Kehamilan

Inilah Berbagai Risiko pada Kehamilan Kembar

dr. Sepriani Timurtini Limbong, 14 Feb 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Salah satu bayi kembar Marissa Nasution meninggal. Apa saja risiko komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan kembar?

Inilah Berbagai Risiko pada Kehamilan Kembar

Publik dikejutkan oleh berita duka dari Marissa Nasution. Melalui akun Instagramnya, mantan VJ MTV ini mengungkapkan kesedihan atas salah satu bayi kembarnya yang telah meninggal. Bayi yang diberi nama Moana ini menghembuskan napas terakhirnya setelah menjalani operasi janin (fetal surgery). 

Artis keturunan Batak-Jerman ini juga menyebutkan bahwa saat ini bayi kembar yang lain sedang berjuang agar dapat bertahan hidup dan semakin kuat. Sampai sejauh ini, belum diketahui jelas kondisi apa yang membuat bayi Moana harus menjalani operasi janin, serta penyebab meninggalnya.

Namun, terlepas dari itu, kehamilan kembar atau lebih, memang erat dengan berbagai risiko komplikasi (penyulit) selama kehamilan hingga persalinan. Risiko komplikasi tersebut dapat terjadi baik pada ibu maupun janin dengan berbagai derajat keparahan. Beberapa risiko komplikasi tersebut antara lain:

Risiko pada Ibu

  • Hiperemesis gravidarum

Mual dan muntah pada ibu yang hamil kembar umumnya lebih berat dibandingkan kehamilan tunggal, atau yang disebut hiperemesis gravidarum. Kondisi ini ditandai dengan muntah terus-menerus, hilangnya nafsu makan, penurunan tekanan darah, bahkan hingga penurunan kesadaran (pada beberapa kasus yang sangat berat).

Hal ini disebabkan hormon b-HCG yang kadarnya sangat tinggi, dapat mencapai dua kali lipat pada hamil kembar, sehingga gejala mual muntah pun menjadi lebih berat.

  • Diabetes gestasional

Diabetes gestasional adalah penyakit gula yang dialami selama kehamilan. Tidak semua ibu hamil akan mengalami ini, tetapi risikonya meningkat pada mereka yang hamil kembar. Risiko tersebut naik hingga 22-39 persen pada mereka yang hamil tiga janin (kehamilan triplet).

Adanya dua plasenta atau ukuran plasenta yang besar pada ibu hamil kembar menyebabkan tubuh ibu lebih rentan mengalami gangguan sensitivitas insulin, sehingga gula darah tidak dapat diproses dan menjadi tinggi di dalam darah.

  • Preeklamsia (keracunan kehamilan)

Ibu hamil kembar memiliki risiko mengalami preeklamsia hingga dua kali lipat, dibanding mereka yang hamil tunggal. Preeklamsia dikenal dengan sebutan keracunan kehamilan. Penyakit ini ditandai dengan tingginya tekanan darah dan bocornya protein di dalam urine. Pada kondisi yang berat, ibu hamil bisa mengalami gangguan fungsi hati, ginjal, dan darah, serta kejang.

  • Solusio plasenta (plasenta lepas)

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta di dalam rahim. Biasanya gejalanya adalah nyeri perut, perut terlihat tegang, dan keluar bercak darah dari jalan lahir. Ibu hamil kembar memiliki risiko tinggi mengalami solusio plasenta. Penyakit ini termasuk kondisi gawat darurat dan mengancam nyawa, sehingga harus ditangani segera.

Risiko pada Janin

  • Kelahiran prematur

Bayi kembar memiliki risiko lahir sebelum waktunya atau prematur. Pada kehamilan kembar seringkali lahir sebelum usia 35 minggu, sementara kehamilan triplet atau quadruplet (empat janin) lahir di usia 29-32 minggu.

  • Berat lahir rendah dan pertumbuhan janin terhambat

Bayi kembar juga biasanya lahir dengan berat badan yang kecil, bahkan tergolong dalam kelompok bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2500 gram. Selain itu, bayi kembar juga memiliki risiko mengalami pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine Growth Restriction/IUGR) alias pertumbuhan bayi terhenti saat di kandungan. Kondisi tersebut disebabkan karena pembuluh darah ibu serta plasenta yang tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk bayi, sehingga berat badan rendah dan terjadi IUGR.

  • Sindrom Transfusi Kembar ke Kembar (Twin-to-twin Transfusion Syndrome)

Sindrom transfusi kembar-ke-kembar (Twin-to-twin transfusion syndrome) adalah suatu kondisi dimana distribusi darah tidak sama antara satu bayi dengan bayi yang lainnya, sehingga satu bayi mendapat nutrisi lebih banyak dibandingkan yang lain. Biasanya terjadi pada hamil kembar monokorionik atau satu plasenta. Kondisi ini adalah komplikasi terberat pada hamil kembar dan tak jarang diakhiri dengan kematian salah satu janin.

Kehamilan kembar seperti yang dialami Marissa Nasution memang memiliki banyak risiko dan seringkali tak terhindarkan. Kabar baiknya, kondisi-kondisi di atas umumnya dapat dikontrol melalui pemeriksaan kehamilan dan pemantauan janin secara rutin pada dokter spesialis kandungan.

[BA/ RVS]

preeklamsiaHamil KembarMarrisa Nasution

Konsultasi Dokter Terkait