HomeIbu Dan anakKesehatan AnakHal Buruk yang Rentan Dialami Anak Rajin
Kesehatan Anak

Hal Buruk yang Rentan Dialami Anak Rajin

Ayu Maharani, 21 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Dear parents, hati-hati bila bersikeras menjadikan buah hati menjadi anak yang terlalu rajin. Sejumlah hal buruk berikut ini justru dapat menimpanya.

Hal Buruk yang Rentan Dialami Anak Rajin

Orangtua umumnya akan merasa bangga dan puas bila memiliki anak rajin. Atas dasar itu, terkadang mereka memaksa anak untuk belajar super keras dan melakukan banyak hal sekaligus dalam satu waktu (multitasking).

Menjadi rajin dan tekun pada dasarnya baik. Banyak kesuksesan yang datang dari sifat yang satu itu.

Jika perilaku rajin bukan datang dari keinginan anak sendiri, maka hal tersebut justru bisa menjadi bumerang.

Tekanan berlebihan yang setiap hari diterima dari orangtua dan sekitar akhirnya menumbuhkan ambisi yang tidak sehat dalam diri anak.

Kondisi itu tentu berbeda hasilnya bila niat rajin dan produktif datang dari dorongan internal anak, lalu orangtua tinggal memberi dukungan.

Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, mengungkapkan dampak buruk yang rentan dialami anak dengan kondisi tersebut yaitu:

1. Lelah Secara Fisik

Segala sesuatu yang dilakukan berlebihan akhirnya akan membuat stamina tubuh drop dan jatuh sakit.

Belajar, mengerjakan tugas, les ini dan itu, ikut beragam komunitas, hingga membantu banyak pekerjaan rumah memang aktivitas positif.

Kalau dilakukan tanpa jeda agar mendapat titel “anak rajin”, itu justru merugikan kesehatannya.

2. Lelah Secara Mental (Burnout)

“Karena terus berfokus pada pencapaian-pencapaian yang tinggi, mentalnya akan ikut lelah. Bila pada kenyataannya potensi anak di bawah target lalu Anda memarahinya, ia juga akan down dan lelah psikisnya,” kata Psikolog Gracia.

Ia menambahkan, “Tertekan dan burnout mungkin dapat dialami oleh si anak karena ia berusaha memenuhi ekspektasi lingkungan.”

Semua aktivitas yang dilakukan saat terlanjur burnout akan memberikan hasil yang buruk.

Hal itu semakin menambah kekecewaan dan seperti “lingkaran setan” yang tak pernah selesai.

Artikel Lainnya: 5 Alasan Mengapa Bunda Perlu Mengajak Anak Bermain di Luar

3. Sering Dimanfaatkan Orang Lain

Kekurangan anak rajin yang satu ini juga sangat menyebalkan untuknya. Kebiasaan disuruh ini dan itu oleh orang dewasa di rumah akan membuat anak menjadi tidak peka dan asertif (tegas).

Alhasil, potensinya malah dimanfaatkan orang lain, tak terkecuali teman sebayanya.

Ia sering disuruh mengerjakan tugas teman-temannya, memberikan jawaban ujian, mewakili untuk melakukan sesuatu hal yang tidak perlu, dan lainnya.

4. Bila Kurang Apresiasi, Langsung Merasa Tak Berharga

Usaha ekstra biasanya menuntut apresiasi lebih. Sayangnya, kadang hidup tidak sesuai harapan.

Orangtua acap kali tidak memberikan perhatian dan apresiasi secara penuh atas usaha-usaha anak.

Ia pun akan merasa tidak berharga, menganggap yang dilakukannya sia-sia saja, dan rendah diri.

Artikel Lainnya: Banyak Kuman di Sekolah? Ini Tips agar Anak Rajin Cuci Tangan

5. Kapok Bersikap Baik

Anak rajin biasanya juga lebih taat aturan. Bila orang dewasa memberikan toleransi yang cukup besar kepada temannya yang tidak taat aturan, ia merasa terkhianati dan kapok bersikap baik.

6. Kesulitan Memahami Minat Sendiri

Anak yang terlampau rajin karena paksaan orangtua biasanya tidak memiliki banyak opsi di dalam hidupnya.

Ia hanya melakukan perintah tanpa mengetahui apa yang sebenarnya ingin dilakukan. Ujung-ujungnya, anak akan susah mengenali dirinya sendiri dan hilang arah.

Artikel Lainnya: 6 Tips Agar Anak Rajin Sikat Gigi

7. Sering Dibandingkan dengan Anak Pintar

Karena merasa tak cukup pintar, seorang anak berusaha rajin dan giat belajar. Hal tersebut sebenarnya positif.

Sayangnya, orang dewasa sering tidak memahami usaha anak dan malah membandingkannya dengan anak lain yang lebih pintar.

Biasanya, anak pintar berada di peringkat satu dan si anak rajin berada di peringkat dua.

Perbandingan yang terus-menerus diterimanya semakin meningkatkan ambisi yang tidak sehat ketika dewasa.

Rasa tidak puas dan kecewa yang mendalam bisa membuatnya terpuruk dan bertindak negatif.

8. Timbul Masalah Mental

Pada taraf yang tidak lagi bisa ditoleransi anak, paksaan untuk rajin mengarahkannya ke masalah psikologis, seperti gangguan cemas dan depresi.

Psikolog Gracia menekankan, “Hal ini karena anak melakukannya bukan untuk kepuasan pribadi, melainkan orang lain. Sehingga, pure sense of completion dan joy-nya tidak benar-benar didapatkan anak.”

Itu dia sejumlah hal buruk yang bisa menimpa anak rajin yang sering menerima paksaan dari sekitarnya.

Namun, bukan berarti Anda meminta anak untuk menjadi malas karena kekurangan dari anak rajin di atas. Yang penting adalah tidak memaksakan anak dan menjaga segala sesuatunya dalam batas wajar.

Punya pertanyaan seputar kesehatan mental dan pola asuh anak? Konsultasikan kepada psikolog lewat fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter. Anda juga bisa mengetahui kecerdasan majemuk atau bakat anak di sini.

(FR/AYU)

pola asuhkesehatan mental

Konsultasi Dokter Terkait