Pandemi COVID-19 memang tidak separah pandemi Flu Spanyol di awal abad 20. Namun, meski semua orang berharap masalah virus corona segera mereda, tak ada yang bisa memastikan ke depannya seperti apa, bukan?
Ya, yang tadinya hanya beberapa orang di akhir 2019, kini angkanya sudah bikin geleng-geleng kepala, yakni mencapai ratusan ribu! Terlintaslah pertanyaan yang bikin penasaran – siapa pasien pertama virus corona dan bagaimana ia bisa sampai tertular penyakit?
Mengapa Perlu Mengetahui Patient Zero?
Buat yang belum tahu, patient zero atau pasien nol adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan manusia pertama yang terinfeksi oleh virus atau bakteri dalam sebuah wabah.
Kemajuan dalam analisis genetik sekarang memang memungkinkan peneliti melacak kembali garis keturunan virus melalui mereka yang telah terinfeksi.
Dikombinasikan dengan studi epidemiologi, mereka dapat menunjukkan dengan tepat siapa yang mungkin menjadi orang pertama yang mulai menyebarkan penyakit ini.
Intinya, mengidentifikasi pasien pertama virus corona bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang bagaimana, kapan, dan mengapa wabah penyakit dimulai.
Lalu, itu semua dapat membantu mencegah lebih banyak orang terinfeksi di kemudian hari.
Artikel Lainnya: Hati-hati Virus Corona, Ini Pertolongan Pertama untuk Mengatasinya
Siapa Patient Zero Virus Corona?
:format(webp)/article/nrhS-UkvE1-L3I0KF5Vv4/original/098688600_1585467584-Ilustrasi-Patient-Zero-Virus-Corona-By-Xinhua-Xiao-Yijiu.jpg?w=256&q=100)
Di tahun 2019, setidaknya ada lebih dari seratus orang yang terinfeksi di Tiongkok. Dilansir dari NY Post, mulai 17 November 2019 lalu, 1-5 kasus baru dilaporkan setiap hari di sana.
Zhang Jixian, seorang dokter dari Hubei Provincial Hospital of Integrated Chinese and Western Medicine mengonfirmasi pada otoritas kesehatan nasional pada 27 Desember 2019, bahwa ada penyakit baru yang patut diwaspadai.
Episentrum asli atau pusat ledakan pasien untuk virus corona memang terjadi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, terutama di pasar hewan dan makanan lautnya.
Namun, setelah ditelaah lebih lanjut, pasien pertama yang terinfeksi virus corona tidak berhubungan langsung dengan pasar tersebut.
Artikel Lainnya: Waspada, Penderita Virus Corona Bisa Tidak Menunjukkan Gejala!
Dikutip dari BBC, ia adalah seorang pria berusia 55 tahun yang menderita penyakit Alzheimer. Setelah berkontak dengan beberapa orang, barulah makin lama jumlah pasien semakin banyak. Beberapa dari mereka ada yang pergi ke pasar Wuhan.
Karena pasar merupakan tempat berkumpulnya banyak orang dan kebersihannya kurang terjaga, maka terjadilah “ledakan” penularan COVID-19 di pasar tersebut.
Meski sudah ada dugaan mengenai pasien pertama coronavirus, sayangnya sampai sekarang Pemerintah Tiongkok dan para peneliti belum bisa memastikan status patient zero dari pandemi ini.
Karena, data orang dan tanggal terinfeksi yang diberikan oleh peneliti masih berbeda-beda dan banyak faktor lainnya. Alhasil, badan kesehatan resmi pun menganggap, penularan pertama yang paling masuk akal dari wabah ini berasal dari hewan ke manusia.
Dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk menemukan siapa patient zero dari COVID-19.
Artikel Lainnya: Tanda-tanda Seseorang Sudah Sembuh dari Virus Corona
Patient Zero yang Sudah Pernah Ditemukan
:format(webp)/article/eaqlBfD-oIToh_rRlUBrr/original/074703500_1483446436-topic_article_ebola_menular_seks.jpg?w=256&q=100)
Selain wabah corona, wabah Ebola juga pernah menjadi mimpi buruk bagi Afrika. Dilansir dari berbagai sumber, wabah strain atau jenis Ebola baru berawal dari satu individu, yaitu seorang bocah lelaki berusia dua tahun dari Guinea.
Ia diduga terinfeksi setelah bermain di pohon yang ada sarang kelelawarnya. Sebelum menerbitkan laporan, para peneliti melakukan pelacakan yang membawa mereka ke desa di mana bocah itu tinggal di Meliandou.
Patient zero yang lebih populer adalah Mary Mallon. Ia adalah penyebab wabah demam tifoid di New York, Amerika Serikat, tahun 1906. Berasal dari Irlandia, Mallon bermigrasi ke AS dan menjadi juru masak beberapa keluarga kaya di AS.
Tak lama kemudian, demam tifoid terjadi di kalangan keluarga kaya New York. Dokter melacak dan menemukan bahwa Mallon adalah patient zero dari penyakit tersebut.
Pasalnya, di mana pun perempuan itu bekerja, anggota keluarga dari majikan Mallon menunjukkan gejala demam tifoid! Ahli medis menyebut Mallon sebagai healthy carrier atau orang yang terinfeksi penyakit tanpa ada gejala.
Menurut dr. Rio Aditya, healthy carrier juga berlaku buat virus corona. Seseorang yang sudah terinfeksi virus corona bisa tidak menunjukkan gejala meski ia sudah terinfeksi.
“Tidak semua penderita mengalami demam, sesak napas, dan batuk. COVID-19 butuh waktu berhari-hari untuk inkubasi. Inkubasi adalah proses virus menginfeksi tubuh sampai akhirnya menimbulkan gejala pada orang yang terkena,” katanya.
“Pada masa inkubasi inilah orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala dan diam-diam dapat menularkan virus ke orang sehat lainnya,” tambah dr. Rio.
Semoga saja patient zero dari virus corona ini bisa benar-benar ditemukan dan dipastikan. Supaya di masa mendatang, wabah ini tidak terjadi lagi atau bisa ditekan secara cepat. Begitu pula dengan penyakit-penyakit menular lainnya.
KlikDokter telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menekan angka persebaran virus corona.
Bila ingin konsultasi dengan dokter seputar virus corona, gunakan fitur Tanya Dokter. Update terus info terbaru seputar COVID-19 di KlikDokter!
(FR/AYU)