Kesehatan Mental

Bisakah Mendiagnosis Skizofrenia Lewat Rambut?

Krisna Octavianus Dwiputra, 31 Okt 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Skizofrenia adalah diagnosis gangguan kejiwaan berat. Apakah benar diagnosis bisa diketahui lewat rambut?

Bisakah Mendiagnosis Skizofrenia Lewat Rambut?

Skizofrenia termasuk gangguan jiwa berat, yang mana penderitanya akan menginterpretasikan realita secara keliru. Penderita bisa mengalami halusinasi, delusi, serta pola pikir dan perilaku yang dapat mengganggu fungsi sehari-hari. Bila terdiagnosis dini, sebetulnya skizofrenia bisa disembuhkan. Apa benar diagnosis bisa diketahui lewat rambut?

Skizofrenia: penyebab dan gejalanya

Sebelum menjawab hal tersebut, mari kenali skizofrenia lebih jauh. Seperti sempat disinggung di atas, skizofrenia adalah gangguan kejiwaan jangka panjang yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi.

Ditambahkan oleh dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid, dari KlikDokter, skizofrenia dapat mengganggu cara berpikir dan perilaku penderitanya. Orang yang mengalami gangguan ini akan menjalani hidup dengan tidak produktif.

Dokter Resthie melanjutkan, halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi auditorik (merasa mendengar suara yang sebenarnya tidak ada). Seperti mendengar ada suara yang membisiki dirinya untuk membunuh orang lain, padahal tidak ada.

Gejala skizofrenia dapat juga berupa perilaku yang tidak tergorganisasi, seperti tidak pernah mandi, rambut berantakan, bicara tidak nyambung, atau melakukan tindakan tanpa tujuan. Hal-hal tersebut akan menyebabkan penderita skizofrenia bisa berlaku aneh, bahkan bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Kondisi ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Akan tetapi, para peneliti mengemukakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik, sistem kimiawi otak, serta faktor lingkungan. Keseluruhan faktor ini berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini.

Diagnosis skizofrenia

Diagnosis skizofrenia hanya dapat diberikan oleh dokter atau ahli kejiwaan. Menentukan diagnosisnya pun tidak mudah. Antara lain melakukan pemeriksaan fisik dan skrining.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan pencitraan, termasuk CT scan atau MRI untuk melihat adanya perubahan struktur pada otak.

Evaluasi psikiatri juga dibutuhkan untuk melihat status mental dengan memperhatikan sikap, serta pertanyaan menyangkut pikiran, suasana hati, delusi, halusinasi, penggunaan zat-zat tertentu, serta kemungkinan terjadinya kekerasan atau bunuh diri. Pemeriksaan ini juga melibatkan diskusi mengenai riwayat personal atau keluarga.

Diagnosis skizofrenia, bisakah diketahui lewat rambut?

Ada penelitian yang mengaitkan kelebihan produksi hidrogen sulfida di otak dengan gangguan skizofrenia. Studi yang tertuang dalam jurnal “EMBO Molecular Medicine” ini menunjukkan, enzim yang membantu menghasilkan hidrogen sulfida di otak meninggalkan jejak di rambut manusia. Jejak ini dapat berfungsi sebagai biomarker (penanda biologis) untuk sub tipe skizofrenia.

Salah satu yang juga meneliti hal ini adalah Dr. Takeo Yoshikawa, pemimpin tim psikiatri molekuler di Pusat Ilmu Otak RIKEN di Jepang. Ia dan timnya menggunakan dasar-dasar molekuler yang disebut penghambatan prepulse (prepulse inhibition) sebagai titik awal penyelidikan mereka.

Para peneliti memulai penelitian dengan mempelajari dua kelompok tikus. Satu kelompok tikus memiliki inhibisi prepulse rendah (PPI), yang merupakan tanda skizofrenia.

Tak berhenti di sana, para peneliti di RIKEN lalu mencari perbedaan antara tikus dengan PPI sangat rendah dan PPI sangat tinggi. Mereka menemukan bahwa enzim Mpst lebih banyak terdapat pada otak tikus dengan PPI rendah dibandingkan tikus dengan PPI tinggi.

Karena enzim ini membantu menghasilkan hidrogen sulfida, peneliti kemudian mengukur kadarnya. Hasilnya, mereka menemukan kadar hidrogen sulfida lebih tinggi pada tikus PPI rendah (tanda skizofrenia).

"Tidak ada yang pernah berpikir tentang hubungan sebab akibat antara hidrogen sulfida dan skizofrenia. Begitu ini ditemukan, kami harus mencari tahu bagaimana hal ini bisa terjadi dan apakah temuan pada tikus ini juga berlaku untuk manusia dengan skizofrenia," kata Dr. Yoshikawa.

Dalam serangkaian tes lain, para peneliti juga memeriksa folikel rambut dari 149 orang dengan skizofrenia dan 166 tanpa skizofrenia. Mereka menemukan tingkat protein dari enzim Mpst yang lebih tinggi dalam folikel rambut penderita skizofrenia.

"Tidak ada yang pernah berpikir tentang hubungan sebab akibat antara hidrogen sulfida dan skizofrenia. Begitu ini ditemukan, kami harus mencari tahu bagaimana hal ini bisa terjadi dan apakah temuan pada tikus ini juga berlaku untuk manusia dengan skizofrenia," kata Dr. Yoshikawa.

Rambut nyatanya dapat digunakan sebagai diagnosis awal skizofrenia. Meskipun demikian, penyempurnaan temuan tetap harus dilakukan lewat penelitian lebih lanjut.

[HNS/RN]

gangguan kejiwaanRambutSkizofrenia

Konsultasi Dokter Terkait