Belakangan ramai diberitakan salah satu anggota Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) mengalami sindrom Havana dalam perjalanan dinas ke India. Korban melaporkan gejala yang mengacu pada sindrom Havana.
Apa itu sindrom Havana? Bagaimana dampak penyakit misterius ini pada tubuh manusia? Simak penjelasan mengenai sindrom Havana dan gejalanya.
Apa Penyebab Sindrom Havana?
Sindrom Havana merupakan serangkaian gejala yang dilaporkan pertama kali pada akhir tahun 2016. Sindrom ini awalnya menyerang petugas intelijen dan staf kedutaan Amerika Serikat yang bertugas di Havana, Kuba.
Awalnya petugas tersebut melaporkan adanya rasa sakit setelah mendengar suara aneh dan mengalami sensasi fisik tak lazim di kamar hotel atau rumah.
Para peneliti yang menyelidiki kondisi tersebut menyatakan, awalnya sindrom Havana dianggap sebagai histeria massal atau reaksi yang disebabkan oleh penyebab psikosomatik seperti stres. Namun, hal ini tidak terbukti sampai saat ini.
Artikel Lainnya: Penyebab Hyperventilation Syndrome atau Sindrom Hiperventilasi
:format(webp)/article/8MvTOGK05G_U23rMRUl4V/original/026565400_1601369066-Perbedaan-Penyebab-Sakit-Kepala-Sebelah-Kiri-dan-Kanan-shutterstock_1511450279.jpg?w=256&q=100)
Dokter Arina Heidyana mengatakan, sindrom Havana masih menjadi salah satu misteri yang belum diketahui pasti apa penyebabnya. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab sindrom Havana.
Awalnya para ahli menduga sindrom Havana dapat disebabkan oleh paparan bahan kimia, pestisida, atau obat-obatan yang tidak disengaja ataupun disengaja terminum.
Namun, tidak ditemukan adanya bukti itu pada orang yang terkena dampak dari sindrom Havana.
“Saat ini belum jelas definisi ataupun pengobatan dari sindrom Havana. Teori saat ini, sindrom Havana itu disebabkan oleh gelombang mikro yang dikeluarkan dari senjata. Belum ada informasi atau data klinis lebih jauh lagi soal sindrom ini,” jelas dr. Arina.
Melansir MedicineNet, kemungkinan penyebab sindrom Havana diasumsikan berasal dari alat mekanis tertentu yang memancarkan gelombang mikro atau energi ultrasonik.
Paparan tersebut berpotensi menghasilkan gelembung mikro dalam cairan di dalam telinga seseorang.
Ketika gelembung-gelembung itu mengalir melalui darah ke otak, emboli udara dapat terjadi. Kondisi ini bisa mengakibatkan kerusakan sel, mirip penyakit dekompresi atau gangguan yang dialami penyelam laut.
Selain itu, gejala sindrom Havana juga mungkin disebabkan oleh penetrasi langsung gelombang frekuensi radio ke dalam tengkorak. Hal ini mengganggu aktivitas listrik dan kimia di otak.
Gejala Sindrom Havana
Sebagian besar korban yang terkena sindrom Havana melaporkan gejalanya mirip gegar otak atau cedera kepala ringan.
Mereka melaporkan sering mendengar suara menusuk yang keras di malam hari dan merasakan tekanan kuat di wajah. Kondisi ini kemudian diikuti rasa sakit, mual, dan pusing.
Artikel Lainnya: Muncul Ruam saat Demam? Waspada Sindrom Sweet!
Setelah suaranya berhenti, beberapa orang merasa lebih baik. Namun, sebagian orang mengeluhkan rasa sakit dan pusing terus-menerus disertai kesulitan berkonsentrasi.
Lalu, banyak korban sindrom Havana juga melaporkan gejala seperti kebingungan dan disorientasi. Kondisi ini biasanya dimulai dengan rasa sakit dan tekanan tiba-tiba di kepala dan telinga.
Mereka juga melaporkan tanda sindrom Havana lain seperti kabut otak, masalah memori, sensitivitas cahaya, dan gangguan tidur atau insomnia. Gejalanya membuat penderita sulit melakukan kegiatan sehari-hari.
Ciri-ciri sindrom Havana jangka panjang meliputi:
Meski memiliki efek samping yang bertahan lama, sindrom Havana tergolong tidak fatal. Orang yang menderita sindrom ini masih dapat bertahan hidup. Lalu, belum ada laporan korban jiwa akibat sindrom Havana.
Pengobatan Sindrom Havana
Cara mengobati sindrom Havana belum diketahui pasti. Namun, biasanya dokter akan melakukan pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada pasien sindrom ini.
Tatalaksana pada penyakit ini juga bisa meliputi terapi seni, meditasi, latihan pernapasan, dan akupuntur.
Program rehabilitasi yang terdiri dari latihan neurologis spesifik juga menunjukkan hasil baik, tetapi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Setiap sesi terapi dapat meliputi latihan kognitif. Latihan ini terdiri dari gerakan kompleks berulang pada tungkai atas dan bawah, keseimbangan, dan ortoptik.
Jika Anda mengalami gejala penyakit, jangan ragu untuk konsultasi menggunakan LiveChat dokter. Ketahui juga berbagai update lainnya seputar penyakit otak di aplikasi Klikdokter.
(FR/AYU)