HomeInfo SehatCovid-19Dosis Vaksin Booster COVID-19 yang Disetujui BPOM
Covid-19

Dosis Vaksin Booster COVID-19 yang Disetujui BPOM

Aditya Prasanda, 11 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Terdapat lima jenis booster vaksin yang direstui BPOM, mulai dari CoronaVac hingga Moderna. Berikut dosis setiap booster vaksin yang perlu Anda tahu.

Dosis Vaksin Booster COVID-19 yang Disetujui BPOM

Pemerintah Indonesia akan memulai program vaksinasi booster COVID-19 pada Rabu, 12 Januari 2022 mendatang.

Jelang vaksinasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk lima jenis vaksin booster COVID-19. EUA tersebut diterbitkan pada Senin (10/1/2022).

Lima vaksin yang memperoleh EUA dari BPOM, antara lain CoronaVac atau COVID-19 Bio Farma, AstraZeneca, Comirnarty Pfizer, Moderna, dan Zifivax.

Vaksin booster tersebut akan diberikan dalam dua cara, yaitu homolog dan heterolog. Hal ini akan menentukan jenis dan dosis booster vaksin yang digunakan.

Dosis Vaksin Booster COVID-19

Dijelaskan Sri Rezeki Hadinegoro, selaku Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), homolog artinya jenis dan dosis vaksin booster yang digunakan sama dengan vaksinasi primer alias vaksin pertama dan kedua. 

Sementara, heterolog menandakan bahwa jenis dan dosis booster vaksin COVID-19 berbeda dengan vaksinasi primer.

Lantas, seperti apa spesifikasi kelima dosis booster vaksin yang disetujui BPOM? Yuk cari tahu di sini.

Artikel Lainnya: Fakta COVID-19 Varian IHU yang Perlu Anda Ketahui

1. Vaksin CoronaVac atau COVID-19 Bio Farma

BPOM mengizinkan penggunaan CoronaVac atau vaksin COVID-19 Bio Farma sebagai vaksin booster homolog. Keduanya diberikan sebanyak 1 dosis untuk kelompok usia 18 tahun ke atas.

Booster vaksin inactivated virus ini diberikan minimal 6 bulan setelah individu menjalani vaksinasi primer dosis lengkap menggunakan CoronaVac atau vaksin COVID-19 Bio Farma.

Vaksin CoronaVac merupakan vaksin yang diproduksi Sinovac Life Science China. Sementara itu, vaksin COVID-19 Bio Farma diproduksi perusahaan farmasi dalam negeri, yaitu Bio Farma.

Meski begitu, vaksin COVID-19 Bio Farma menggunakan bahan baku dari Sinovac. Sehingga, vaksin ini memiliki kandungan maupun profil khasiat-keamanan yang serupa dengan CoronaVac.

Booster vaksin CoronaVac atau COVID-19 Bio Farma memiliki imunogenitas (kemampuan vaksin memicu respons imun tubuh) berupa peningkatan antibodi netralisasi hingga 21-35 kali.

Antibodi netralisasi merupakan jenis antibodi yang berperan membunuh virus, termasuk SARS-CoV-2. Dengan demikian, antibodi bisa mencegah virus corona masuk kembali ke dalam sel tubuh.

Antibodi ini juga memicu proses imun lanjutan. Peningkatan antibodi netralisasi terjadi 28 hari setelah vaksin booster CoronaVac atau COVID-19 Bio Farma diberikan.

Artikel Lainnya: Penyebab Varian Omicron lebih Menular Dibanding Varian Lain

2. Vaksin Comirnarty Pfizer

Vaksin Comirnarty buatan Pfizer disetujui BPOM sebagai booster vaksin homolog. Booster vaksin messenger RNA (mRNA) ini diberikan sebanyak 1 dosis untuk kelompok usia 18 tahun ke atas.

Pemberiannya dilakukan minimal 6 bulan setelah individu menjalani vaksinasi dua dosis menggunakan vaksin Comirnarty.

Imunogenitas booster Comirnarty meningkatkan antibodi netralisasi sebesar 3,29 kali. Peningkatan ini terjadi setelah 1 bulan dosis vaksin booster diberikan.

3. Vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca baik Vaxzevria dan Kconecavac diizinkan BPOM sebagai booster vaksin homolog. Booster vaksin Non-Replicating Viral Vector (ChAdOx 1) ini diberikan sebanyak 1 dosis untuk kelompok usia 18 tahun ke atas.

Booster diberikan minimal 6 bulan setelah individu menjalani vaksinasi primer dosis lengkap menggunakan AstraZeneca Vaxzevria ataupun Kconecavac.

Imunogenitas booster AstraZeneca meningkatkan antibodi Immunoglobulin (IgG) menjadi 3746. Sebelum booster diberikan, antibody IgG berkisar 1792.

IgG sendiri merupakan jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh. Perannya melawan infeksi patogen seperti virus.

Artikel Lainnya: Panduan Vaksinasi Sinovac untuk Anak Usia 6-11 Tahun

4. Vaksin Moderna

BPOM menyetujui vaksin Moderna sebagai booster vaksin homolog dan heterolog. Sebagai booster heterolog, Moderna diberikan untuk orang yang memperoleh vaksin primer berupa AstraZeneca, Pfizer, ataupun Johnson & Johnson (Janssen).

Vaksin booster mRNA ini diberikan sebanyak setengah dosis untuk kelompok usia 18 tahun ke atas. Pemberiannya minimal 6 bulan setelah individu menjalani vaksinasi dua dosis menggunakan vaksin primer.

Booster Moderna dapat meningkatkan respons imun antibodi netralisasi sebesar 12,99 kali.

5. Vaksin Zifivax

Vaksin Zifivax diizinkan BPOM sebagai booster heterolog untuk individu yang memperoleh vaksin primer berupa vaksin Sinovac atau Sinopharm.

Zifivax diproduksi oleh Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co. Ltd, Tiongkok yang bekerja sama dengan PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (JBio).

Booster Zifivax diberikan dengan dosis penuh untuk kelompok usia 18 tahun ke atas. Pemberiannya minimal 6 bulan setelah individu menjalani vaksinasi primer dosis lengkap menggunakan vaksin Sinovac atau Sinopharm.

BPOM mengungkapkan booster Zifivax dapat meningkatkan antibodi netralisasi sebesar 30 kali.

Itu dia sederet dosis booster vaksin COVID-19 yang direstui BPOM. Booster vaksin diperlukan untuk meningkatkan imunitas melawan mutasi coronavirus.

Oleh karena itu, di masa pandemi yang belum berakhir, segeralah memperoleh booster vaksin sesuai vaksin primer Anda.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar vaksinasi COVID-19, konsultasi kepada dokter via Live Chat.

(OVI/JKT)

Referensi:

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Diakses 2022. Badan POM Berikan EUA untuk 5 Vaksin COVID-19 Sebagai Booster dan Dorong Kemandirian Vaksin dalam Negeri.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. Diakses 2022. Badan POM Resmikan Vaksin COVID-19 Dosis Booster/Lanjutan di Indonesia.

Badan Riset dan Inovasi Nasional. Diakses 2022. Alat Pengukur Antibodi Usai Vaksinasi Covid-19.

Vaksin Boostervaksin covidcovid

Konsultasi Dokter Terkait