HomeInfo SehatSarafSering Epilepsi Menandakan Gejala Kanker Otak?
Saraf

Sering Epilepsi Menandakan Gejala Kanker Otak?

Ayu Maharani, 19 Jun 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Banyak kasus menyebutkan bahwa sering epilepsi merupakan gejala yang sering dialami oleh penderita kanker otak. Benarkah demikian?

Sering Epilepsi Menandakan Gejala Kanker Otak?

Lama tak terlihat di dunia hiburan, publik dikagetkan dengan kabar bahwa artis dan komedian Agung Hercules ternyata mengidap kanker otak glioblastoma stadium 4. Bicara tentang kanker otak, apakah benar bahwa sering epilepsi bisa menandakan gejala kanker otak?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ketahui dulu bahwa epilepsi adalah gangguan sistem persarafan sentral, yang mana aktivitas otak menjadi tidak normal. Gangguan ini dapat menimbulkan kejang hingga hilangnya kesadaran.

Tanda dari epilepsi sebenarnya bervariasi. Sebagian orang dengan epilepsi bisa saja hanya menunjukkan tatapan kosong selama beberapa detik saat mengalami kejang. Sedangkan bagi sebagian lainnya, penderita dapat mengalami sentakkan kaki atau tangan terlebih dahulu.

Pada sekitar separuh populasi pasien epilepsi, umumnya penyebab yang mendasari tidak dapat teridentifikasi. Namun pada sebagian lainnya, epilepsi berkaitan dengan faktor-faktor di bawah ini:

  • Genetik
  • Trauma kepala
  • Gangguan pada otak, terutama stroke
  • Infeksi penyakit, misalnya meningitis dan ensefalitis dapat menyebabkan epilepsi
  • Gangguan kehamilan
  • Gangguan perkembangan seperti autisme dan neurofibromatosis.

Kejang pada kanker otak bukan epilepsi

Kembali pada pertanyaan apakah sering epilepsi menandakan gejala kanker otak, dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDokter mengatakan, pada dasarnya, epilepsi tidak berkaitan dengan kanker otak. Kanker otak memang bisa menimbulkan gejala kejang, tetapi kejang pada kanker otak bukanlah epilepsi.

“Beberapa gejala kanker otak yang bisa dikenali adalah nyeri kepala yang timbul terus-menerus dan tidak hilang sampai sebulan meski sudah diberi obat, muntah hebat, adanya gangguan mata, dan kejang-kejang. Nah, kejang inilah yang kerap dikira epilepsi oleh masyarakat, padahal bukan.

Juga turut ditambahkan oleh dr. Dyan Mega Inderawati dari KlikDokter, bahwa kejang yang berkaitan dengan kanker otak terjadi akibat hambatan aliran listrik pada saraf yang tertekan (oleh sel kanker).

Dilaporkan, sebanyak 50 persen penderita kanker otak pernah mengalami kejang setidaknya sekali seumur hidupnya. Meski demikian, dr. Dyan mengatakan bahwa tidak semua kejang mengindikasikan kanker otak.

“Kejang juga bisa dialami oleh penderita infeksi otak, kekurangan elektrolit, atau gangguan saraf lainnya. Cara membedakannya adalah dengan melakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan MRI,” jelas dr. Dyan.

Gejala kanker otak lainnya

Selain kejang, ada pula sejumlah gejala lain yang juga perlu diwaspadai. Berikut beberapa tanda kanker otak yang perlu Anda perhatikan:

  • Sakit kepala. Ada beberapa ciri khas antara lain menetap atau bertambah parah dari waktu ke waktu, tidak membaik setelah konsumsi obat antinyeri standar, disertai muntah atau pusing berputar, bertambah berat saat berubah posisi atau beraktivitas, dan seringnya terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur.
  • Gangguan penglihatan. Biasanya dalam bentuk penglihatan ganda, pandangan kabur, atau bahkan tak bisa melihat sama sekali. Gangguan penglihatan ini umumnya dialami oleh penderita bila sel kanker tumbuh di area otak kecil atau serebelum, temporal, atau oksipital.
  • Kelemahan satu sisi tubuh. Di otak juga terdapat area-area yang khusus mengatur gerak tubuh. Bila sel kanker tumbuh di area ini,  gangguan pergerakan dan pengenalan sensasi bisa menjadi gejala utamanya.
  • Mual muntah. Pertumbuhan sel kanker di otak juga bisa mengakibatkan ketidakseimbangan hormon. Kondisi ini umumnya dialami pasien kanker otak stadium awal. Gejala yang dirasakan adalah mual muntah yang cenderung menetap dan makin berat.
  • Sulit konsentrasi. Kanker dalam otak dapat membuat penderitanya sulit konsentarasi, bingung dalam menganalisis hal-hal sederhana, tak bisa multitasking, dan mengalami penurunan daya ingat. Jika keluhan ini tiba-tiba saja terjadi, kanker otak harus diwaspadai.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker otak

Biasanya, keganasan kanker otak dipicu oleh kanker yang tumbuh di bagian tubuh lain, misalnya paru, payudara, usus besar, dan kulit, lalu menyebar ke otak melalui pembuluh darah. Meski begitu, ada juga kanker otak yang berawal dari tumbuhnya tumor di otak. Sayangnya, hingga saat ini, penyebab tumbuhnya tumor di otak masih belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya kanker otak adalah:

  • Kondisi genetik dan riwayat keluarga. Beberapa kondisi genetik tertentu dapat meningkatkan risiko tumor otak. Apabila di keluarga inti ada yang menderita kanker otak, risiko Anda juga mengalaminya makin tinggi.
  • Terkena paparan radioterapi. Orang yang telah mengalami paparan radioterapi pada bagian kepala memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami tumor otak jenis tertentu di kemudian hari.
  • Usia. Sebenarnya, kanker otak dapat memengaruhi individu dari setiap kelompok usia, termasuk anak-anak. Namun, sebagian besar kanker otak terjadi pada individu yang berusia 50 tahun ke atas.

Jadi, epilepsi tidak menandakan gejala kanker otak. Kanker otak memang bisa menimbulkan gejala kejang, tetapi kejang pada kanker otak bukan epilepsi. Waspada jika Anda mengalami nyeri kepala yang timbul terus-menerus dan tak hilang meski sudah diberi obat, muntah hebat, adanya gangguan penglihatan, serta kejang-kejang. Periksakan diri ke dokter jika mengalami satu atau beberapa gejala tersebut, sehingga bisa segera ditangani sesuai kondisi medis yang mendasarinya.

(RN/ RVS)

Gangguan PenglihatanAgung herculesGejala Kanker OtakGlioblastomaEpilepsiTumor otakKejang Kanker OtakKejangKanker OtakSakit Kepala

Konsultasi Dokter Terkait