HomeIbu Dan anakKehamilanMengenal Lebih Jauh Kehamilan Ektopik atau Kehamilan di Luar Rahim
Kehamilan

Mengenal Lebih Jauh Kehamilan Ektopik atau Kehamilan di Luar Rahim

dr. Dyah Novita Anggraini, 28 Apr 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Pernah dengar soal kehamilan ektopik? Apa penyebabnya dan bagaimana gejalanya? Yuk, cari tahu lebih banyak tentang kehamilan di luar rahim ini.

Mengenal Lebih Jauh Kehamilan Ektopik atau Kehamilan di Luar Rahim

Kehamilan adalah sebuah anugerah yang harus dijaga perkembangannya. Tapi, pada beberapa kasus, ada jenis kehamilan yang justru dianjurkan untuk digugurkan. Jika tidak, kondisi tersebut dapat berbahaya, baik untuk ibu maupun janin. Satu di antaranya adalah kehamilan ektopik.

Apa Itu Kehamilan Ektopik?

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Kalau kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui saluran tuba falopi yang menghubungkan indung telur dengan rahim menuju ke rahim. Telur tersebut akan melekat pada rahim dan bertumbuh menjadi janin.

Adapun pada kehamilan ektopik, saat sel telur yang telah dibuahi menempelkan diri di luar dinding rahim, di tempat yang tidak seharusnya. Itu sebabnya, kondisi ini disebut juga kehamilan di luar kandungan.

Kondisi ini paling sering terjadi di bagian tuba falopi. Itu karena biasanya hasil pembuahan dapat terhambat dalam perjalanan menuju ke rahim. Namun demikian, kehamilan ektopik juga dapat terjadi di indung telur, rongga perut, atau leher rahim.

Kehamilan di luar rahim terjadi pada 1-2% dari seluruh jumlah kehamilan. Sekitar 85-90% di antaranya terjadi pada wanita yang sudah pernah hamil sebelumnya.

Faktor Risiko dan Gejala Kehamilan Ektopik 

Penyebab kehamilan ektopik sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, sebagian besar kehamilan ektopik berkaitan dengan kerusakan tuba falopi, yaitu saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim.

Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko kehamilan ektopik pada wanita, yaitu:

  1. Riwayat mengalami reaksi peradangan di area tuba falopi maupun organ di sekitarnya akibat infeksi menular seksual. Beberapa jenis penyakit menular seksual di antaranya gonore dan chlamydia.
  2. Riwayat melakukan prosedur bayi tabung.
  3. Memiliki gangguan infertilitas.
  4. Riwayat operasi atau pengikatan (sterilisasi) tidak sempurna di area tuba falopi sebelumnya.
  5. Menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD atau spiral), meskipun kemungkinan terjadi kehamilan kecil.
  6. Kebiasaan merokok.

Artikel lainnya: Tanda-Tanda Kehamilan Normal dan Tidak Normal

Selain faktor risiko tersebut, agar lebih mengenal apa itu kehamilan ektopik, Anda perlu mengenal apa saja gejala kehamilan ektopik, yaitu:

  • Muntah
  • Pusing
  • Nyeri perut bagian bawah menjalar ke seluruh perut
  • Nyeri pada satu sisi tubuh
  • Nyeri pada leher, bahu, atau area dekat anus (rektum)
  • Perdarahan dari vagina
  • Keringat dingin
  • Pingsan

Penanganan Kehamilan Ektopik

Untuk memastikan kehamilan ektopik, diperlukan beberapa pemeriksaan dokter. Yang meliputi, wawancara medis, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan perut dan panggul, pemeriksaan vagina, serta pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan antara lain ultrasonografi (USG) dan pemeriksaan kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dalam darah.

Artikel lainnya: Kiat Atasi Batuk yang Tak Kunjung Sembuh Saat Hamil

Pada kehamilan ektopik, kadar hormon hCG menjadi lebih rendah dari batas normal. Selain itu, pemeriksaan darah lengkap juga dibutuhkan untuk memantau kemungkinan adanya kondisi anemia akibat perdarahan yang terjadi.

 

Bisakah Kembali Mengandung setelah Kehamilan Ektopik?

Anda pernah mengalami kehamilan di luar rahim dan ingin hamil lagi? Tenang, kemungkinan hamil lagi setelah kehamilan ektopik tetap ada, kok!

Namun, untuk mencegah kehamilan ektopik berulang, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:

  1. Melakukan pemeriksaan organ reproduksi saat ingin program kehamilan kembali ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
  2. Hindari perilaku seks yang berisiko, seperti sering berganti pasangan seksual tanpa menggunakan alat pelindung seksual, seperti kondom.
  3. Menghindari kebiasaan merokok.

Meskipun kehamilan ektopik tidak bisa dicegah 100%, mempersiapkan kehamilan sebaik mungkin dapat meminimalkan risiko. Misalnya, dengan kontrol ke dokter kebidanan dan kandungan dan menerapkan pola hidup yang sehat.

Masih ada pertanyaan seputar hamil di luar rahim? Bisa ditanyakan kepada dokter via LiveChat, ya.

[HNS/RPA]

Kehamilan Di Luar RahimKehamilan Ektopik

Konsultasi Dokter Terkait