Kesehatan Mental

Pengertian dan Cara Self-Healing yang Tepat Menurut Psikolog

Aditya Prasanda, 19 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Self-healing kerap disalahartikan oleh masyarakat luas. Ketahui arti dan cara melakukan self-healing yang tepat menurut psikolog lewat ulasan berikut.

Pengertian dan Cara Self-Healing yang Tepat Menurut Psikolog

Beberapa tahun terakhir, istilah self-healing kian populer seiring meningkatnya kesadaran masyarakat soal isu kesehatan mental.

Kendati demikian, tidak sedikit orang menelan mentah-mentah istilah tersebut, tanpa benar-benar memahami arti self-healing dan cara penerapannya yang tepat.

Akibatnya, metode penyembuhan diri ini kerap disalahartikan sebagai proses instan yang dapat dilakukan sendiri guna meredakan stres harian.

Misalnya, self-healing dianggap bisa dilakukan cukup dengan melakukan hal-hal menyenangkan, melihat foto artis pujaan, liburan ke tempat baru, mengonsumsi makanan dan minuman tertentu, maupun membeli barang yang diinginkan.

Kesalahpahaman lainnya, self-healing dianggap sebagai proses rumit yang sulit dilakukan. Faktanya, self-healing tidaklah sesepele ataupun serumit itu.

Lantas, apa arti self-healing sebenarnya? Bagaimana cara melakukan self-healing seharusnya? Simak penjelasan psikolog berikut.

Apa Itu Self-Healing?

Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, memaparkan self-healing adalah proses pemulihan diri dari luka batin dan pengalaman tidak menyenangkan yang memengaruhi psikologis.

Artikel Lainnya: Cara Menjaga dan Memperbaiki Kesehatan Mental

Lalu, menurut Tchiki Davis, MA, PhD, dari Berkeley Well Being Institute, metode ini juga mencakup proses menyembuhkan kondisi kesehatan fisik.

Ia menjelaskan, hal ini karena kesehatan mental dan fisik tidak dapat dipisahkan. Kedua aspek ini berjalan beriringan dalam memengaruhi kondisi seseorang.

Karena itu, self-healing sejatinya bertujuan meningkatkan kesejahteraan mental dan fisik seseorang.

Untuk mencapai tujuan tersebut, self-healing dijalani serupa proses penyembuhan lainnya. Metode ini harus dilakukan bertahap dan konsisten dengan kesadaran penuh.

Kenapa Perlu Self-Healing?

Disampaikan Psikolog Ikhsan, self-healing perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah (baik mental maupun fisik) yang belum selesai dan berdampak pada kondisi psikologis individu.

“Selain itu, metode ini juga bisa membuat kita lebih acceptance (menerima) permasalahan yang telah terjadi. Ini penting agar kita bisa maju dan percaya diri menghadapi permasalahan yang akan datang,” kata Ikhsan.

Apa Dampak dari Self-Healing?

Dampak self-healing yang paling signifikan adalah munculnya perasaan aman, nyaman, dan sejahtera. Tchiki Davis mengatakan, pada dasarnya setiap orang bisa mengatasi masalah mental dan fisik yang dialaminya.

Yang jelas, self-healing tidak bisa dilakukan dengan sekadar mengalihkan perhatian sesaat pada hal-hal menyenangkan. Proses penyembuhan diri harus dilakukan dengan penuh kesadaran, hari demi hari.

Dampak positif self-healing akan terasa ketika individu mampu mengenal kelemahan dan kekuatan dirinya, menerima kegagalan di masa lalu, dan berpikir positif menghadapi masa depan. 

Dalam fase ini, ia bisa menyelesaikan persoalannya dengan mengatur pikiran dan mentalnya untuk melakukan hal-hal positif secara produktif.

Artikel Lainnya: Manfaat Berbicara dengan Diri Sendiri

Bagaimana Cara Self-Healing yang Tepat?

Terdapat sejumlah cara self-healing yang direkomendasikan psikolog. Sederet metode ini harus dilatih teratur.

Pasalnya, self-healing terbaik adalah yang dilatih secara konsisten dengan kesadaran penuh.

Dalam jangka panjang, kata Tchiki Davis, self-healing teratur dapat memengaruhi otak, sehingga berkontribusi menimbulkan perasaan positif, bahagia, dan sejahtera.

Berikut cara melakukan self-healing yang bisa diterapkan:

1. Berdialog dengan Diri Sendiri

Psikolog Ikhsan mengatakan, self-healing dapat dimulai dengan berdialog dengan diri sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan berbicara kepada diri sendiri bahwa apa yang telah terjadi merupakan kondisi yang tidak bisa dihindari.

Cara ini membantu individu menerima dan mengikhlaskan peristiwa pahit yang dialaminya.

“Selain itu, mulai evaluasi diri tentang apa yang bisa dilakukan, jika pengalaman tidak menyenangkan serupa terjadi di kemudian hari,” Ikhsan menambahkan.

2. Melakukan Segala Sesuatu dengan Kesadaran Penuh

Self-healing dapat diterapkan dengan melakukan segala aktivitas secara mindful alias menggunakan kesadaran penuh.

Dijelaskan Psikolog Ikhsan, metode ini dilakukan dengan mengajak diri sendiri fokus pada kondisi saat ini.

“Lalu, berpikir dan bertindaklah dengan kesadaran penuh. Dalam hal ini, individu harus belajar mengelola perasaan dan pikirannya, serta memperhatikan lingkungan yang dihadapinya,” katanya.

Menurut Ikhsan, cara ini bertujuan membantu individu memaknai setiap peristiwa yang terjadi secara sehat.

Artikel Lainnya: Pentingnya Self Compassion atau Mengasihi Diri Sendiri

3. Berbelas Kasihlah kepada Diri Sendiri

Tidak jarang seseorang terlalu keras terhadap diri sendiri. Misalnya, ketika mengalami rasa sakit karena penolakan maupun peristiwa pahit tertentu, ia malah menyalahkan dan membenci diri sendiri.

Hal ini, menurut Tchiki Davis, justru dapat membuat tubuh dan pikiran semakin terluka dan sulit sembuh.

“Karena itu, belas kasihanilah diri sendiri. Anda bisa melakukannya dengan menulis surat untuk diri sendiri dan mengatakan hal-hal baik kepada diri sendiri,” terang Davis.

Ia menambahkan, tulis pula hal-hal yang dapat mendukung kemajuan diri. Davis mengatakan, berbelas kasih pada diri sendiri merupakan self-healing psikologi yang efektif.

Cara ini menurutnya juga dapat dilakukan dengan menetapkan sejumlah batasan kepada orang lain. Misalnya, dengan menjauhi teman ataupun lingkungan toxic.

Jadi, individu bisa meningkatkan perlindungan terhadap diri, serta mengadvokasi kebutuhan mental dan fisiknya.

3. Tidur Cukup

Kurang tidur dapat mengganggu proses penyembuhan diri sendiri, menukil sejumlah studi yang dikutip Berkeley Well Being Institute.

Pasalnya, tidur yang tidak cukup dapat melemahkan sistem kekebalan dan meningkatkan produksi hormon stres, seperti norepinefrin dan epinefrin.

Sederet faktor ini dapat membuat individu mudah merasa cemas dan lelah. Karena itu, tidur yang cukup merupakan salah satu aspek penting dalam self-healing.

Artikel Lainnya: Cara Menghilangkan Sifat Toxic pada Diri Sendiri

4. Latihan Pernapasan

Sistem saraf simpatik merupakan sistem saraf otonom yang bekerja di luar kesadaran tubuh. Saraf simpatik akan mengaktifkan respons fight-or-flight ketika tubuh berada dalam keadaan stres, trauma, maupun mengalami gangguan kesehatan fisik.

Mekanisme fight-or-flight dapat menyebabkan tubuh melepaskan kortisol. Dalam keadaan darurat, hormon stres ini menekan respons imun dan pencernaan, meningkatkan produksi gula darah, menghambat pembuatan insulin, serta memicu berbagai masalah kesehatan lainnya. 

Untuk menenangkan respons saraf simpatik tersebut, individu perlu mengaktifkan sistem saraf parasimpatik.

Sistem saraf parasimpatik merupakan sistem saraf yang bertugas mengontrol berbagai aktivitas tubuh saat istirahat. Sistem saraf ini juga berfungsi mengaktifkan pencernaan dan metabolisme, serta membuat tubuh lebih relaks.

Salah satu cara termudah untuk mengaktifkan sistem saraf parasimpatik adalah melakukan latihan pernapasan dalam dan terkontrol. Aktivitas ini dapat membantu proses penyembuhan diri.

Contoh latihan pernapasan yang dianjurkan yaitu box breathing. Metode ini dilakukan dengan menarik napas perlahan dalam empat hitungan. Kemudian, tahan napas dalam 4 hitungan dan embuskan napas dalam 4 hitungan.

Box breathing yang dilakukan teratur setiap harinya dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis dan membantu proses self-healing.

5. Meditasi

Meditasi merupakan cara self-healing terbaik yang direkomendasikan banyak ahli. Secara garis besar, metode ini dilakukan dengan mengistirahatkan pikiran dalam keheningan, menggunakan kesadaran penuh

Namun, meditasi bukan berarti hanya duduk diam tanpa memikirkan apa pun. Pasalnya, ketika bermeditasi, pikiran akan berseliweran kemana pun dan ini lumrah terjadi.

Meski begitu, individu perlu fokus menata ulang hubungan antara dirinya dengan pikirannya saat bermeditasi.

Artikel Lainnya: Alasan Kenapa Anda Tak Perlu Terlalu Baik pada Orang Lain

Dalam hal ini, meditasi membantu individu mengarahkan pikiran dan suasana hatinya ke arah yang lebih positif dan damai. Metode ini membantu memulihkan dan meremajakan kondisi kesehatan fisik dan mental.

Meditasi dapat mengaktifkan bagian di dalam otak yang bertanggung jawab atas perasaan bahagia dan positif. Bagian otak yang dimaksud yaitu korteks prefrontal kiri.

Temuan tersebut disampaikan dr. Richard Davidson, selaku direktur Laboratory for Affective Neuroscience di University of Wisconsin, Amerika Serikat.

Ia mengatakan, meditasi di saat bersamaan juga menenangkan bagian otak lainnya yang sangat aktif ketika individu merasakan kesal, cemas, depresi, dan marah. Bagian otak yang dimaksud yaitu amigdala dan korteks prefrontal kanan.

“Bagian ini sangat aktif ketika seseorang merasakan perasaan negatif. Namun, meditasi dapat membuat situs-situs otak ini menjadi lebih tenang,” papar dr. Davidson.

Terdapat sejumlah metode meditasi untuk menyembuhkan diri sendiri, di antaranya:

  • Mindfulness Meditation

Salah satu jenis meditasi yang terbukti efektif mengurangi kecemasan dan depresi yaitu mindfulness meditation alias meditasi dengan kesadaran penuh.

Meditasi ini dilakukan dengan memperhatikan hal apa pun yang terjadi saat ini secara saksama. Kemudian, menikmati setiap momennya tanpa ada niat untuk menghakimi segala sesuatu yang terjadi di hari ini, masa lalu, maupun kemudian hari.

  • Grounding Meditation

Rekomendasi meditasi untuk menyembuhkan diri selanjutnya yaitu grounding meditation. Disampaikan Diana Raab Ph.D, dari Psychology Today, metode ini dilakukan dengan meletakkan kaki di tanah ataupun lantai dengan nyaman.

“Lalu, pejamkan mata Anda. Bayangkan akar besar dan panjang tumbuh dari kaki, menyelinap masuk hingga beberapa meter menembus dasar bumi. Kemudian, rasakan tubuh Anda ditarik magnet gravitasi, sehingga membuat tubuh seakan terpaku di tanah,” jelas Diana.

Artikel Lainnya: Cek Dulu, Ini Tanda Anda Butuh Konsultasi ke Psikolog

Ketika merasakan sensasi tubuh menyatu dengan bumi, Diana menambahkan, tarik napas dalam tiga hitungan. Kemudian, tahan dan buang napas, masing-masing dalam empat hitungan.

“Ulangi pola pernapasan ini sebanyak tiga kali. Kemudian, buka mata Anda,” jelasnya.

6. Menulis Jurnal

Psikolog Ikhsan Bella mengatakan, self-healing juga bisa diiringi dengan kebiasaan menulis jurnal. Aktivitas ini dapat dilakukan rutin selama 15-20 menit, dan bisa ditingkatkan sesuai kebutuhan.

“Ketika mengisi jurnal, tulislah apa pun yang dirasakan dan pernah dialami. Journaling ini tujuannya untuk meningkatkan self-awareness dalam diri kita,” kata Ikhsan.

Melalui jurnal, individu juga dapat mengungkapkan rasa syukur terhadap banyak hal dalam hidupnya.

Cara ini membantu menggiring pikiran dan perasaan positif dalam keseharian. Kemudian, meminimalkan perasaan negatif yang tumbuh dan dapat mengganggu proses penyembuhan diri.

7. Menjalani Pola Makan Sehat

Self-healing juga mencakup proses menyembuhkan kondisi kesehatan fisik. Salah satu caranya adalah menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang.

Perbanyak mengonsumsi makanan kaya serat dan nutrisi seperti buah, sayuran, dan kacang-kacangan.

Lalu, hindari asupan tidak sehat, misalnya jenis makanan yang diolah menggunakan minyak terhidrogenasi, gula, dan kafein.

Berdasarkan Berkeley Well Being Institute, jenis makanan itu dapat mengganggu metabolisme tubuh. Hal ini bisa menghambat proses penyembuhan fisik dan mental.

Artikel Lainnya: Sulit Katakan Tidak, Jangan-jangan Anda Seorang People Pleaser

Kapan Harus ke Psikolog?

Menjalani self-healing secara fokus dan disiplin belum tentu dapat membuat seseorang sanggup mengatasi persoalan sepenuhnya.

Jika metode penyembuhan diri ini tidak cukup membantu, artinya individu membutuhkan bantuan profesional seperti psikolog.

Semakin dini bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis diperoleh, kian mudah prosesnya untuk melewati masalah tersebut. Hal ini disampaikan psikolog Daniel J. Reidenberg dari The Psych Professionals.

Karena itu, penting bagi individu yang menjalani self-healing agar mengenal waktu yang tepat untuk berkonsultasi dengan psikolog.

Berdasarkan The Psych Professionals, seseorang harus mengunjungi psikolog jika mengalami sederet hal berikut:

  • Merasakan sedih dan marah secara berlarut dan tidak terkendali.
  • Mengalami trauma dan tidak bisa berhenti memikirkannya.
  • Sering sakit kepala dan nyeri perut yang tidak dapat dijelaskan.
  • Menggunakan obat-obatan ataupun jenis substansi lainnya untuk meredakan gangguan psikologis.
  • Sulit berkonsentrasi dalam bekerja dan keseharian.
  • Stres berat karena masalah di tempat kerja.
  • Tidak bisa lagi menikmati hobi atau aktivitas yang disenangi.
  • Memiliki hubungan buruk dengan keluarga, kekasih, ataupun teman terdekat.

Itulah apa arti self-healing dan cara melakukannya yang tepat. Jika Anda ingin berkonsultasi lebih lanjut, chat psikolog lewat Live Chat. Dapatkan pula informasi kesehatan mental menarik lainnya hanya di aplikasi KlikDokter.

(FR/JKT)

Referensi:

Berkeley Well Being Institute. Diakses 2022. Self-Healing: Definition & Tips for Healing Yourself.

Psychology Today. Diakses 2022. How to Heal Yourself and Others.

The Psych Professionals. Diakses 2022. How do you know if you should see a Psychologist?

WEIL - Andrew Weil, MD. Diakses 2022. The Self-Healing Benefits Of Meditation.

Healthline. Diakses 2022. When to Consult a Psychologist.

Ditinjau oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog.

traumaStrespsikologi.kesehatan mentalPemulihan Diri

Konsultasi Dokter Terkait