Masalah Otot dan Sendi

Spondiloartritis

dr. Andi Raga Ginting, M.Ked(PD), Sp.PD, K-R, 08 Nov 2022

Ditinjau Oleh

Spondyloarthritis adalah penyakit reumatik autoimun dengan gejala radang sendi. Penyebab spondiloartritis belum diketahui pasti.

Spondiloartritis

Spondiloartritis

Dokter Spesialis

Spesialis penyakit dalam atau spesialis penyakit dalam subspesialis reumatologi

Gejala

Nyeri pinggang bawah dan bokong, sendi kaku, nyeri sendi, jari bengka, nyeri jari-jari, nyeri tumit.

Faktor Risiko

Genetik, riwayat spondyloarthritis dalam keluarga, psoriasis, radang usus, konsumsi alkohol, merokok, stres berat, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi saluran cerna.

Cara Diagnosis

Tes darah, USG, MRI, X-ray.

Pengobatan

Latihan fisik dan rehabilitasi, serta obat-obatan.

Obat

OAINS, DMARD konvensional, DMARD biologik, obat suntik kortikosteroid.

Komplikasi

Kelainan tulang, osteoporosis, patah tulang belakang, radang pada mata, dan penyakit jantung.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami gejala spondyloarthritis dan termasuk dalam kelompok yang berisiko.


Pengertian Spondiloartritis

Spondyloarthritis adalah salah satu kelompok dari penyakit reumatik autoimun yang memiliki kesamaan gejala, berupa adanya peradangan baik di sendi maupun luar sendi, yang berhubungan dengan antigen HLA-B27.

Sendi yang terlibat dalam spondiloartritis mencakup tulang belakang (spondilitis), sendi sakroiliak (sacroiliitis), dan sendi perifer.

Kondisi autoimun spondyloarthritis juga meliputi entesitis (peradangan pada area perlekatan ligamen atau tendon ke tulang) dan daktilitis (jari sosis).

Jenis Spondiloartritis

Berdasarkan gejala utama, secara umum spondiloartritis diklasifikasikan menjadi:

Spondiloartritis Aksial

Keterlibatan dominan dari sendi sakroiliaka dan/atau tulang belakang. Spondiloartritis aksial terdiri dari spondilitis ankilosa (AS) dan spondiloartritis aksial non-radiografik (nr-axSpA).

Spondiloartritis Perifer

Gejala perifer dominan, seperti artritis, entesitis, dan daktilitis. Spondiloartritis perifer terdiri atas artritis psoriatik (PsA), artritis reaktif, artritis enteropatik, dan spondiloartritis non-spesifik.

Artikel lainnya: Penyebab Artritis yang Sering Diabaikan

Penyebab Spondiloartritis

Penyebab spondiloartritis belum diketahui pasti. Namun, terdapat beberapa gen yang berperan dalam terjadinya penyakit ini. Gen yang paling banyak diteliti adalah HLA-B27.

Meski begitu, bukan berarti orang yang memiliki kelainan gen HLA-B27 pasti terkena spondiloartritis. Karena, munculnya penyakit ini juga melibatkan banyak faktor lain.

Sampai saat ini masih banyak dibutuhkan penelitian lanjutan untuk menentukan penyebab spondiloartritis yang lebih pasti.

Faktor Risiko Spondiloartritis

Spondiloartritis dapat muncul pada seseorang apabila ada faktor risiko berupa:

  • Genetik human leukocyte antigen (HLA)-B27
  • Riwayat spondiloartritis atau psoriasis dalam keluarga
  • Adanya penyakit psoriasis
  • Adanya penyakit inflammatory bowel disease atau radang usus
  • Infeksi saluran kemih atau saluran cerna dalam 2-6 minggu terakhir
  • Konsumsi alkohol berlebihan
  • Merokok
  • Stres psikis yang berat

Gejala Spondiloartritis

Berikut sejumlah gejala spondyloarthritis yang perlu kamu pahami:

  • Nyeri pinggang inflamasi (peradangan) di pinggang bawah dan bokong pada orang di bawah 45 tahun dan berlangsung 3 bulan atau lebih. Nyeri pinggang saat malam hari, kadang pasien terbangun tengah malam karena nyeri pinggang
  • Kekakuan atau keterbatasan gerak sendi saat pagi hari, lebih dari satu jam
  • Nyeri sendi yang bertambah dengan istirahat dan berkurang dengan latihan atau pergerakan
  • Nyeri dan bengkak pada jari-jari seperti sosis (daktilitis)
  • Nyeri di daerah tumit ataupun belakang tumit
  • Gejala lain di luar sendi, seperti mata merah, nyeri pada mata, diare dan sakit perut yang lama, kulit kemerahan, bersisik, dan gatal, demam berulang, mudah merasa lelah

Artikel Lainnya: Mitos Penyakit Rematik yang Harus Anda Tahu

Diagnosis Spondiloartritis

Dalam menegakkan diagnosis spondiloartritis, dokter harus melakukan serangkaian pemeriksaan berupa wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Wawancara medis meliputi pertanyaan terkait gejala yang muncul dan faktor risiko.

Setelah wawancara, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosis ataupun menyingkirkan diagnosis lain yang gejalanya menyerupai spondiloartritis.

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mendiagnosis spondyloarthritis antara lain:

1. Tes Darah

Sebenarnya tidak ada tes darah yang pasti untuk menegakkan diagnosis spondiloartritis. Namun, tes darah dibutuhkan untuk menyingkirkan diagnosis penyakit lain yang menyerupai.

Tes darah yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin, laju endap darah (LED), C-reactive protein (CRP), asam urat, faktor reumatoid, dan HLAB-27.

2. Radiografi Konvensional (X-ray)

X-ray sering digunakan sebagai modalitas pencitraan awal, serta mampu menilai dan mengukur perubahan struktural terkait spondiloartritis.

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan MRI dapat dipertimbangkan sebagai pencitraan lini pertama pada pasien dengan durasi gejala yang masih awal, atau pada anak-anak dan remaja karena mungkin dapat mendeteksi manifestasi spondiloartritis yang belum terlihat pada X-ray.

4. Ultrasonografi (USG) Sendi

Pemeriksaan USG dapat digunakan untuk memantau aktivitas penyakit dan membantu identifikasi peradangan di daerah sekitar penyisipan tendon atau entesitis.

Artikel lainnya: Berbagai Gejala Gangguan Sendi yang Harus Diwaspadai

Pengobatan Spondiloartritis

Tujuan penanganan spondiloartritis adalah mengatasi peradangan, mengurangi nyeri, serta mencegah kerusakan sendi dan komplikasi. Dengan begitu, pasien dapat beraktivitas seperti biasa dan memaksimalkan kualitas hidup.

Pengobatan autoimun spondyloarthritis dapat berupa:

1. Latihan Fisik dan Rehabilitasi

Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri serta meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot, sehingga mencegah kekakuan sendi.

2. Obat-Obatan

Beberapa obat yang dapat diberikan dalam kondisi spondiloartritis yaitu:

  • Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS): Diclofenacibuprofenmeloxicam, etoricoxib, atau celecoxib
  • Disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARD) konvensional: Methotrexate dan sulfasalazine
  • DMARD biologik: TNF-ɑ inhibitor (infliximab, etanercept, adalimumab, dan golimumab), interleukin-17 inhibitor (secukinumab atau ixekizumab)
  • Obat suntik kortikosteroid di bagian sendi yang bermasalah

Pencegahan Spondiloartritis

Karena penyebab spondiloartritis belum diketahui secara spesifik dan ada keterlibatan genetik, maka tidak ada cara yang efektif dalam mencegahnya selain mengurangi berbagai faktor risiko yang dapat diubah.

Berikut cara-cara yang membantu pencegahan spondyloarthritis:

  • Tidak merokok
  • Batasi konsumsi alkohol
  • Aktif bergerak dan olahraga rutin
  • Makan makanan bergizi seimbang
  • Pertahankan berat badan ideal agar tidak terjadi obesitas yang dapat memberikan beban lebih pada sendi dan tulang

Artikel Lainnya: Berbeda-beda, Ini 11 Jenis Rematik yang Umum Dialami

Komplikasi Spondiloartritis

Spondiloartritis dapat menyebabkan berbagai komplikasi jika tidak ditangani dengan tepat.

Pada spondiloartritis aksial, komplikasi yang dapat terjadi adalah kelainan pada tulang akibat kerusakan, dan kelainan pembentukan tulang belakang yang memicu kerusakan struktur sendi dan menyebabkan penyatuan sendi tulang belakang.

Kondisi tersebut akan membuat tulang belakang kaku, sehingga mengubah postur tubuh menjadi lebih bungkuk. Hal yang terberat adalah membuat keterbatasan gerak dan pasien akan sulit beraktivitas.

Selain pada sendi, komplikasi spondyloarthritis aksial dapat berupa osteoporosis (pengeroposan tulang), patah tulang belakang, radang pada mata, dan penyakit jantung akibat peradangan pada aorta.

Kapan Harus ke Dokter?

Pasien yang dicurigai mengalami gejala spondyloarthritis seperti yang disebutkan di atas sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam subspesialis reumatologi.

Langkah ini penting untuk mendapatkan pengelolaan yang lebih komprehensif dan tata laksana yang sesuai.

Jangan ragu pakai fitur Tanya Dokter untuk konsultasi dengan dokter penyakit dalam lebih cepat.

(FR/NM)