Covid-19

Vaksin AstraZeneca Terbuat dari Adenovirus Simpanse, Apakah Itu?

Tri Yuniwati Lestari, 15 Mar 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Indonesia bakal menggunakan vaksin AstraZeneca yang terbuat dari adenovirus hewan simpanse. Untuk mengetahui lebih dalam tentang vaksin tersebut, simak penjelasan berikut ini.

Vaksin AstraZeneca Terbuat dari Adenovirus Simpanse, Apakah Itu?

Senin kemarin (08/03), Indonesia telah menerima 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca yang dikembangkan oleh Oxford University di Inggris. Rencananya, AstraZeneca akan menjadi vaksin kedua yang digunakan untuk program vaksinasi COVID-19 di Indonesia.

Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) juga sudah memberikan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) terhadap vaksin AstraZeneca.

Namun, berbeda dengan vaksin Sinovac yang menggunakan strain virus mati dari SARS-COV-2, AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus dari hewan simpanse.

Lantas, apa itu adenovirus simpanse? Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut ini.

Apa itu Adenovirus Simpanse?

Dilansir dari Forbes, peneliti dari Universitas Oxford mengembangkan vaksin AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus dari hewan simpanse. Artinya, di dalam vaksin tersebut mengandung virus yang menginfeksi simpanse.

Adenovirus dari simpanse ini sudah dimodifikasi secara genetik untuk menghindari risiko penyakit ketika disuntikkan ke tubuh manusia.

Dalam pembuatannya, virus dari simpanse dimodifikasi dengan cara membawa bagian kecil dari virus corona yang disebut sebagai protein spike.

Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, saat disuntikkan ke tubuh, vaksin adenovirus akan memicu respons kekebalan tubuh terhadap lonjakan protein. Nantinya, tubuh akan menghasilkan antibodi dan sel memori yang mampu mengenali virus corona.

Dilansir dari beberapa sumber, masyarakat tak perlu khawatir karena virus yang telah dimodifikasi ini tidak bisa mereplikasi atau memperbanyak dirinya ketika berada di dalam tubuh.

Artikel Lainnya: Alasan Uji Coba Vaksin Virus Corona AstraZeneca Dihentikan

Mengapa Adenovirus Simpanse Cocok Untuk Vaksin COVID-19?

Perlu diketahui, vaksin vektor adenovirus ini sebenarnya telah dikembangkan sejak lama. Vaksin tersebut sering diuji untuk mengatasi berbagai penyakit mulai dari flu, virus zika, kanker prostat, hingga chikungunya.

Kendati begitu, vaksin adenovirus selama ini tidak pernah disetujui penggunannya. Karena dalam proses pengembangannya, vaksin adenovirus dilaporkan tidak efektif untuk melawan penyakit atau virus apa pun.

Sejumlah penelitian mengatakan, vaksin adenovirus dianggap tidak efektif karena dapat menyerang sistem kekebalan tubuh sendiri. Bahkan, sebagian orang ada yang sudah punya antibodi adenovirus.

Oleh karena itu, para peneliti vaksin AstraZeneca menggunakan adenovirus yang ada di tubuh simpanse. Alasannya, karena jumlah antibodi adenovirus simpanse di dalam tubuh manusia masih sedikit.

Artikel Lainnya: Medfact: Vaksin AstraZeneca Mengandung Janin Bayi?

Setelah melalui serangkaian percobaan dan uji klinis, akhirnya vaksin adenovirus simpanse ditemukan mampu memicu respons kekebalan tubuh terhadap COVID-19.

“Selain melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali protein virus corona, vaksin adenovirus bisa meningkatkan respons imun yang kuat hanya dengan dosis tunggal atau sekali suntik. Penggunaan simpanse karena paling mirip (DNA-nya) dengan manusia,” ucap dr. Dyah Novita.

Selain itu, Kepala BPOM Penny Lukito menuturkan, vaksin AstraZeneca memiliki efikasi sebesar 62,1 persen.

Dilihat dari aturan yang diberikan Badan Kesehatan Dunia (WHO), nilai efikasi tersebut sudah memenuhi persyaratan izin penggunaan darurat vaksin COVID-19 yang minimal harus sebesar 50 persen.

Artikel Lainnya: Menguak Fakta di Balik Vaksin AstraZeneca untuk COVID-19

Vaksin dari Adenovirus Simpanse Disinyalir Lebih Unggul

Vaksin AstraZeneca dianggap lebih unggul daripada vaksin berbasis teknologi mRNA seperti Pfizer dan Moderna.

Sebab, vaksin adenovirus menggunakan DNA dan tidak mudah rapuh dibandingkan dengan vaksin berbasis RNA.

Lapisan protein adenovirus juga bisa membantu melindungi materi genetik di dalamnya. Hasilnya, vaksin yang terbuat dari vektor adenovirus tidak mesti dibekukan seperti beberapa vaksin lain.

Vaksin ini disinyalir dapat bertahan setidaknya selama enam bulan ketika disimpan pada suhu 2-8 derajat Celsius. Perusahaan lain yang juga sedang mengembangkan vaksin adenovirus untuk COVID-19 adalah Johnson & Johnson.

Itu dia tadi penjelasan mengenai pengembangan vaksin COVID-19 dari AstraZeneca yang dikembangkan dengan vektor adenovirus simpanse. Simak terus perkembangan vaksinasi di Indonesia dengan membaca informasi terbaru di aplikasi Klikdokter.

(OVI/JKT)

virus coronavaksin covid-19

Konsultasi Dokter Terkait