HomeInfo SehatCovid-19Mutasi COVID B.1.351 Disebut Tekan Efektivitas Vaksin, Ini Kata Dokter
Covid-19

Mutasi COVID B.1.351 Disebut Tekan Efektivitas Vaksin, Ini Kata Dokter

Tri Yuniwati Lestari, 13 Apr 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Mutasi virus corona tak bisa dihindari. Ahli mengkhawatirkan varian COVID B.1.351 bisa menurunkan efektivitas vaksin yang sudah ada. Ini kata dokter.

Mutasi COVID B.1.351 Disebut Tekan Efektivitas Vaksin, Ini Kata Dokter

Berjalannya vaksinasi COVID-19 di berbagai belahan dunia, diiringi mutasi baru virus corona yang terus bermunculan. Salah satu varian yang tengah mengkhawatirkan saat ini adalah B.1.351. Varian tersebut dianggap dapat memengaruhi efektivitas vaksin COVID-19.

Tak hanya itu, mutasi COVID B.1.351 diduga dapat mengancam kekebalan alami yang dikembangkan oleh penyintas COVID-19. Benarkah demikian? Berikut informasinya.

Mutasi Corona B 1351 Turunkan Efektivitas Vaksin COVID-19?

Varian B.1.351 pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan. Dalam eksperimen laboratorium, peneliti melaporkan kalau vaksin Pfizer-BioNTech kehilangan beberapa potensinya dalam melawan varian baru ini.

Dalam studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, para peneliti dari Pfizer, BioNTech, dan University of Texas Medical Branch memeriksa seberapa baik darah orang yang telah menerima suntikan Pfizer melawan virus mutasi B.1.351.

Hasilnya, peneliti melaporkan, ada penurunan kekuatan sekitar dua pertiga dibandingkan saat melawan varian lain virus SARS-CoV-2.

Tak hanya itu, kini Pfizer dan Moderna sedang mengembangkan booster untuk vaksin mereka guna meningkatkan efektivitas melawan strain B.1.351.

Artikel lainnya: Mengenal Mutasi Virus Corona N439K, Apa Lagi Itu?

Hal ini dilakukan karena sudah ada beberapa indikasi infeksi ulang COVID-19 dan kemungkinan penurunan kekebalan alami penyintas terhadap varian ini. Para peneliti menilai booster tahunan mungkin diperlukan untuk mengantisipasi varian virus corona.

Tak hanya Pfizer, data klinis dari tiga vaksin lain, yakni AstraZeneca, Novavax, dan Johnson & Johnson, juga menunjukkan bahwa vaksin tak terlalu optimal dalam memblokir COVID-19 varian B.1.351.

Nah, bagaimana tanggapan dokter soal dampak mutasi virus corona dan vaksin tersebut?

Dijelaskan dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, pada dasarnya, vaksin COVID-19 memancing terbentuknya antibodi tubuh terhadap suatu virus. Jika terjadi mutasi, maka dengan mudah virus itu menghindari antibodi yang sudah dibentuk oleh vaksin.

Itulah sebabnya, efikasi dari vaksin tersebut menurun. Dokter Iqbal menambahkan, dibutuhkan modifikasi vaksin yang sudah ada agar dapat menyesuaikan dengan mutasi virus corona yang baru, termasuk B.1.351.

Artikel lainnya: Lawan Mutasi Virus Corona, Lakukan Proteksi Ekstra di Rumah

“Sebenarnya, semua merek vaksin bisa turun efikasinya kalau memang mutasi virus ini cukup ganas, penularannya cukup cepat. Jadi, semua vaksin, termasuk AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna, semua bisa turun efikasinya kalau memang mutasi virus cukup cepat penularannya,” kata dr. Iqbal.

Apakah Vaksin COVID-19 Tetap Mampu Atasi Mutasi? 

Meskipun varian COVID B.1.351 ini ada di dalam masyarakat, Anda tidak perlu terlampau khawatir.

Pasalnya, menurut dr. Iqbal, sampai saat ini secara general vaksin yang beredar masih efektif mengurangi penularan, angka keparahan, ataupun tingkat kematian.

Vaksin dinilai tetap dapat meningkatkan perlindungan dan respons kekebalan yang lebih kuat. Penguat dosis tunggal yang diberikan kepada penyintas COVID-19 pun dapat meningkatkan dan memperpanjang respons kekebalan alami tersebut.

“Meskipun efektivitas vaksin berkurang, tetap masih bisa untuk membentuk antibodi karena memang WHO masih menyatakan vaksin COVID-19 yang ada masih efektif. Belum cukup data yang mengatakan vaksin ini tidak bisa digunakan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian,” dr. Iqbal Ramadhan menegaskan.

Yuk, ikuti terus perkembangan virus corona dan vaksinasinya di seluruh dunia dengan membaca informasi selengkapnya di aplikasi Klikdokter

[HNS/JKT]

virus coronavaksin

Konsultasi Dokter Terkait