Kesehatan Umum

Mitos dan Fakta Tentang Susu UHT

Banyak mitos dan informasi salah tentang susu UHT yang beredar. Bagaimana faktanya? Yuk, simak mitos dan fakta susu UHT berikut ini.

Mitos dan Fakta Tentang Susu UHT

Susu UHT adalah susu yang telah mengalami proses pemanasan dengan suhu 135 derajat Celsius dalam waktu 2 hingga 5 detik. Proses pemanasan tersebut bertujuan untuk mematikan bakteri patogen dan menjadikannya susu yang steril.

Susu UHT mudah ditemui di mana saja, termasuk di warung sekitar rumah Kamu. Mitos dan fakta tentang susu UHT nampaknya sudah topik yang menjadi obrolan sehari-hari masyarakat Indonesia. Beberapa masyarakat bingung, bahkan ada yang mempercayai mitos tentang susu UHT.

Sayangnya, kebanyakan mitos tersebut tidaklah benar. Untuk itu, simak beberapa fakta tentang susu UHT lewat pembahasan berikut ini.

1. Mitos: Susu UHT Menggunakan Pengawet

Kabar bahwa susu UHT menggunakan pengawet hanyalah mitos. Mengapa susu UHT bisa tahan lama dibandingkan susu segar? UHT atau Ultra High Temperature memang merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk mengawetkan. 

Namun, bukan artinya susu ditambahkan bahan pengawet. Melalui pemanasan menggunakan suhu tinggi, diharapkan kuman-kuman yang ada di dalam susu akan mati, sehingga masa penggunaannya akan lebih panjang.

2. Mitos: Balita Tidak Boleh Minum Susu UHT

Susu UHT boleh dikonsumsi oleh balita. Namun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan susu UHT dikonsumsi oleh anak setelah ia berusia satu tahun. Selain itu, ortu juga harus memperhatikan kesiapan saluran pencernaan anak dalam menerima produk susu.

Memberikan susu UHT merupakan pilihan masing-masing ibu kepada anaknya. Selama kebutuhan nutrisi si kecil dapat terpenuhi, anak boleh-boleh saja mengonsumsi susu UHT.

Menurut rekomendasi WHO, bayi yang sudah tidak menerima ASI eksklusif, yaitu setelah usia 6 bulan, dianjurkan untuk mengonsumsi berbagai variasi sumber nutrisi yang dibutuhkan, misalnya buah, daging, kacang-kacangan dan lain-lain.

Artikel lainnya: Kiat Memilih Susu UHT yang Sesuai untuk Anak

3. Mitos: Susu UHT Harus Masuk Kulkas

Susu UHT harus masuk kulkas ketika kemasannya sudah dibuka. Kemasan tersebut dapat melindungi susu agar tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang dapat menyebabkan susu menjadi basi.

Ketika kemasannya sudah dibuka, pagar pelindung terhadap kontaminasi mikroorganisme juga ikut terbuka. Maka itu, susu UHT yang kemasannya sudah dibuka, sebaiknya disimpan di lemari pendingin agar lebih tahan lama.

Ketika kemasan susu UHT belum dibuka, maka tidak masalah apabila Kamu ingin menyimpannya di lemari dengan suhu ruangan biasa. Namun, Kamu juga harus memperhatikan tanggal kedaluwarsa susu UHT tersebut.

4. Mitos: Susu UHT Mengandung Kasein, Zat Pemicu Kanker

Susu terdiri atas dua jenis protein, yakni protein kasein dan protein whey. Protein kasein yang ada di dalam susu adalah sekitar 80 persen, sedangkan protein whey hanya sekitar 20 persens.

Karenanya, banyak pendapat yang mengatakan bahwa protein susu dapat memicu terjadinya kanker prostat. Dua penelitian yang mengamati hubungan antara konsumsi susu dengan perkembangan kanker prostat memiliki hasil yang bertolak belakang.

Salah satu penelitian mengatakan tidak ada pengaruh antara protein susu dan risiko kanker.Justru, penelitian mengatakan sebaliknya, yakni susu bisa membantu meningkatkan kesehatan. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang risiko minum susu UHT dan penyakit kanker.

Artikel lainnya: Lebih Baik Mana, Susu Bubuk atau Susu Cair?

5. Mitos: Susu UHT Tidak Boleh Dikonsumsi Ibu Hamil

Faktanya, ibu hamil boleh mengonsumsi susu UHT. Namun, bumil hanya boleh mengonsumsi susu UHT dengan jumlah yang terbatas. Sebab, susu UHT biasanya mengandung pemanis buatan yang berkalori tinggi.

Ibu hamil sebaiknya membatasi asupan kalori tinggi agar tidak terkena diabetes saat masa kehamilan.

6. Mitos: Susu UHT Tidak Bergizi 

Proses pemanasan susu dengan suhu tinggi, memang menghancurkan beberapa kandungan vitamin di dalamnya. Namun, susu UHT juga telah melalui fortifikasi, yaitu proses menambahkan mikronutrien dan unsur penting dalam makanan.

Contohnya, susu yang telah difortifikasi dapat mengandung vitamin D yang baik untuk pertumbuhan tulang.

7. Mitos: Susu UHT Menyebabkan Diare

Diare memang dapat terjadi setelah mengonsumsi susu hanya pada orang yang memiliki intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat memproduksi cukup enzim laktase untuk mencerna laktosa (gula susu) yang terdapat dalam susu.

Pada orang yang tidak memiliki intoleransi laktosa, susu UHT aman dikonsumsi tanpa menyebabkan diare. Proses UHT tidak mengubah kandungan laktosa dalam susu, sehingga orang dengan intoleransi laktosa akan tetap mengalami diare jika mengonsumsi susu UHT.

Susu pada dasarnya berasal dari lingkungan yang steril di dalam tubuh hewan. Tetapi di beberapa tahap pemrosesan, misalnya ketika sapi diperah, susu tersebut dapat terkontaminasi bakteri.

Mulai dari kulitnya, kotoran hewan, alat pemerahan, penyimpanan dan lain-lain, kemungkinan terdapat bakteri yang bisa mengontaminasi susu. Oleh karena itu, susu sapi memerlukan proses sterilisasi sebelum dikonsumsi manusia.

Sebelum Kamu membeli susu UHT sebaiknya perhatikan kandungan yang tertera di kemasan. Pilih susu rendah lemak apabila sedang dalam program diet. Susu sejatinya mengandung protein, mineral, vitamin dan kalsium yang penting untuk kesehatan.

Imbangi juga minum susu UHT dengan mengonsumsi makanan bergizi lain. Makan makanan yang bergizi dan olahraga teratur, dapat menunjang kesehatan Kamu secara keseluruhan.

Jika Kamu ada pertanyaan seputar tema diatas Kamu bisa tanyakan langsung menggunakan layanan Tanya Dokter dan buatlah janji dengan dokter dengan menggunakan Temu Dokter.

Jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu dengan rutin cek kesehatan Kamu dan keluarga. Pesan layanan pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan secara online.

Jika ingin membeli suplemen dan vitamin, Kamu bisa beli dengan mudah tanpa harus keluar rumah! Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang juga!

Susu UHT
susu