HomeInfo SehatBerita KesehatanSelain Playing Victim, Sudah Tahukah Anda tentang Victim Blaming?
Berita Kesehatan

Selain Playing Victim, Sudah Tahukah Anda tentang Victim Blaming?

dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, 05 Des 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Ada banyak cara untuk merespons suatu peristiwa besar. Salah satunya adalah victim blaming. Yuk, cari tahu lebih banyak di sini!

Selain Playing Victim, Sudah Tahukah Anda tentang Victim Blaming?

Dalam mengatur emosi saat menghadapi sebuah peristiwa besar, terutama yang cenderung negatif, ada berbagai cara yang dilakukan oleh seseorang. Salah satu yang kerap dilakukan adalah playing victim. Namun, selain playing victim, ada sisi lain yang sering juga disebut dengan victim blaming.

Playing victim dan victim blaming

Salah satu cara seseorang menghadapi sebuah peristiwa atau masalah adalah dengan mengambil peran sebagai korban, baik secara sadar maupun tidak. Hal inilah yang disebut dengan playing victim. Menurut pakar, cara ini biasa dilakukan oleh mereka yang merasa takut atau tidak berani menghadapi dan mengakui keberadaan amarah dalam dirinya. 

Adanya rasa takut ini ditambah kekhawatiran akan mendapat tekanan atau perlawanan dari orang lain, membuat orang yang kerap melakukan playing victim lebih dulu mengambil peran korban. Ini diambil sebelum dia diicap sebagai pihak negatif oleh sekitar.

Di sisi lain, dalam merespons adanya peristiwa atau bahkan tragedi yang terjadi pada orang lain, masyarakat juga kerap melakukan victim blaming atau sikap menyalahkan korban. Ini adalah sebuah respons terhadap sebuah peristiwa dimana terdapat korban dan pelaku.

Seseorang yang melakukan victim blaming berarti memiliki respons yang condong ke menyalahkan korban atas apa yang terjadi pada dirinya. Orang tersebut tidak menyalahkan si pelaku, bahkan membenarkan tindakannya.

Sikap ini banyak terjadi terutama pada kasus-kasus seperti pelecehan seksual, baik yang ringan hingga berat, atau kasus pencurian.

Banyak kasus victim blaming didasari oleh ketidaktahuan dan ketidakpedulian orang lain akan detail peristiwa. Respons ini juga banyak dilakukan akibat adanya perasaan atau ilusi bahwa dengan menyalahkan korban, dunia seperti merupakan sebuah tempat yang aman. 

Alasannya, tidak ada orang yang sungguh-sungguh ingin merugikan atau mencelakakan orang lain, jika bukan dipicu oleh si korban itu sendiri.

Sebagai contoh dalam sebuah kasus pemerkosaan. Orang yang victim blaming akan lebih condong menyalahkan pakaian korban saat peristiwa terjadi atau mencari-cari kondisi lain. Misalnya, seperti korban yang pulang malam sendirian.

Contoh lain dalam kasus pencurian ponsel. Pelaku victim blaming akan menyalahkan kondisi korban yang menggunakan ponselnya di tempat umum hingga menarik perhatian. Seolah-olah kesalahan pelaku sebagai penyebab utama dikesampingkan.

Victim blaming di masyarakat dan pencegahannya

Dalam masyarakat Indonesia sendiri, victim blaming masih merupakan sesuatu kerap terjadi. Hal ini erat hubungannya dengan nilai budaya dan moral di Indonesia yang tak jarang keliru penerapannya.

Tentunya, nilai-nilai tersebut tak seharusnya menjadi dasar atas sebuah perundungan terutama terhadap korban dari peristiwa yang tidak mengenakkan. Untuk itu, diperlukan adanya kesadaran dan edukasi lebih marak terkait victim blaming itu sendiri.

Cegah kecenderungan untuk melakukan victim blaming dengan fokus terhadap hal penting saat mendengar atau menghadapi sebuah peristiwa atau kasus yang tidak mengenakkan. Misalnya, pastikan korban telah aman dan merasa nyaman.

Jangan lupa juga bahwa terbuka untuk menceritakan apa yang dialami tidak selalu mudah bagi korban. Karena itu, hargai dan berikan mereka waktu. Pastikan juga hak-hak korban, terutama jika kasusnya terkait hukum, sudah terpenuhi dan korban memiliki informasi lengkap tentang hal ini.

Tak kalah penting lagi, hindari mengaitkan peristiwa atau perasaan korban dengan emosi pribadi. Pastikan juga telah mendapat informasi dari berbagai sisi dan dahulukan logika sebelum menilai atau bahkan menghakimi. Ini baik korban maupun pelaku.

Sikap victim blaming pada akhirnya tidak akan membantu siapa-siapa, justru memojokkan korban lebih jauh. Daripada saling menyalahkan, lebih baik berhenti memarginalisasi korban dan bersikap lebih baik dalam menghadapi berbagai peristiwa di sekitar.

[HNS/AYU]

BullyingVictim Blaming

Konsultasi Dokter Terkait