Pernapasan

Faktor Risiko Fibrosis Paru yang Mesti Anda Waspadai

Aditya Prasanda, 23 Mar 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit fibrosis paru. Apa saja faktor-faktor yang dimaksud? Yuk, cari tahu fakta medis selengkapnya!

Faktor Risiko Fibrosis Paru yang Mesti Anda Waspadai

Fibrosis paru adalah penyakit mematikan, yang terjadi karena peradangan akibat perkembangan jaringan parut pada paru-paru. 

Jaringan parut tersebut membuat paru tidak dapat berfungsi dengan normal. Oleh karena itu, penderita fibrosis paru rentan mengalami sesak napas, mudah lelah, batuk kering, nyeri otot maupun sendi, serta ujung kaki dan tangan membiru.

Fibrosis paru umumnya dialami oleh orang-orang berusia 50 tahun atau lebih. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan penyakit ini juga terjadi pada orang-orang yang lebih muda.

Terdapat beberapa faktor risiko fibrosis paru yang mesti Anda waspadai. Apa saja?

1. Autoimun

Berdasarkan American Lung Association, salah satu penyakit penyebab pertumbuhan jaringan parut di paru adalah autoimun.

Autoimun merupakan kondisi ketika sistem kekebalan (imun) menyerang sel-sel sehat. Menurut Pulmonary Fibrosis Foundation, imun dapat menghasilkan antibodi yang bisa menyerang paru-paru.

Pada gilirannya, kondisi tersebut menyebabkan paru meradang dan menciptakan jaringan parut sehingga mencetuskan fibrosis paru.

Beberapa jenis penyakit autoimun yang dapat memicu fibrosis paru, misalnya rheumatoid arthritis (RA), scleroderma, dan sindrom Sjogren

Artikel Lainnya: Kenapa GERD Bisa Sebabkan Fibrosis Paru Idiopatik?

2. GERD

Gastroesophageal reflux disease (GERD) merupakan kondisi ketika isi lambung naik kembali (refluks) ke kerongkongan dan mulut. Isi lambung tersebut dapat berupa makanan, minuman, dan cairan asam lambung.

Siapa sangka, GERD ternyata juga bisa memicu fibrosis paru. Pasalnya, ketika refluks terjadi, cairan asam lambung juga dapat masuk ke saluran pernapasan. 

Masuknya partikel kecil cairan asam lambung ke dalam paru alias mikroaspirasi dapat menyebabkan organ pernapasan menciptakan jaringan parut secara bertahap. Alhasil, fibrosis paru tak bisa dihindari lagi.

3. Genetik

Idiopathic pulmonary fibrosis (IPF) adalah jenis fibrosis yang penyebabnya tidak diketahui pasti. Menurut American Lung Association, terdapat sekitar 50.000 kasus fibrosis paru idiopatik setiap tahunnya.

Salah satu faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko IPF, yaitu genetik alias keturunan. 

Para ahli menduga, terdapat gen tertentu dalam riwayat keluarga yang bisa meningkatkan risiko idiopathic pulmonary fibrosis. Meski begitu, hingga kini peneliti masih belum mengetahui jenis gen yang memicu kondisi demikian. 

Artikel Lainnya: Ragam Jenis Penyakit Paru-Paru yang Perlu Anda Tahu

4. Rokok

Risiko fibrosis paru idiopatik juga bisa meningkat akibat kebiasaan merokok. Hal ini pernah dibuktikan oleh penelitian yang dimuat jurnal Pulmonary Medicine.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kebiasaan merokok dapat memicu pertumbuhan jaringan parut pada paru-paru. 

Tidak hanya itu, kebiasaan buruk tersebut bahkan dapat mengurangi angka harapan hidup pasien idiopathic pulmonary fibrosis

Meski faktanya begitu, hingga kini peneliti masih belum mengetahui mekanisme rokok dalam memicu fibrosis paru. 

Para ahli menduga bahwa terdapat zat kimia dalam rokok yang bisa meningkatkan stres oksidatif. Kondisi yang terjadi ketika kadar radikal bebas melebihi antioksidan di dalam tubuh ini lantas merusak sel dan jaringan tubuh, termasuk paru-paru. 

Nah, kerusakan jaringan paru akibat stres oksidatif itulah yang diduga menjadi biang keladi fibrosis paru pada perokok.

5. Paparan Racun dan dan Polutan

Disampaikan dr. Reza Fahlevi, Sp.A, paparan racun dan polutan dapat pula meningkatkan risiko fibrosis paru. 

Racun dan polutan yang dimaksud, misalnya:

  • Butiran debu, termasuk dari silika, batubara, atau logam keras.
  • Serat asbes.
  • Kotoran hewan.

“Karena, ketika sederet zat tersebut terhirup, partikelnya bisa menyebabkan peradangan di dalam paru. Inilah yang memicu fibrosis,” jelas dr. Reza.

Artikel Lainnya: Menyingkap Berbagai Penyebab Benjolan di Paru-Paru

6. Pengobatan Kanker

Kembali mengutip American Lung Association, beberapa jenis terapi pengobatan kanker juga dapat meningkatkan risiko penyakit fibrosis paru. Terapi yang dimaksud, yaitu radioterapi dan kemoterapi.

Radioterapi merupakan prosedur medis yang bertujuan membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mengandalkan paparan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif. 

Sementara itu, kemoterapi adalah prosedur pengobatan kanker menggunakan obat-obatan. Terapi ini bertujuan membunuh, menghentikan pertumbuhan dan mencegah penyebaran sel kanker.

Sayangnya, komponen kimia di dalam radioterapi maupun kemoterapi diduga dapat merusak jaringan paru, menyebabkan peradangan, dan menimbulkan jaringan parut pada paru-paru.

Turunkan risiko penyakit fibrosis paru dengan menjauhi faktor-faktor risikonya. Anda pun perlu menerapkan gaya hidup dan pola makan sehat, serta rutin periksa ke dokter apabila terdapat riwayat penyakit tersebut di dalam keluarga.

Apabila curiga mengalami gejala fibrosis paru atau penyakit lainnya, Anda bisa langsung berkonsultasi dengan dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter.

(NB/AYU)

Referensi:

  • American Lung Association. Diakses 2022. Pulmonary Fibrosis Types and Causes.
  • Mayo Clinic. Diakses 2022. Pulmonary fibrosis.
  • Pulmonary Fibrosis Foundation. Diakses 2022. What is Autoimmune or Connective Tissue Disease-Related ILD?
  • Pulmonary Medicine. Diakses 2022. Smoking and Idiopathic Pulmonary Fibrosis.
  • Wawancara dr. Reza Fahlevi, Sp.A.
pernapasanParuFibrosis Paru

Konsultasi Dokter Terkait