HomeInfo SehatDiabetesKenapa Koyo KB Tidak Boleh Digunakan Penderita Diabetes?
Diabetes

Kenapa Koyo KB Tidak Boleh Digunakan Penderita Diabetes?

Aditya Prasanda, 26 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Meski praktis digunakan, koyo KB ternyata tidak boleh dipakai penderita diabetes. Ini alasannya menurut dokter.

Kenapa Koyo KB Tidak Boleh Digunakan Penderita Diabetes?

Wanita pengidap diabetes tidak direkomendasikan menggunakan koyo KB atau birth control patch.

Koyo KB merupakan jenis kontrasepsi yang ditempelkan di kulit. Area penempatannya meliputi punggung, perut, lengan atas, bahu, maupun bokong.

Untuk mencegah kehamilan, birth control patch memiliki cara kerja serupa pil KB kombinasi.

Lantas, mengapa koyo KB tidak boleh digunakan diabetesi (penderita diabetes)? Simak penjelasan berikut.

 

Alasan Birth Control Patch Tidak Boleh Digunakan Diabetesi

Disampaikan dr. Reza Fahlevi, alasan utama koyo KB tidak boleh digunakan diabetesi adalah karena produk medis ini termasuk jenis kontrasepsi hormonal.

Di dalam birth control patch, terdapat dua jenis hormon pencegah kehamilan. Hormon yang dimaksud, yaitu estrogen dan progestin (progesteron sintetis).

Ketika ditempelkan di kulit, kedua hormon ini akan meresap ke kulit dan memasuki aliran darah.

Lewat darah, kombinasi hormon mencegah ovarium melepaskan sel telur. Keduanya juga berperan mengentalkan lendir serviks, sehingga mencegah sperma mencapai sel telur.

Nah, [sebab kandungannya tersebut] sebaiknya koyo KB tidak digunakan pada penderita diabetes. Karena, dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik lainnya” jelas dr. Reza.

Artikel Lainnya: Jenis KB yang Aman untuk Penderita Diabetes

Setidaknya terdapat beberapa mekanisme efek koyo KB dalam meningkatkan risiko diabetes, antara lain:

1. Resistensi Insulin

Hormon estrogen di dalam birth control patch dapat menyebabkan resistensi insulin. Kondisi ini merupakan penurunan kemampuan sel tubuh dalam merespons hormon insulin.

Insulin merupakan hormon yang bertugas membantu sel tubuh menyerap dan mengubah gula darah menjadi energi. Ketika resistensi insulin terjadi, kadar gula darah mengalami peningkatan. Lonjakan gula darah dapat memperburuk kondisi diabetes.

Koyo KB menimbulkan efek samping berupa peningkatan gula darah. Karena itu, kontrasepsi hormonal ini umumnya tidak direkomendasikan untuk diabetesi.

Sebuah studi yang dihimpun University of Colorado mengungkapkan, diabetesi wanita yang menggunakan KB hormonal selama lebih dari dua tahun berisiko tinggi mengalami komplikasi penyakit metabolik, berupa kerusakan ginjal, mata, dan saraf.

Artikel Lainnya: Viral Koyo KB, Ini Fakta Medisnya

2. Obesitas

Seperti disampaikan dr. Reza, penggunaan koyo KB dapat menyebabkan obesitas. Kondisi penumpukan lemak berlebih ini merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko diabetes.

Hal ini terjadi karena birth control patch memicu perubahan hormonal di dalam tubuh diabetesi. Salah satu dampaknya yaitu meningkatkan nafsu makan penderita diabetes.

Pola makan tidak terkontrol pada gilirannya dapat menyebabkan kelebihan berat badan hingga obesitas.

Berdasarkan Diabetes.co.uk, penderita obesitas 80-85 persen berisiko tinggi mengembangkan diabetes tipe 2. Pasalnya, lemak perut orang obesitas membuat sel-sel lemak mengeluarkan zat yang dapat menimbulkan peradangan.

Peradangan membuat sensitivitas tubuh terhadap insulin berkurang. Hal ini memicu resistensi insulin yang dapat memperburuk kondisi diabetes.

Itu dia alasan kenapa koyo KB tidak boleh digunakan penderita diabetes. Wanita pengidap penyakit metabolik sangat disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter sebelum memilih alat pencegah kehamilan.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar diabetes, konsultasi lebih mudah dan cepat lewat Live Chat di aplikasi KlikDokter.

(FR/JKT)

Referensi:

Ob-Gyn University of Colorado. Diakses 2021. Diabetes & Birth Control.

Everyday Health. Diakses 2021. Type 2 Diabetes and Birth Control.

Diabetes.co.uk. Diakses 2021. Diabetes and Obesity.

KBKontrasepsiDiabetes

Konsultasi Dokter Terkait