HomeInfo SehatGinjal dan Saluran KemihSerba-Serbi Prosedur Cuci Darah yang Perlu Kamu Tahu
Ginjal dan Saluran Kemih

Serba-Serbi Prosedur Cuci Darah yang Perlu Kamu Tahu

dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, 14 Jun 2023

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Cuci darah bukan prosedur medis yang mengerikan seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Ketahui lima fakta penting mengenai cuci darah.

Serba-Serbi Prosedur Cuci Darah yang Perlu Kamu Tahu

Sering kali, kata “cuci darah” identik dengan prosedur yang mengerikan, terutama pada orang yang mengalami gangguan ginjal berat. Pasalnya, mereka harus melakukannya selama beberapa kali dalam seminggu.

Akan tetapi, menurut dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, prosedur cuci darah bukanlah hal yang perlu ditakuti. Lantas, apa itu cuci darah? Cuci darah untuk penyakit apa saja? Berapa lama cuci darah? Yuk, cari tahu fakta-fakta lengkap seputar cuci darah lewat artikel di bawah ini.

Apa Itu Cuci Darah?

Pada dasarnya, hemodialisis atau cuci darah adalah terapi pengganti ginjal. Prosedur medis ini dilakukan untuk membersihkan darah dari toksin dan zat berbahaya.

“Dalam keadaan normal, tindakan pembersihan darah dilakukan oleh ginjal. Namun, ketika ginjal tidak mampu membersihkan semua darah dengan optimal, maka terapi pengganti ginjal diperlukan,” ujar Dokter Resthie.

Fungsi Cuci Darah

Mungkin kamu juga penasaran, cuci darah sakit apa? Pada sebagian besar kasus, cuci darah dilakukan apabila ginjal hampir tidak berfungsi sama sekali.

Penyakit yang mengharuskan cuci darah adalah gagal ginjal atau penyakit ginjal stadium akhir. Ketika mengalami kondisi ini, ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya untuk menyaring darah. Hal ini mengakibatkan limbah dan racun akan menumpuk di aliran darah.

Fungsi cuci darah adalah dapat membantu tubuh untuk mengontrol tekanan darah dan menjaga keseimbangan dari cairan serta berbagai mineral di dalam tubuh. Selain itu, manfaat cuci darah juga dilakukan untuk membersihkan zat-zat beracun dalam tubuh.

Akan tetapi, ada beberapa kondisi lain yang menjadi penyebab cuci darah, yaitu ketika keracunan yang berat, penumpukan cairan di paru-paru alias edema paru, atau kadar kalium yang terlalu tinggi di dalam darah.

Prosedur Cuci Darah

cuci darah

Banyak orang yang membayangkan prosedur cuci darah mirip halnya dengan mencuci pakaian, yakni semua darah dikeluarkan dari tubuh, dicuci dengan zat tertentu, kemudian dimasukkan kembali.

Disampaikan dr. Resthie, hal tersebut tidaklah tepat karena prosedur cuci darah dilakukan dengan cara sederhana.

Sebelum Hemodialisis

Sebelum memulai hemodialisis, kamu akan menjalani prosedur bedah kecil untuk mempermudah akses aliran darah. Seorang ahli bedah akan melakukan fistula arteriovenosa dengan menghubungkan arteri dan vena di lengan.

Bila arteri dan vena terlalu pendek untuk dihubungkan, maka kemungkinan akan dilakukan cangkok menggunakan tabung lunak dan berongga untuk menghubungkan arteri dan vena.

Selama Hemodialisis

Mesin dialisis akan memompa darah melalui filter dan mengembalikan darah ke tubuh. Selama proses cuci darah, mesin akan memeriksa tekanan darah dan mengontrol seberapa cepat darah mengalir dan cairan yang dikeluarkan dari tubuh.

Darah yang masuk ke dalam filter akan melewati serat berongga yang sangat tipis. Ketika darah melewati serat berongga, larutan dialisis akan mengalir ke arah yang berlawanan di luar bagian serat.

Larutan dialisis biasanya mengandung air dan bahan kimia yang berfungsi untuk membuang limbah, garam ekstra, dan cairan dari darah.

Zat-zat limbah yang ada di dalam darah nantinya akan berpindah ke larutan dialisis. Sedangkan darah yang disaring akan tetap berada di serat berongga dan kembali ke dalam tubuh.

Untuk menjawab pertanyaan cuci darah berapa lama, biasanya prosedur ini memakan waktu 3-4 jam. Selama prosedur berlangsung, pasien bisa menonton televisi, main game, makan, atau melakukan hal lainnya.

Artikel Lainnya: Mengenal Cara Kerja Mesin Cuci Darah, Hemodialisis

Setelah Cuci Darah

Cuci darah bukanlah akhir dari segalanya. Setelah melakukan prosedur cuci darah, pasien bisa kembali beraktivitas.

Menurut dr. Resthie, banyak orang yang menjalani cuci darah, namun tetap bisa bersekolah dan bekerja secara optimal. Biasanya, mereka akan bekerja dari pagi hingga sore hari, lalu berkunjung selama beberapa jam ke rumah sakit untuk cuci darah.

Selain melakukan hemodialisis di rumah sakit, beberapa pasien juga bisa melakukan tindakan cuci darah yang dilakukan di rumah atau dialisis peritoneal. Tindakan ini dilakukan dengan memasang akses di perut. Biasanya, dilakukan secara mandiri oleh pasien.

Berbeda dengan hemodialisis, tindakan dialisis peritoneal dilakukan setiap 4-6 jam setiap harinya.

Efek Samping Cuci Darah

cuci darah

Setelah melakukan proses cuci darah, beberapa orang mengalami sejumlah gejala dari prosedur ini. Efek samping cuci darah yang bisa dialami, yaitu:

  • Kram otot yang menyakitkan akibat mengeluarkan terlalu banyak cairan secara cepat
  • Tekanan darah tinggi yang mengakibatkan sakit kepala
  • Tekanan darah rendah yang bisa membuat pasien pingsan atau sakit perut
  • Tingkat fosfat yang tinggi yang menyebabkan tulang melemah dan kulit gatal

Pada beberapa kasus, cuci darah harus dilakukan seumur hidup. Apabila tidak dilakukan secara rutin, zat beracun bisa menumpuk di ginjal dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi otak, jantung, paru, dan organ lainnya.

Untuk itu, prosedur hemodialisis bukanlah hal yang menakutkan. Tindakan ini justru dapat membantu penderita gagal ginjal dapat berada dalam kondisi sehat dan beraktivitas seperti biasanya.

Bila punya pertanyaan lain seputar cuci darah, jangan sungkan untuk konsultasi dengan dokter lewat layanan Tanya Dokter. Yuk, #JagaSehatmu dengan mengunduh aplikasi KlikDokter untuk mendapatkan informasi lengkap seputar kesehatan.

(NM)

Gagal GinjaldarahginjalCuci darahFaktahemodialisisDialisis PeritonealEdema ParuPenyakit Ginjal

Konsultasi Dokter Terkait