Covid-19

Menguak Fakta di Balik Vaksin AstraZeneca untuk COVID-19

Nesia Qurrota Ayuni, 25 Nov 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Vaksin AstraZeneca menggunakan teknologi yang berbeda dengan Pfizer dan Moderna. Vaksin ini dianggap lebih ramah untuk negara berkembang. Berikut fakta-faktanya.

Menguak Fakta di Balik Vaksin AstraZeneca untuk COVID-19

Baru-baru ini perusahaan farmasi Inggris, AstraZeneca, mengumumkan efektivitas vaksin buatannya setelah melalui uji tahap terakhir. Hasilnya, rata-rata efektivitas vaksin virus corona tersebut mencapai 70 persen.

Saat vaksin diberikan setengah dosis dan diikuti dosis penuh selang satu bulan kemudian, kemanjurannya bisa mencapai 90 persen. Namun, ketika dua dosis penuh diberikan berjarak sebulan, hasilnya bisa lebih rendah yaitu hanya 62 persen.

Mengenal Vaksin AstraZeneca Lebih Dekat

Klaim AstraZeneca tersebut menyusul dua perusahaan farmasi lain, yakni Pfizer dan Moderna, dalam mengumumkan efektivitas vaksin buatannya.

Pfizer dan Moderna sebelumnya menyebut, vaksin yang mereka kembangkan efektif melindungi diri dari virus corona hingga 95 persen. Itu berarti, dari segi efektivitas, vaksin AstraZeneca yang sejatinya dikembangkan bersama University of Oxford, sedikit lebih rendah.

Meski begitu, vaksin AstraZeneca disebut memiliki keunggulan lain yang tidak kalah penting. Vaksin ini dapat disimpan pada suhu lemari es, sehingga distribusinya ke berbagai negara akan lebih mudah.

Artikel Lainnya: Ini Alasan Pemberian Vaksin Virus Corona Tak Cukup Sekali

Berangkat dari keunggulan tersebut, dr. Muhammad Iqbal Ramadhan menyebut vaksin AstraZeneca akan lebih bersahabat bagi negara-negara berkembang.

Alasannya, vaksin AstraZeneca hanya butuh tempat penyimpanan dengan suhu setara lemari es, yaitu berkisar antara -6 sampai -8 derajat Celsius. Tidak seperti Pfizer yang butuh tempat khusus bersuhu minus 70 derajat Celsius, dan Moderna yang butuh suhu minus 20 derajat Celsius.

Di samping itu, harga vaksin AstraZeneca juga dijanjikan akan jauh lebih murah daripada 2 kandidat vaksin virus corona lainnya.

Cara Kerja Vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca menggunakan pendekatan yang berbeda dengan Pfizer dan Moderna. Vaksin asal Inggris tersebut memakai virus flu biasa yang telah dimodifikasi secara genetik dengan memasukkan gen Virus SARS-CoV-2 — penyebab COVID-19.

“Kalau vaksin AstraZeneca itu menggunakan vektor adenovirus. Jadi, dia menyuntikkan virus yang tidak aktif atau kurang aktif untuk merangsang respons kekebalan (tubuh),” jelas dr. Iqbal. 

“Kalau Pfizer, dia itu menyuntikkan materi genetik yang membuat tubuh seseorang menjadi bagian dari virus sehingga memicu respons kekebalan (tubuh),” imbuhnya.

Artikel Lainnya: Kenapa Ada Orang yang Dapat Prioritas Vaksin Virus Corona?

Bagaimana dengan efektivitas vaksin AstraZeneca yang disinyalir lebih rendah dibanding vaksin virus corona lainnya?

Menurut dr. Iqbal, hal tersebut kemungkinan terkait dengan mekanisme kekebalan tubuh seseorang. Maksudnya, bisa saja sistem kekebalan tubuh menolak vaksin jika diberikan dengan dosis awal yang terlalu besar.

“Bahwa memang sekarang penelitiannya seperti itu. Jadi, mungkin nantinya vaksin AstraZeneca akan diberikan berdasarkan hasil penelitian yang efektivitasnya lebih tinggi; yaitu setengah dosis, lalu dilanjutkan dengan dosis penuh,” ucap dr. Iqbal.

Di samping vaksin AstraZeneca, ada pula beberapa vaksin lain berteknologi serupa yang sedang dikembangkan; yakni vaksin dari Rusia dan CanSino dari Cina. Mereka  memanfaatkan virus yang tidak berbahaya untuk mengirimkan muatan guna mengajari sistem kekebalan tubuh cara melawan virus corona yang sebenarnya.

Kabar mengenai perkembangan vaksin virus corona yang mendekati final membawa angin segar bagi banyak orang. Diharapkan, vaksin-vaksin tersebut dapat segera diselesaikan dan didistribusikan, untuk mengatasi pandemi corona.

Ingin tahu lebih detail mengenai vaksin AstraZeneca atau vaksin virus corona lainnya? Anda dapat berkonsultasi lebih lanjut kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau dengan mengunduh aplikasi KlikDokter.

(NB/JKT)

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait