Masalah Tulang

Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

dr. Marsita Ayu Lestari, 30 Okt 2023

Ditinjau Oleh

Displasia pinggul adalah kelainan pada sendi panggul yang terjadi pada bayi atau anak usia dini dengan gejalanya yang khas adalah panjang antara kedua tungkai berbeda.

Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Dokter spesialis

dokter spesialis ortopedi dan traumatologi

Gejala

gejala displasia pinggul pada bayi: panjang tungkai kanan dan kiri berbeda, lipatan kulit di paha yang tidak rata, tungkai di sisi pinggul yang mengalami displasia lebih sulit digerakkan;

gejala displasia pinggul pada anak yang sudah bisa berjalan dan orang dewasa: pincang ketika berjalan atau gaya berjalan asimetris, punggung bawah yang melengkung ke dalam secara berlebihan, berjalan jinjit, perbedaan panjang antara  tungkai kanan dan kiri, kerusakan sendi pinggul sejak dini

Faktor risiko

lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki, posisi janin sungsang pada trimester terakhir, riwayat displasia pinggul di keluarga, bayi yang lahir setelah usia kehamilan 42 minggu, kehamilan kembar, jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit, membedong bayi dengan cara memaksa agar anggota gerak tubuh tetap lurus

Cara diagnosis

wawancara medis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

Pengobatan

bergantung pada usia dan kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan; observasi, abduction splint, penyangga (brace), reduksi tertutup dan terbuka

Obat

bergantung pada usia dan kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan

Komplikasi

kerusakan tulang rawan sendi pinggul, osteoartritis, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, nyeri sendi pinggul yang kronis

Kapan harus ke dokter?

terdapat gejala dan tanda displasia pinggul

Pengertian Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Displasia pinggul (developmental dysplasia of hip/DDH) adalah kondisi sendi pinggul (acetabulum) yang tidak berkembang dengan normal terutama pada bayi atau anak usia dini. Displasia perkembangan pinggul (DDH) juga disebut displasia pinggul atau dislokasi pinggul bawaan (CHD). Gejala displasia pinggul yang paling terlihat adalah panjang antara tungkai kanan dan kiri berbeda.

Dalam keadaan normal, acetabulum sebagai tempat (soket) yang berhubungan langsung dengan kepala tulang paha. Pada kondisi displasia pinggul, kepala tulang paha terlepas dari soket atau mudah bergeser meski berada dalam soket. 

Perlu kamu ketahui bahwa pinggul berbeda dengan pinggang. Pinggul merupakan bagian yang menonjol antara tulang paha dan daerah panggul sedangkan pinggang adalah bagian sisi sebelah antara perut dan dada.

Displasia pinggul dapat menimbulkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menyulitkan anak untuk berjalan dengan benar. Tanpa pengobatan,. Kondisi ini dapat menyebabkan cacat fungsional dan osteoartritis (pengapuran sendi).

Artikel Lainnya: Apa Fungsi Tulang Panggul Manusia? Yuk Kenali Anatominya!

Penyebab Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Acetabulum adalah bagian sendi pinggul yang menghubungkan panggul dengan anggota gerak tubuh bagian bawah. Fungsinya adalah untuk menahan beban. 

Sendi panggul dapat terbentuk dengan baik karena dua faktor, yakni:

  • Posisi kepala tulang paha terpusat ke dalam rongga sendi pinggul
  • tulang rawan triradiate yang menjadi pertemuan antara tulang kemaluan dengan sendi pinggul posisinya seimbang

Pada penderita DDH, sendi pinggul terlalu dangkal dan kepala tulang paha tidak terpasang erat pada tempatnya. Kondisi tersebut menyebabkan sendi panggul menjadi kendur. Pada kasus yang parah, tulang paha bisa keluar dari soketnya (dislokasi).

Kedua kondisi di atas menjadi penyebab displasia pinggul (developmental dysplasia of hip) pada bayi, anak, dan orang dewasa.

Faktor Risiko Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Berikut faktor risiko displasia pinggul (developmental dysplasia of hip):

  • Displasia pinggul lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki
  • Posisi janin sungsang pada trimester terakhir
  • Riwayat displasia pinggul di keluarga
  • Bayi yang lahir setelah usia kehamilan 42 minggu (post maturitas)
  • Kondisi di rahim yang membatasi perkembangan fisik, seperti kehamilan kembar dan oligohidramnion (jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit)
  • Membedong bayi dengan cara memaksa agar anggota gerak tubuh tetap lurus

Gejala Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Displasia pinggul dapat menyerang segala usia. Namun, kondisi ini umumnya dialami oleh bayi baru lahir dan anak di tahun pertama kehidupan. Gejala displasia pinggul (developmental dysplasia of hip) bervariasi bergantung pada usia penderita.

Berikut ciri-ciri displasia pinggul pada bayi yang bisa diperhatikan:

  • Panjang tungkai kanan dan kiri berbeda
  • Lipatan kulit di paha yang tidak rata
  • Tungkai di sisi pinggul yang mengalami displasia lebih sulit digerakkan

Secara umum, gejala displasia pinggul pada anak yang sudah bisa berjalan dan orang dewasa, meliputi:

  • Pincang ketika berjalan atau gaya berjalan asimetris
  • Lordosis lumbal (punggung bawah yang melengkung ke dalam secara berlebihan)
  • Perbedaan antara panjang tungkai kanan dan kiri
  • Berjalan jinjit
  • Osteoartritis (kerusakan sendi) pinggul sejak dini

Artikel Lainnya: Olahraga yang Cocok untuk Anak Leg Length Discrepancy (LLD)

Diagnosis Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Dokter akan menentukan diagnosis displasia pinggul (developmental dysplasia of hip) melalui beberapa tes berikut:

  • Wawancara medis. Dokter akan menanyakan keluhan dan faktor risiko kepada orang tua.
  • Pemeriksaan fisik. Tes ini bertujuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda dislokasi pinggul.
  • Pemeriksaan penunjang. Tes ini berupa pemeriksaan pencitraan, seperti USG dan rontgen pinggul. Tujuannya, untuk menilai kondisi pinggul dan tanda-tanda displasia pinggul.

Pengobatan Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Tujuan pengobatan displasia pinggul (developmental dysplasia of hip) adalah menyediakan tempat yang optimal bagi sendi pingguldan kepala tulang paha serta mengurangi nyeri. Secara umum, pengobatan kelainan ini ditangani oleh dokter spesialis ortopedi dan traumatologi. 

Pengobatan displasia pinggul tergantung pada usia dan kondisi kesehatan penderita secara keseluruhan. Berikut cara mengobati displasia pinggul:

1. Pengobatan pada Usia 0 sampai 4 Minggu

Pengobatan displasia pinggul yang dianjurkan pada pasien berusia 0-4 minggu, meliputi:

  • Observasi pada kasus ketidakstabilan yang ringan tanpa dislokasi pinggul.
  • Pemasangan belat abduksi (abduction splint), seperti Pavlik harness untuk mengembalikan fungsi normal sendi pinggul.

2. Pengobatan pada Usia 1 sampai 6 Bulan

Pengobatan displasia pinggul yang direkomendasikan bagi penderita berusia 1-6 bulan adalah brace (penyangga) agar sendi pinggul tetap stabil.

3. Pengobatan pada Usia 6 sampai 18 Bulan

Reduksi tertutup dengan hip spica cast merupakan pilihan pengobatan bagi kasus displasia pinggul berusia 6-18 bulan. Terutama, pada kasus yang tidak membaik dengan belat abduksi. 

Hip spica cast merupakan sejenis gips yang dipasang dari batang tubuh (perut, dada, punggung, dan perineum) hingga kaki guna menjaga kestabilan sendi pinggul (imobilisasi). Lama pemakaian gips hip spica cast umumnya bervariasi, yakni 6 minggu sampai 6 bulan. 

4. Pengobatan pada Usia 18 Bulan sampai 8 Tahun

Reduksi terbuka merupakan pilihan pengobatan dengan cara operasi pada kasus displasia pinggul berusia 18 bulan sampai 8 tahun. Terutama, pada kasus yang tidak membaik dengan reduksi tertutup.

Tindakan bedah utama untuk mengatasi displasia pinggul adalah Periacetabular osteotomy (PAO). Fungsi operasi osteotomi periacetabular (PAO), di antaranya:

  • Mengurangi atau menghilangkan nyeri
  • Mengembalikan kestabilan dan fungsi sendi pinggul
  • Memungkinkan penderita untuk kembali beraktivitas dengan normal

5. Pengobatan pada Orang Dewasa 

Periacetabular osteotomy dan artroskopi menjadi pilihan pengobatan pada orang dewasa yang mengalami displasia pinggul. Selain itu, operasi penggantian pinggul total dipertimbangkan untuk menangani kasus displasia pinggul yang berat dan osteoartritis.

Pencegahan Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Upaya pencegahan displasia pinggul adalah dengan mengendalikan faktor risikonya, seperti:

  • Melakukan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC) secara rutin ke dokter sebagai upaya mendeteksi kondisi janin dan penyulit selama kehamilan. Cek masa kehamilan kamu dengan mudah lewat tools Kalender Kehamilan.
  • Konsultasikan kepada dokter tentang teknik membedong bayi dengan benar dan hal yang perlu diperhatikan ketika membedong bayi.

Artikel Lainnya: Cara Mengatasi Panggul Miring (Tilted Pelvis)

Komplikasi Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Pemulihan displasia pinggul bergantung pada berbagai faktor, seperti derajat displasia, usia penderita ketika didiagnosis, dan jenis pengobatan. Bila tidak diobati secara efektif, kelainan ini berisiko menimbulkan komplikasi.

Berikut komplikasi displasia pinggul (developmental dysplasia of hip):

Obat Terkait Displasia Pinggul (Developmental Dysplasia of Hip)

Pada kondisi tertentu, pemberian obat-obatan dipertimbangkan pada kasus displasia pinggul. Berikut pengobatan yang dianjurkan:

  • Parasetamol sebagai pereda nyeri.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid (ibuprofen, naproxen) sebagai pereda nyeri.
  • Suntikan kortikosteroid untuk mengobati radang sendi.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera ke dokter, bila terdapat gejala dan tanda di atas. Jika kamu ingin tahu lebih banyak tentang displasia pinggul (developmental dysplasia of hip), yuk #JagaSehatmu dengan download aplikasi KlikDokter! Manfaatkan layanan konsultasi kesehatan 24 jam langsung dengan dokter melalui fitur Tanya Dokter online.

(APR)

  • Nandhagopal T, De Cicco FL. Developmental dysplasia of the hip. StatPearls [Internet]. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563157/ Diakses 10 Oktober 2023.
  • Vasilcova V, AlHarthi M, AlAmri N, Sagat P, Bartik P, Jawadi AH, Zvonar M. Developmental Dysplasia of the Hip: Prevalence and Correlation with Other Diagnoses in Physiotherapy Practice—A 5-Year Retrospective Review. Children. 2022.
  • Hamijoyo L. Pengapuran Sendi atau Osteoartritis. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. https://reumatologi.or.id/pengapuran-sendi-atau-osteoartritis/ Diakses 10 Oktober 2023.
  • Yau PN, Foo CJ, Cheah NL, Tang KF, Lee SW. The prevalence of functional disability and its impact on older adults in the ASEAN region: a systematic review and meta-analysis. Epidemiology and Health. 2022.
  • Hernandes A. Acetabulum What Is It, Function, Fractures, and More. OSMOSIS from ELSEVIER. https://www.osmosis.org/answers/acetabulum 
  • Yang S, Zusman N, Lieberman E, Goldstein RY. Developmental dysplasia of the hip. Pediatrics. 2019.
  • Harsanyi S, Zamborsky R, Krajciova L, Kokavec M, Danisovic L. Developmental dysplasia of the hip: a review of etiopathogenesis, risk factors, and genetic aspects. Medicina. 2020.
  • Vaquero-Picado A, González-Morán G, Garay EG, Moraleda L. Developmental dysplasia of the hip: update of management. EFORT open reviews. 2019.
  • OrthoInfo. Developmental dislocation (dysplasia) of the hip (DDH). 2022. https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/developmental-dislocation-dysplasia-of-the-hip-ddh/ Diakses 10 Oktober 2023.
  • Kelley SP, Feeney MM, Maddock CL, Murnaghan ML, Bradley CS. Expert-based consensus on the principles of Pavlik harness management of developmental dysplasia of the hip. JBJS Open Access. 2019.