Kesehatan Mental

Menangani Kondisi Psikis Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat

Krisna Octavianus Dwiputra, 30 Okt 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pesawat Lion Air JT-610 mengalami kecelakaan. Kondisi psikis anggota keluarga korban kecelakaan pesawat perlu mendapat perhatian khusus.

Menangani Kondisi Psikis Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 mengalami kecelakaan saat hendak terbang dari Jakarta menuju Pangkal Pinang pada 06.20 WIB. Terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, pesawat itu hilang kontak pada 06.33 atau setelah 13 menit mengudara. Saat ini, keluarga masih menunggu evakuasi dan menanti dengan harap-harap cemas keadaan anggota keluarga mereka yang menjadi korban kecelakaan pesawat tersebut.

"Setelah 13 menit mengudara pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” (sekitar Kerawang)," jelas Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam keterangannya seperti dikutip dari Liputan6.com, Senin (29/10).

Dalam manifest penumpang, tercatat ada 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak, dan 2 penumpang bayi. Adapun Pesawat dikomandoi Capt Bhavye Suneja dengan co-pilot Harvino bersama 6 awak kabin. Mereka antara lain, Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula.

Lion Air sebagai maskapai langsung membuka crisis center untuk keluarga dan kerabat penumpang yang ada di dalam pesawat tersebut. Crisis center dibuka di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang.

Seperti melansir dari berbagai sumber, pihak keluarga yang ada di crisis center Bandara Soeta dan Depati Amir langsung mencari info keluarga mereka. Beberapa orang bahkan tak kuasa menahan tangis dan hanya terduduk lemas di sekitar crisis center.

Keluarga merasa kehilangan

Sampai saat ini, badan pesawat Lion Air JT-610 dan para korban belum ditemukan. Dalam kecelakaan seperti ini, keluarga korban menjadi orang yang paling kehilangan dan merasa sedih.

Rasa kehilangan pastinya tidak bisa lagi dibendung oleh keluarga korban karena kehilangan orang tercinta mereka. Bahayanya, menurut American Cancer Society, sekitar 1 dari 5 orang yang berduka akan mengalami depresi berat atau biasanya disebut juga depresi klinis.

Gejala depresi berat yang tidak dijelaskan oleh dukacita yang normal dapat meliputi:

  • Pikiran yang terus-menerus merasa putus asa.
  • Pikiran yang sedang berlangsung tentang kematian atau bunuh diri (Pikiran ini muncul bahwa mereka akan lebih baik mati atau seharusnya mati dengan orang yang mereka cintai).
  • Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Rasa bersalah yang mendalam atas hal-hal yang dilakukan atau tidak dilakukan pada saat kematian orang yang dicintai.
  • Delusi (keyakinan yang tidak benar).
  • Halusinasi (mendengar suara atau melihat hal-hal yang tidak ada).
  • Respons dan reaksi tubuh yang lebih lambat.
  • Penurunan berat badan ekstrem.

Jika gejala seperti ini berlangsung lebih dari 2 bulan setelah kehilangan, orang yang berduka harus mendapat bantuan dari profesional. Pada beberapa orang, proses berduka dapat berlangsung untuk waktu yang lama. Ini lebih sering terjadi pada mereka yang sangat dekat dengan almarhum. Ini paling sering disebabkan oleh upaya untuk menolak atau menjauh dari rasa sakit atau mencoba untuk tidak melepaskannya.

Menangani kesedihan karena kehilangan anggota keluarga akibat kecelakaan

Sulit memang menerima kenyataan anggota keluarga meninggal akibat kecelakaan yang mendadak. Seperti disebutkan di atas, orang-orang mungkin akan mengalami stres hingga berujung depresi.

Hal itulah yang harus dicegah agar tak berlarut-larut. Cara yang bisa dilakukan pertama adalah dengan mengikhlaskan kepergian orang tercinta dan menerima itu sebagai sebuah kenyataan.

Namun, ada beberapa cara untuk mengatasi kehilangan anggota keluarga yang meninggal karena kecelakaan. Jika Anda adalah salah satu keluarga atau mengenal keluarga korban, ini yang bisa dilakukan:

1. Ikhlaskan bahwa peristiwa itu memang terjadi

Menghadapi situasi kehilangan orang yang dicintai bisa mengeluarkan setiap emosi yang ada di dalam diri. Ada saat-saat di mana seolah-olah Anda (atau anggota keluarga yang kehilangan) merasa "menjadi gila." Penting bagi Anda untuk memahami bahwa tidak ada "benar" atau "salah" jika menyangkut perasaan Anda tentang kehilangan orang yang Anda cintai.

2. Mendapat dukungan

Ada saat-saat ketika Anda menghadapi situasi ini, Anda ingin sendirian. Tapi penting untuk berkumpul dengan keluarga atau kerabat terdekat lainnya yang siap mendukung Anda. Mereka dapat menjadi sumber dukungan emosional bagi keluarga yang kehilangan. Kematian orang yang dicintai sering meninggalkan luka dalam kehidupan seseorang yang ditinggalkan dan orang terdekat.

3. Memahami kenyataan

Sementara rasa sakit kehilangan tersebut sangat nyata dan harus dirasakan, akan ada saatnya ketika Anda (atau keluarga yang ditinggalkan) harus mulai menjalani kehidupan lagi. Anda akan menemukan diri Anda mampu bergerak maju dan merangkul hidup Anda tanpa orang yang Anda cintai di sisi Anda.

Proses melalui duka karena kehilangan orang yang dicintai memang berat tapi harus dihadapi. Setiap orang merespons secara berbeda untuk mengatasi setiap kehilangan.

Kecelakaan pesawat yang hari ini dialami Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610, tentu meninggalkan rasa duka bagi keluarga. Kondisi psikis keluarga korban pesawat jatuh tersebut, perlu mendapat perhatian. Semoga keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air yang jatuh diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi peristiwa ini.

[RVS]

Pesawat JatuhKecelakaan PesawatLion Air JatuhKorban Pesawat Jatuh

Konsultasi Dokter Terkait