Masalah Jantung dan Pembuluh Darah

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

dr. Valda Garcia, 23 Apr 2024

Ditinjau oleh dr. Valda Garcia

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah meningkat di atas normal. Apa gejala hipertensi? Simak di sini.

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi

Dokter Spesialis

Spesialis jantung dan pembuluh darah

Gejala

Sakit kepala, mimisan, nyeri dada

Faktor Risiko

Pola makan tinggi garam, obesitas, kebiasaan merokok, obat-obatan, riwayat penyakit lain yang dapat memicu peningkatan tekanan darah

Cara Diagnosis

Pemeriksaan tekanan darah

Pengobatan

Menjaga pola hidup sehat, berhenti merokok

Obat

ACE-I, beta blocker, thiazide, ARB, CCB, diuretik

Komplikasi

Retinopati hipertensi, gagal jantung, gagal ginjal, stroke

Kapan Harus ke Dokter?

Tekanan darah tidak terkontrol dengan pola hidup sehat

Pengertian Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah meningkat. Kondisi ini dapat terjadi selama bertahun-tahun tanpa disadari penderitanya. Bahkan, tanpa gejala sekalipun, kerusakan pembuluh darah dan jantung terus berlanjut dan dapat dideteksi.

Penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti serangan jantung dan stroke. Kalau Kamu punya riwayat penyakit tersebut, ketahuilah kalau ada beberapa jenis, yaitu:

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah kondisi terjadi peningkatan tekanan darah tanpa adanya penyakit lain yang mendasarinya.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah kondisi terjadi peningkatan tekanan darah dengan adanya riwayat penyakit lain yang dapat mendasarinya. Contoh penyakit lain yang dapat meningkatkan hipertensi adalah penyakit ginjal, gangguan endokrin, gangguan vaskular, hingga efek samping penggunaan obat.

3. Hipertensi gestasional

Hipertensi gestasional adalah kondisi naiknya tekanan darah yang diderita pertama kali ketika hamil. Selain itu, pada ibu hamil tidak ditemukan adanya protein pada urine. Kondisi hipertensi gestasional akan hilang dalam 3 bulan pasca-persalinan.

Artikel lainnya: Tanda-Tanda Kamu Punya Bakat Hipertensi

Penyebab Hipertensi

Penyebab tekanan darah tinggi dapat dilihat berdasarkan jenisnya, yakni:

1. Hipertensi primer

Hipertensi primer menyerang 90 persen penderita hipertensi. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti dan cenderung terjadi bertahap selama bertahun-tahun. Faktor gaya hidup dan genetik diduga berperan penting.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi yang diketahui penyebabnya terjadi pada 5-10 persen penderita hipertensi. Biasanya, kondisi ini muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi daripada hipertensi primer.

Beberapa kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi tipe ini antara lain sleep apnea, masalah ginjal, tumor kelenjar adrenal, masalah tiroid, cacat bawaan dalam pembuluh darah, dan obat-obatan tertentu (pil KB, obat flu, obat antinyeri).

3. Hipertensi gestasional

Sementara itu, hipertensi gestasional belum diketahui apa penyebabnya, tetapi faktor-faktor berikut dapat berperan dalam timbulnya kondisi ini:

  • Kerusakan pembuluh darah plasenta: Gangguan dalam pembuluh darah yang menyuplai plasenta dapat menyebabkan hipertensi gestasional.
  • Masalah pada sistem imun: Perubahan pada sistem kekebalan tubuh selama kehamilan dapat mempengaruhi pembuluh darah dan menyebabkan hipertensi.
  • Riwayat Kesehatan: Riwayat penyakit hipertensi sebelum kehamilan atau riwayat keluarga dengan hipertensi dapat meningkatkan risiko hipertensi gestasional.
  • Usia: Usia ibu yang lebih tua saat hamil juga dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi gestasional.
  • Obesitas: Obesitas sebelum hamil atau kenaikan berat badan yang signifikan selama kehamilan dapat meningkatkan risiko hipertensi gestasional.
  • Kehamilan multipel: Kehamilan dengan bayi kembar atau lebih juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi gestasional.
  • Riwayat kehamilan sebelumnya: Wanita yang pernah mengalami hipertensi gestasional pada kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini pada kehamilan berikutnya.
  • Kerusakan pembuluh darah: Kelainan pada pembuluh darah sebelum kehamilan juga dapat meningkatkan risiko hipertensi gestasional.

Hipertensi gestasional perlu dipantau dan dikelola dengan baik oleh tenaga medis. Jika Kamu memiliki risiko atau gejala hipertensi gestasional, penting untuk berkonsultasi dengan dokter Kamu untuk diagnosis dan pengelolaan yang tepat.

Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi dapat sangat bervariasi dan berkaitan dengan jenis hipertensi yang dialami. Pada hipertensi primer, faktor risiko terkait dengan genetik hingga pola makan tinggi garam yang dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah.

Hipertensi sekunder sangat berkaitan erat dengan penyakit utama yang mendasari terjadinya peningkatan tekanan darah. Adapun faktor yang meningkatkan risiko hipertensi gestasional, misalnya:

  • Hamil sebelum usia 20 tahun, atau bahkan di atas usia 40 tahun
  • Kehamilan pertama
  • Hamil kembar
  • Ibu seorang penderita diabetes
  • Punya riwayat sakit ginjal
  • Ada riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil ataupun di kehamilan sebelumnya

Artikel lainnya: Sakit Kepala Gara-Gara Hipertensi, Apa Mungkin?

Gejala Hipertensi

Tekanan darah tinggi sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, pada beberapa orang dengan tekanan darah yang sangat tinggi dapat muncul ciri-ciri berupa:

Meski demikian, gejala hipertensi ini tidak spesifik serta baru muncul jika tekanan darah terlalu tinggi dan mengancam nyawa.

Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum, yakni:

  • Tekanan darah normal. Tekanan darah dikatakan normal jika di bawah 120/80 mmHg
  • Prahipertensi adalah tekanan sistolik yang berkisar dari 120-139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang berkisar dari 80-89 mmHg. Prahipertensi cenderung memburuk dari waktu ke waktu.
  • Hipertensi tahap 1 adalah tekanan sistolik berkisar 140-159 mm Hg, atau tekanan diastolik berkisar 90-99 mm Hg.
  • Hipertensi tahap dua tergolong lebih parah. Hipertensi tahap 2 adalah tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi, atau tekanan diastolik 100 mm Hg atau lebih tinggi.

Dokter mungkin akan melakukan 2-3 kali pembacaan tekanan darah, masing-masing pada 3 atau lebih pertemuan terpisah sebelum mendiagnosis Kamu terkena hipertensi.

Hal ini karena tekanan darah biasanya bervariasi sepanjang hari. Selain itu, dokter mungkin akan meminta Kamu mencatat tekanan darah di rumah dan di tempat kerja sebagai informasi tambahan.

Artikel lainnya: Panduan Pola Makan Sehat untuk Penderita Hipertensi

Pengobatan Hipertensi

Cara mengatasi hipertensi yang utama adalah dengan modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat yang dapat diterapkan, di antaranya:

  • Mengurangi asupan garam
  • Olahraga teratur
  • Menurunkan berat badan
  • Berhenti merokok

Obat baru diberikan jika tidak ada perubahan setelah modifikasi gaya hidup. Beberapa jenis obat antihipertensi yang dapat direkomendasikan dokter adalah:

Semua obat tersebut berfungsi menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara kerja yang berbeda-beda. Indikasi pemberian obatnya pun berbeda-beda disesuaikan dengan usia, derajat hipertensi, dan penyakit lain yang mendasari.

Awalnya dokter akan memberikan satu jenis obat hipertensi dengan dosis paling rendah, lalu diobservasi selama beberapa waktu. Jika tidak efektif, dokter akan meningkatkan dosis obat atau menambahnya dengan obat antihipertensi yang lain.

Pencegahan Hipertensi

Beberapa cara mencegah hipertensi adalah: 

  • Menjaga pola hidup sehat
  • Menghindari makanan yang tinggi garam atau natrium
  • Berolahraga rutin
  • Menjaga berat badan ideal
  • Berhenti merokok
  • Sebaik mungkin mengelola penyakit lain yang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.

Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi yang tidak ditangani dengan baik dapat menyerang berbagai organ, termasuk ginjal, mata, hingga otak seperti stroke. Komplikasi tersebut dapat menyebabkan penurunan kesadaran hingga meninggal dunia.

Kapan Harus ke Dokter?

Saat Kamu sudah berupaya maksimal untuk menjaga pola hidup sehat tapi tekanan darah tidak juga terkontrol dengan baik, sangat disarankan untuk segera ke dokter.

Dokter dapat membantu mengevaluasi dan memberikan terapi yang tepat agar tekanan darah dapat terkontrol dengan baik dan terhindar dari berbagai komplikasi.

Diskusikan masalah kesehatanmu hanya di Tanya Dokter dan Temu Dokter. Yuk, konsultasi sekarang, jangan tunggu sakit! Kamu bisa mendapatkan pemeriksaan kesehatan jantung di fasilitas kesehatan terdekat, dengan cara booking di layanan medis & lab di KlikDokter!

Yuk, #JagaSehatmu dengan mengunduh aplikasi KlikDokter di Google Play dan App Store untuk mendapatkan informasi kesehatan lainnya dan gunakan juga KALStore untuk beli suplemen dan vitamin untuk menjaga kesehatan Kamu.

[HNS/NM]

tekanan darah
  • Joint National Committee (JNE) Guidelines Hypertension VII
  • American Family Physician: Hypertension
  • PAPDI