Kesehatan Mental

7 Tanda Anda Seorang Social Climber

dr. Nadia Octavia, 20 Sep 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Perilaku panjat sosial makin bertebaran di media sosial. Apa saja ciri-ciri seorang social climber?

7 Tanda Anda Seorang Social Climber

Apakah Anda menggunakan media sosial untuk menguntit orang lain, berbelanja, atau sekadar bagian dari eksistensi diri? Apa pun alasannya, setiap orang kini bisa mendapatkan panggung sendiri untuk eksistensinya. Namun, media sosial juga menjadi ajang bagi para social climber untuk menancapkan kuku-kukunya.

Social climber adalah orang yang 'menggunakan' pertemanannya dengan orang lain untuk memperoleh status sosial tertentu. Anda pasti mengenal satu-dua orang yang seperti ini dalam pergaulan, atau malah Andalah yang seorang pemanjat sosial tanpa disadari. Berikut ciri-ciri social climber yang mungkin tak asing lagi bagi Anda:

  1. Terobsesi oleh status

Social climber akan berteman dengan orang lain hanya berdasarkan status sosial. Mereka akan menyaring teman berdasarkan apa yang orang tersebut gunakan (misalnya menggunakan barang-barang mewah) atau apa yang orang tersebut miliki (contohnya jabatan, aset, harta fisik) agar memperoleh status sosial lebih tinggi.

  1. Peduli dengan pencitraan atau branding diri

Penampilan adalah hal yang nomor satu bagi social climber. Mereka mencitrakan dirinya dalam pergaulan dengan menggunakan barang-barang mewah atau mengikuti gaya hidup tertentu. Branding diri ini akan dibentuk sedemikian rupa agar dinilai orang lain setara atau bahkan lebih tinggi.

  1. Selektif dalam memilih teman

Demi mendapatkan pengakuan sosial, social climber akan berusaha untuk ikut masuk ke dalam lingkaran pertemanan yang mereka inginkan. Dalam perjalanan menuju ke sana, mereka akan selektif memilih teman dan tidak ingin berbasa-basi dengan orang lain yang mereka anggap berstatus sosial lebih rendah.

  1. Senang memanfaatkan teman

Bukan hal yang aneh jika para social climber senang memanfaatkan orang lain. Tentunya mereka melakukan hal tersebut untuk keuntungan diri sendiri.

  1. Kurang berempati

Dari luar, teman-teman yang dimiliki oleh social climber terlihat banyak padahal sebetulnya tidak terlalu dekat secara personal. Social climber juga cenderung bersikap narsis, mementingkan diri sendiri, dan kurang berempati dengan orang lain.

  1. Tidak dapat diandalkan

Sering membatalkan janji di detik-detik terakhir jika mendapatkan 'tawaran' lain yang lebih menjanjikan adalah salah satu ciri social climber. Mereka akan melakukan segala cara untuk selalu berada di puncak. Jika seseorang dianggap sebagai penghalang, mereka tak segan-segan untuk meninggalkan.

  1. Ingin menjadi pusat perhatian

Salah satu hal yang diinginkan oleh social climber adalah rasa kagum dari orang lain. Jika orang lain memperhatikan mereka, ini akan membuat mereka senang dan puas. Tidak ada yang lebih membanggakan mereka ketimbang pujian dan semacamnya.

Social climber dan krisis kepercayaan diri

Seperti dilansir Psychology Today, perilaku social climber biasanya berasal dari rasa kurang percaya diri dan tendensi ekstrem untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Meski dari luar terlihat atraktif dan mudah membaur dengan orang lain, sebenarnya social climber cenderung tidak percaya diri dan merasa diri mereka kurang bila dibandingkan dengan orang lain.

Para social climber akan selalu melihat orang lain lebih baik dari diri mereka dalam hal karier, penampilan, dan karakter diri. Jadi karena social climber kurang percaya diri, mereka akan menggunakan eksistensi orang lain untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Karena itulah, tak heran social climber tidak ingin berteman dengan orang lain yang mereka anggap memiliki status sosial lebih rendah. Krisis identitas dan gaya hidup juga menjadi salah satu alasan social climber semakin banyak muncul di masyarakat. Peran media sosial dalam keberadaan social climber pun banyak berpengaruh.

Dengan adanya media sosial, social climber akan 'terfasilitasi' untuk menunjukkan eksistensi bahwa mereka berada di status sosial yang lebih tinggi. Media sosial pun menjadi panggung mereka untuk memamerkan barang-barang mewah, lingkaran pertemanan, atau gaya hidup tertentu. Social climber ingin diakui oleh orang lain berada di status sosial tertentu sekaligus mencari ketenaran.

Berusaha keras menaikkan status sosial dengan menjadi social climber bisa berimbas pada kesehatan, apalagi jika tidak disikapi dengan baik. Misalnya jadi stres karena keinginan tidak berhasil tercapai, atau stres karena disingkirkan kelompok tertentu. Untuk itu, sebaiknya gunakan media sosial dengan lebih bijak. Pencapaian diri tidak diukur dari pandangan orang lain dan jadilah diri sendiri apa adanya.

[RS/ RVS]

Gaya HidupMedia Sosialpsikologi.Panjat Sosialsocial climber

Konsultasi Dokter Terkait