanibalisme di kalangan suku Fore, yang merupakan hasil dari upaya pemerintah Papua Nugini dan komunitas medis internasional.

Edukasi tentang penyakit dan perubahan sosial budaya memainkan peran penting dalam mengeliminasi penyebaran penyakit ini.

Sejak larangan kanibalisme diberlakukan pada awal 1960-an, jumlah kasus baru kuru telah menurun drastis, hingga hampir tidak ada kasus baru yang dilaporkan dalam beberapa dekade terakhir.

Selain itu, pengertian yang lebih dalam tentang penyakit prion telah membantu dalam mengembangkan protokol keamanan untuk mengurangi risiko transmisi penyakit prion lainnya, seperti Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD) dan varian CJD, terutama dalam konteks medis dan prosedur yang melibatkan jaringan otak atau saraf.

Ya, Penyakit Kuru, dengan sejarah unik dan dampaknya pada suku Fore di Papua Nugini, telah memberikan wawasan berharga tentang penyakit prion dan tantangan yang dihadapi dalam mengobati dan mencegah gangguan neurodegeneratif ini.

Meskipun saat ini Penyakit Kuru hampir dieliminasi, penelitian yang dilakukan sebagai tanggapan terhadap wabah ini telah meningkatkan pemahaman kita tentang prion dan cara prion tersebut menyebabkan penyakit, memberikan kontribusi penting untuk ilmu pengetahuan medis.

Penyakit Kuru juga mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memahami hubungan antara budaya, perilaku, dan penyakit dalam konteks kesehatan masyarakat.

Melalui kombinasi dari penelitian medis, intervensi pemerintah, dan perubahan dalam praktik budaya, sebuah penyakit yang pernah menjadi wabah mematikan berhasil diatasi.

Kisah Kuru, terlebih menegaskan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam menangani masalah kesehatan global, menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan, sosial, dan kebijakan dapat bersatu untuk mengatasi tantangan kesehatan masyarakat yang paling mendesak.

Jika kamu ada pertanyaan mengenai topik kesehatan lainnya, Kamu bisa kosultasi dengan dokter menggunakan fitur tanya dokter dan buat janji dokter dengan layanan temu dokter untuk konsultasi yang lebih praktis.

Kamu bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat, dengan cara booking di layanan medis & lab di KlikDokter!

Yuk, #JagaSehatmu dengan mengunduh aplikasi KlikDokter di Google Play dan App Store dan gunakan juga KALStore untuk beli obat untuk menjaga kesehatan Kamu,.

Konsultasi Dokter Terkait