Kesehatan Mental

Kenali Buyer’s Remorse, Selalu Menyesal setelah Beli Barang

Ayu Maharani, 05 Nov 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Sering menyesal setelah membeli barang (buyer’s remorse) itu enggak enak. Lantas, bagaimana cara mencegah hal tersebut berulang, ya?

Kenali Buyer’s Remorse, Selalu Menyesal setelah Beli Barang

Beberapa orang memang punya kebiasaan belanja. Tapi, bagaimana dengan orang yang kebiasaannya malah menyesal setelah belanja alias buyer’s remorse? Kondisi seperti itu nyatanya banyak dialami, mungkin termasuk Anda. 

Berkenalan Lebih Dalam dengan Buyer’s Remorse

Dilansir dari laman Who What Wear, Art Markman, Ph.D. profesor psikologi dan pemasaran di University of Texas, AS, berpendapat soal buyer’s remorse. Menurutnya, kebiasaan menyesal beli barang itu melibatkan dua sistem emosi.

“Yang pertama adalah avoidance motivational system (menghindar). Sistem emosi ini menjauhkan Anda dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi di sekitar,” jelasnya.

Markman menambahkan, “Yang kedua adalah approach system (pendekatan). Sistem emosi yang satu itu berfungsi untuk memfokuskan diri pada hal-hal yang Anda sukai. Ketika pergi berbelanja, Anda kerap kali kewalahan mengatur sistem pendekatan tersebut.”

Alhasil, muncullah berbagai keinginan yang sebenarnya tidak dibutuhkan dan tangan pun mulai mengambil beberapa barang. Misalnya saja tas, sepatu, pakaian, pernak-pernik rumah, produk skincare, atau makeup

Ketika mesin penghitung di kasir berbunyi dan semua barang sudah terbeli, approach system mulai tenang. Kestabilan sistem emosi tersebut mulai digantikan oleh gejolak avoidance motivational system. 

Pikiran-pikiran soal uang yang mulai menipis dan sisi negatif dari barang yang sudah dibeli tiba-tiba muncul begitu saja! Rasa menyesal akan semakin besar jika proses pembeliannya membutuhkan effort besar dan komitmen perawatan jangka panjang yang rumit. 

Dalam survei berjudul Questioning Demand: A Study of Regretted Purchase in Great Britain, 60 persen orang merasakan buyer’s remorse setelah membeli pakaian dan sepatu. Sedangkan, hanya 30 persen orang yang menyesal setelah berbelanja makanan. 

Bisa dikatakan, penyesalan Anda tidak akan terlalu besar apabila barang yang dibeli masih menjadi kebutuhan sehari-hari.

Apa Dampaknya Jika Kita Sering Menyesal Beli Barang?

Sementara itu, Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog mengatakan, kebiasaan belanja lalu ujung-ujungnya menyesal beli barang, memang cukup sulit dikendalikan. 

“Sebab, ketika orang itu berbelanja, dia mendapatkan rasa senang dan seperti mengaktifkan kepuasan di sistem otaknya. Alhasil, perilaku doyan shopping-nya itu akan terus dilakukan meski di ujung sering disesali,” jelasnya.

Dampak yang paling terasa dari buyer’s remorse adalah uang habis begitu saja. Padahal, uang sejumlah itu bisa dipakai untuk membeli kebutuhan sesungguhnya atau setidaknya ditabung. 

Ketika uang Anda habis, sementara barang di rumah semakin banyak dan nilainya turun saat dijual lagi, stres pun bisa muncul. Kalau sudah stres, segalanya menjadi tidak enak. 

Artikel lainnya: Anda Tim Window Shopping? Ternyata Ada Manfaat Sehatnya, lho!

Bagaimana Cara Mencegah Rasa Menyesal Beli Barang?

Tenang dulu, kebiasaan menyesal setelah beli barang masih bisa dicegah! Beberapa hal yang bisa meminimalkan risiko penyesalan, antara lain:

  • Cari Tahu Penyebab Susahnya Menahan Diri untuk Tidak Belanja

Psikolog Ikhsan mengatakan, “Identifikasi dulu, kira-kira apa yang menyebabkan Anda jadi impulsif. Misalnya, apakah karena kecemasan? Apa karena sedang lari dari sesuatu? Kalau tidak dicari tahu dulu akar permasalahannya, akan sulit.”

  • Kurangi Penggunaan Media Sosial 

Anda juga sebaiknya mengurangi penggunaan media sosial dan e-commerce. Bila perlu uninstall dulu dua aplikasi tersebut.

“Melihat yang lucu-lucu di Instagram atau e-commerce. Apalagi ada diskon, pasti keinginan untuk beli barang akan semakin tinggi,” saran Ikhsan. 

  • Buat Target Bulanan

Niatkan diri untuk membuat target bulanan. Latih diri Anda, dalam satu bulan misalnya, Anda hanya boleh beli 3 barang yang bukan kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, buat juga tabungan terpisah. Hanya berbelanja dari anggaran jajan akan menurunkan risiko penyesalan di kemudian hari. 

Artikel lainnya: Gemar Belanja Online Bisa Picu Gangguan Psikis?

  • Beli Pengalaman Lebih Baik dari Beli Barang 

Banyak survei yang membuktikan bahwa orang-orang akan menyesal setelah beli barang, bukan beli pengalaman.

Sebagian orang berpendapat bahwa pengalaman itu unik dan tidak bisa ditukar. Misalnya, membayar sesuatu untuk mengikuti seminar dari bidang yang Anda sukai, liburan ke luar kota atau luar negeri, dan menonton konser.

Pengalaman seperti itu lebih sedikit menghasilkan penyesalan ketimbang membeli barang mahal yang wujudnya bisa terus dilihat di rumah.

  • Ingat-ingat Lagi Sisi Positifnya

Kekuatan pikiran positif sangat penting. Ingatlah hal-hal yang bagus dan menyenangkan saat membeli barang tersebut.

Bukannya berusaha menyangkal, tetapi terkadang, pikiran negatiflah yang memperparah keadaan. Padahal sebenarnya tidak seburuk itu, kok!

Mulai sekarang coba pilah-pilih lagi barang-barang yang hendak dibeli supaya tidak merasakan buyer’s remorse. Untuk mengelola kebiasaan buruk yang susah dikontrol, Anda juga bisa meminta bantuan kepada tenaga profesional seperti psikolog.

Untuk pertanyaan lain seputar kesehatan mental dan fisik, konsultasikan kepada dokter dan psikolog lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter

[HNS/JKT]

psikologi.

Konsultasi Dokter Terkait