Covid-19

Mencium Bau Busuk Bisa Jadi Gejala COVID-19 Omicron

Tri Yuniwati Lestari, 08 Feb 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Mencium bau busuk diyakini sebagai salah satu gejala COVID-19 Omicron. Benarkah demikian? Berikut penjelasannya.

Mencium Bau Busuk Bisa Jadi Gejala COVID-19 Omicron

Batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan kehilangan indra penciuman merupakan contoh gejala umum infeksi virus corona. Tetapi, peneliti menemukan adanya perbedaan antara gejala COVID-19 biasa dengan yang disebabkan Omicron.

Mereka mengatakan, mencium bau busuk dapat menjadi gejala COVID Omicron. Simak penjelasan dan risetnya berikut ini.

Gejala Mencium Bau Busuk pada COVID Omicron, Apa Sebabnya?

Gejala kehilangan penciuman memang tidak banyak dilaporkan pada pasien Omicron. Tetapi, para peneliti dari King's College London mengatakan, kehilangan indra perasa atau penciuman juga merupakan salah satu gejala Omicron.

Menurut beberapa laporan yang dikumpulkan melalui survei pada salah satu aplikasi pemantau COVID-19, mereka yang terpapar COVID Omicron kerap mencium bau tidak sedap atau bau busuk. 

Oleh karena itu, beberapa peneliti menyarankan untuk memperbarui daftar gejala virus corona, terutama yang mencerminkan gejala varian Omicron.

Artikel Lainnya: Benarkah Faktor Genetik Pengaruhi Keparahan Gejala COVID-19?

Namun, sebenarnya gejala mencium bau tidak sedap tidak hanya terjadi pada penderita varian Omicron. Beberapa pasien dengan varian COVID-19 lainnya juga pernah melaporkan hal yang sama.

Gejala mencium bau yang tidak sedap dalam medis disebut juga dengan parosmia. Orang yang mengalami gejala ini dapat mencium bau-bau aneh seperti hasil pembakaran, kotoran, jamur, daging busuk, atau bahan kimia.

Sampai saat ini para peneliti belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan infeksi COVID-19 mengembangkan parosmia, phantosmia (mencium bau yang sebenarnya tidak ada), dan anosmia (kehilangan penciuman total).

Namun, banyak ilmuwan yang setuju bahwa coronavirus menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) untuk masuk ke sel dengan mengikat protein lonjakan.

Reseptor itu ditemukan pada sel pendukung neuron penciuman. Itu sebabnya penyakit infeksi virus ini menyebabkan masalah penciuman.

Artikel Lainnya: Kenapa Infeksi Varian Omicron Sebabkan Gejala Ringan

Perbedaan Gejala Omicron dan Delta

Beberapa penelitian mengungkapkan, gejala dari varian Omicron relatif lebih ringan dibanding Delta. Tetapi, tingkat penularannya lebih tinggi.

Saat terinfeksi varian Delta, bersin serta kehilangan indra penciuman dan perasa menjadi gejala khas. Sedangkan, pada varian Omicron, kehilangan penciuman dan pengecapan jarang terjadi.

Kemudian, rasa menggigil atau dingin terus-menerus juga merupakan ciri khas gejala Delta, tetapi tidak banyak dilaporkan pada pasien Omicron

Gejala umum Omicron adalah pilek, diikuti dengan sakit kepala, kelelahan, dan bersin.

Dilansir dari Times of India, hampir 73 persen orang yang terjangkit varian Omicron mengalami pilek. Kemudian, 68 persen mengalami sakit kepala, 64 persen kelelahan, dan 60 persen bersin-bersin.

Namun, penelitian ini tidak menjelaskan berapa banyak orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi mengalami gejala khas ini.

Perubahan gejala dapat disebabkan oleh mutasi virus corona. Vaksinasi berperan besar dalam mengurangi keparahan infeksi dan risiko rawat inap.

Jika Anda mengalami perubahan penciuman atau mencium bau-bau tidak sedap yang tak wajar, segera periksakan diri ke dokter. Tidak perlu khawatir, penciuman akan kembali normal seiring waktu dengan pengobatan yang tepat.

Berkonsultasi dengan dokter dapat lebih mudah dan cepat melalui layanan LiveChat di aplikasi KlikDokter.

(FR/AYU)

Referensi:

  • News Medical Life Sciences. Diakses 2022. Researchers tease out the differences between sense of smell distortions related to COVID-19.
  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses 2022. Omicron Variant: What You Need to Know.
  • Times of India. Diakses 2022. Coronavirus: How Omicron symptoms differ from Delta and previous COVID variants.
Omicronpenciumancoronavirus

Konsultasi Dokter Terkait