Masalah Kesehatan Bayi

Asfiksia Neonatorum

dr. Adeline Jaclyn, 22 Okt 2022

Ditinjau Oleh

Asfiksia neonatorum adalah kondisi ketika janin tidak mendapat aliran darah atau pertukaran udara yang cukup saat sebelum, selama, atau setelah persalinan.

Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum

Dokter spesialis

Spesialis anak

Gejala

Kulit bayi pucat atau kebiruan, bibir bayi kebiruan, otot-otot di dada terlihat berkontraksi, denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat, bayi lunglai dan merintih

Faktor risiko

Preeklampsia, cairan ketuban terdapat mekonium, persalinan lama lebih dari 24 jam, gawat janin, perdarahan selama kehamilan, lahir prematur, berat badan lahir rendah

Cara diagnosis

Skor APGAR, rontgen dada

Pengobatan

Pengobatan tergantung penyebab

Komplikasi

Gangguan neurologis, gangguan pernapasan, hipertensi pulmonal, serta disfungsi hati, otot jantung, dan ginjal.

Kapan Harus ke Dokter?

Kejadian asfiksia neonatorum umumnya ditemukan segera setelah lahir

Pengertian Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum atau disebut asfiksia perinatal adalah kondisi ketika janin tidak mendapatkan aliran darah atau pertukaran udara yang cukup saat sebelum, selama, atau setelah proses persalinan.

Kondisi ini tergolong serius karena dapat menyebabkan gangguan perkembangan, bahkan kematian bayi.

Penyakit asfiksia neonatorum dapat pula menyebabkan gangguan perkembangan bayi hingga saat dewasa nanti.

Artikel Lainnya: Mengenal Panjang dan Berat Badan Bayi Baru Lahir Normal

Penyebab Asfiksia Neonatorum

Terdapat banyak penyebab asfiksia neonatorum, di antaranya adalah:

1. Penyakit Membran Hialin 

Penyakit membran hialin adalah masalah paru-paru pada bayi baru lahir akibat paru bayi belum matang.

Pada saat masih dalam kandungan, paru-paru bayi dalam keadaan mengempis dan tidak bisa menerima oksigen.

Lalu pada usia kehamilan 34–35 minggu, normalnya paru akan mengalami pematangan sehingga paru mengembang dan dapat menerima oksigen.

Bila bayi dilahirkan sebelum usia kehamilan 34–35 minggu, ada kemungkinan parunya belum cukup matang. Besar kemungkinan bayi akan lahir dengan penyakit membrane hialin.

2. Sindrom Aspirasi Mekonium

Sindrom aspirasi mekonium, yaitu sesak napas pada bayi yang terjadi akibat feses bayi baru lahir (disebut mekonium) terhirup ke dalam saluran pernapasan, hingga masuk ke paru.

Dalam keadaan normal, mekonium seharusnya baru dikeluarkan bayi dalam 24 jam setelah kelahiran. Pada kondisi ini, mekonium dikeluarkan saat bayi masih di dalam rahim ibu.

Kondisi ini biasanya terjadi bila bayi mengalami gawat janin, yaitu kondisi kehamilan yang menyebabkan kesehatan janin terganggu, misalnya terlilit tali pusat atau infeksi di dalam rahim.

3. Transient Tachypnea of Newborn (TTN)

Transient tachypea of newborn (TTN) adalah sesak napas yang terjadi pada bayi baru lahir akibat parunya masih banyak terisi oleh cairan amnion (air ketuban).

Normalnya, saat bayi masih di dalam kandungan, parunya dalam keadaan terendam oleh cairan amnion.

Saat proses persalinan normal, bayi melewati jalan lahir yang sempit. Paru bayi pun akan “diperas” sehingga cairan amnion keluar dari paru.

Proses pemerasan ini tidak terjadi pada bayi yang lahir melalui persalinan sesar, sehingga timbullah kondisi TTN.

4. Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi di paru bayi baru lahir sehingga paru tidak dapat mengambil oksigen dan terhambat membuang karbondioksida.

Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya terjadi akibat infeksi di dalam rahim saat bayi masih dalam kandungan.

Selain itu, ada beberapa penyebab asfiksia neonatorum lain, yaitu:

  • Emboli cairan ketuban
  • Ruptur uteri
  • Solusio plasenta
  • Kompresi tali pusat
  • Infeksi

Artikel Lainnya: Jenis Penyakit Pernapasan yang Rentan Dialami Bayi Baru Lahir

Faktor Risiko Asfiksia Neonatorum

Faktor risiko yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain:

Gejala Asfiksia Neonatorum

Beberapa tanda dan gejala asfiksia neonatorum yang diperlihatkan bayi adalah sebagai berikut:

  • Kulit bayi tampak pucat atau kebiruan
  • Bibir kebiruan
  • Otot-otot di dada terlihat berkontraksi untuk membantu pernapasan
  • Denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat
  • Bayi tampak lunglai
  • Bayi terdengar merintih

Diagnosis Asfiksia Neonatorum

Ada tidaknya asfiksia neonatorum dapat langsung diketahui oleh dokter sesaat setelah bayi lahir dengan menghitung skor APGAR, yaitu:

  • Appearance (apakah bayi tampak biru atau tidak)
  • Pulse (menilai denyut jantung bayi)
  • Grimace (menilai respons bayi bila diberi rangsangan)
  • Activity (melihat kontraksi otot bayi)
  • Respiration (menilai bunyi napas bayi, terdengar atau tidak)

Masing-masing komponen tersebut diberi skor 0, 1, atau 2. Semakin baik kondisi bayi, skor APGAR semakin tinggi.

Seorang bayi dianggap mengalami asfiksia neonatorum bila skor APGARnya di bawah 7.

Selain pemeriksaan skor APGAR, umumnya foto rontgen dada juga akan dilakukan untuk membantu mengetahui lebih detail penyebab asfiksia neonatorum.

Artikel lainnya: Kondisi Kulit Bayi Baru Lahir dan Artinya bagi Kesehatan

Pengobatan Asfiksia Neonatorum

Cara mengobati asfiksia neonatorum berbeda-beda, bergantung pada penyebabnya.

Namun secara umum, bayi yang mengalami asfiksia neonatorum akan mendapatkan 

1. Suplementasi Oksigen 

Pemberian oksigen saat lahir dan perlu menjalani perawatan yang intensif di rumah sakit.

Bila asfiksia neonatorum disebabkan oleh gangguan membran hialin, umumnya bayi akan dipasangi CPAP (continuous positive airway pressure).

Alat ini membantu pernapasan bayi dengan cara memasukkan tekanan positif ke paru sehingga paru mengembang. Selain itu, surfaktan (zat untuk mengembangkan paru) juga dapat diberikan.

2. Menyedot Mekonium

Jika asfiksia disebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium, segera setelah bayi lahir, dokter akan menyedot mekonium di sepanjang saluran pernapasan menggunakan suction

Apabila mekonium yang masuk ke saluran napas cukup banyak, umumnya pemasangan ventilator dan perawatan di ICU juga perlu dilakukan.

3. Pemberian Antibiotik

Selain itu, umumnya antibiotik juga diberikan untuk mencegah dan mengatasi infeksi paru.

Jika asfiksia neonatorum terjadi akibat pneumonia, pengobatan dengan antibiotik wajib diberikan agar efektif. Antibiotik akan diberikan dengan cara disuntik atau diinfus ke pembuluh darah bayi.

Asfiksia yang disebabkan oleh transient tachypnea of newborn umumnya akan hilang dengan sendiri dalam waktu tiga hari setelah lahir. Selama sesak masih terjadi, biasanya bayi cukup diberikan oksigen.

Pencegahan Asfiksia Neonatorum

Tidak semua kasus asfiksia neonatorum dapat dicegah. Ibu hamil disarankan untuk melakukan kontrol secara teratur ke dokter kandungan.

Kontrol teratur bisa membantu memastikan kondisi kehamilan dan kesehatan janin dalam kondisi baik. Dengan demikian risiko bayi mengalami asfiksia neonatorum pun bisa menurun.

Komplikasi Asfiksia Neonatorum

Komplikasi asfiksia neonatorum dapat menyebabkan efek sistemik berupa gangguan neurologis, gangguan pernapasan, hipertensi pulmonal, serta disfungsi hati, otot jantung, dan ginjal.

Gangguan neurologis yang terjadi berupa defisit neurologis permanen

Kapan Harus ke Dokter?

Umumnya, kejadian asfiksia neonatorum ditemukan segera setelah lahir. Dokter akan melakukan tindakan sesuai dengan kondisi bayi.

Konsultasikan kesehatan si kecil langsung dengan dokter spesialis anak. Jangan tunggu sakit memberat ya Mama.

Gunakan juga fitur KlikDokter yang lain seperti buat janji dengan dokter, pesan layanan kesehatan, belanja di KALStore dan jangan lupa download aplikasi KlikDokter.

#JagaSehatmu setiap hari.

[HNS/NM]