Miokarditis merupakan kondisi meradangnya miokardium alias otot jantung. Peradangan menurunkan kemampuan jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Akibatnya, penderita miokarditis mengalami sejumlah gejala, antara lain nyeri dada, sesak napas, aritmia (detak jantung tidak teratur), maupun pembengkakan di kaki.
Sejumlah hal dapat meningkatkan risiko peradangan otot jantung. Berikut faktor risiko miokarditis yang perlu Anda tahu.
1. Infeksi
Infeksi merupakan penyebab miokarditis yang paling utama. Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, maupun parasit.
Untuk melawan infeksi, tubuh bereaksi dengan menimbulkan respons berupa peradangan. Beberapa bagian tubuh pun turut terdampak, termasuk otot jantung.
Sayangnya, proses peradangan justru dapat melemahkan jantung. Karena itu, penderita miokarditis mengalami deretan gejala yang telah disebutkan tadi.
Tidak hanya itu, peradangan otot jantung akibat infeksi biasanya disertai gejala tambahan. Gejala yang dimaksud berupa sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri tubuh, nyeri sendi, demam, maupun diare.
Artikel lainnya: Hubungan antara Benjolan di Tangan dan Infeksi Jantung
Terdapat sejumlah infeksi virus yang bisa meningkatkan risiko miokarditis. Virus tersebut antara lain SARS-CoV-2, human immunodeficiency virus (HIV), rubella, human herpes virus 6, parvovirus B19, echovirus, enterovirus, virus Epstein-Barr, serta virus hepatitis B dan C.
Adapun jenis bakteri yang menyebabkan miokarditis, yaitu Corynebacterium diphtheriae, Tick-borne, Streptococcus, dan Stafilokokus aureus.
Sementara, jamur yang dapat memicu radang miokardium, yaitu jamur golongan aspergillus, candida, dan histoplasma.
Miokarditis juga bisa dipicu oleh infeksi parasit, seperti Toxoplasma, Borrelia burgdorferi, Babesia, dan Trypanosoma cruzi.
2. Efek Samping Obat-Obatan
:format(webp)/article/sIK57VzLuzSFKoItpJlST/original/015798400_1637122347-Kesalahan_dalam_Menyimpan_Obat.jpg?w=256&q=100)
Baik yang diresepkan dokter maupun jenis terlarang, obat-obatan dapat menyebabkan efek samping berupa peradangan otot jantung. Sebab, efek samping obat menyebabkan reaksi alergi, efek toksik, maupun hipersensitivitas.
Disampaikan dr. Atika, salah satu obat yang memiliki efek samping meningkatkan risiko radang miokardium yaitu antibiotik bernama sefalosporin. Sefalosporin merupakan kelompok antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri.
“Miokarditis terjadi karena efek samping antibiotik sefalosporin menyebabkan hipersensitivitas akut. Tetapi, ini sangat jarang terjadi,” katanya.
Jenis antibiotik lain yang dapat meningkatkan risiko miokarditis yaitu penisilin, sulfonamida, dan azitromisin.
Selain itu, miokarditis juga bisa disebabkan oleh efek samping obat terapi kanker, obat antikejang, obat untuk epilepsi, maupun obat terlarang seperti kokain.
Artikel Lainnya: Berbagai Faktor Risiko Penyakit Jantung yang Tak Terduga
3. Paparan Zat Kimia
:format(webp)/article/KFui9oQfiTe8b0N9pdrnU/original/052773600_1601374169-shutterstock_1375840919.jpg?w=256&q=100)
Paparan zat kimia seperti karbon monoksida dapat meningkatkan risiko miokarditis. Biasanya, seseorang terpapar karbon monoksida dalam jumlah besar ketika menghirup asap kebakaran.
Menghirup terlalu banyak asap kebakaran menyebabkan penumpukan kadar karbon monoksida di dalam darah. Pada gilirannya, kadar karbon monoksida berlebih mengurangi kemampuan darah dalam mengikat oksigen.
Akibatnya, semakin sedikit oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh. Kondisi ini menyebabkan sel-sel tubuh mengalami kerusakan.
Berdasarkan studi dalam American Journal of Therapeutics, keracunan karbon monoksida pada gilirannya menyebabkan miokardium cedera dan meradang, sehingga mencetuskan miokarditis.
Selain karbon monoksida, paparan zat kimia yang berasal dari arsenik dan radiasi juga meningkatkan risiko peradangan otot jantung.
Artikel Lainnya: Waspada, Virus COVID-19 Omicron Bisa Sebabkan Peradangan Jantung
4. Penyakit Autoimun
Faktor risiko miokarditis berikutnya yaitu autoimun. Autoimun merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat, termasuk sel di otot jantung. Kondisi tersebut menyebabkan otot jantung rusak dan meradang.
Terdapat sejumlah penyakit autoimun yang bisa meningkatkan risiko miokarditis, di antaranya lupus, Crohn, rheumatoid arthritis, dan celiac.
5. Radang Pembuluh Darah
:format(webp)/article/vJluOKHHca0Q6Hx79JszB/original/063182000_1623059108-Kesehatan-Pembuluh-Darah.jpg?w=256&q=100)
Terakhir, miokarditis juga dapat dipicu oleh kondisi radang pembuluh darah. Radang pembuluh darah yang dimaksud seperti granulomatosis Wegener, arteritis sel raksasa, dan arteritis Takayasu.
Peradangan pembuluh darah bisa menyebabkan miokardium rusak dan ikut meradang, sehingga mencetuskan miokarditis.
Itu dia sederet faktor yang meningkatkan risiko miokarditis. Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar masalah jantung, konsultasikan kepada dokter spesialis jantung dan pembuluh darah via Live Chat KlikDokter.
(FR/JKT)
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses 2022. Myocarditis.
Everyday Health. Diakses 2022. Myocarditis.
American Journal of Therapeutics. Diakses 2022. Myocardial infarction secondary to carbon monoxide poisoning: an uncommon presentation of a common condition. Case report and review of the literature.
Ditinjau oleh dr. Atika