Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatBerita Kesehatandr. Mangku Sitepoe: Berpegang Teguh pada Prinsip Altruisme
Berita Kesehatan

dr. Mangku Sitepoe: Berpegang Teguh pada Prinsip Altruisme

Krisna Octavianus Dwiputra, 25 Okt 2019

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Tujuannya jelas, ingin membantu sesama. Prinsip altruisme itu pun dipegang teguh sampai sekarang oleh dr. Mangku Sitepoe.

dr. Mangku Sitepoe: Berpegang Teguh pada Prinsip Altruisme

Usianya tak muda lagi, 84 tahun! Tapi daya ingat dr. drh. Mangku Sitepoe masih luar biasa hebat ketika menceritakan tiap detail dalam hidupnya. Namun, satu hal yang membuat setiap orang berdecak kagum padanya adalah prinsipnya yang berpegang teguh pada altruisme.

Bagi Anda yang belum tahu, altruisme adalah perilaku yang memperhatikan kesejahteraan orang lain tanpa mengindahkan diri sendiri. Ya, ini adalah prinsip yang dipegang teguh selama puluhan tahun oleh dr. Mangku, begitu dia disapa. Sampai akhirnya, dia membaktikan dirinya untuk pengobatan yang bersifat sosial.

Siang itu, dengan mudah dr. Mangku mengingat KlikDokter yang sudah membuat janji wawancara beberapa hari lampau. Sambil memakai tongkat dan membawa totebag, dr. Mangku langsung mengajak masuk KlikDokter ke ruangan dokter. 

"Maaf ya, saya terlambat beberapa menit. Maklum, karena saya harus naik mikrolet," ujarnya singkat membuka perbincangan sambil berjalan menuju ruangannya.

Kisah awal sampai dikenal sebagai dokter yang suka menolong

Dokter Mangku awalnya tidak pernah terpikir bisa menolong kesehatan manusia. Apalagi, latar belakang awal pendidikannya adalah dokter hewan di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1963.

Namun, dia merasa pilihannya menjadi dokter hewan bukan pilihan yang perlu disesali. Singkat cerita, setelah beberapa tahun berkarier sebagai dokter hewan, dia memutuskan menempuh studi sebagai dokter pada 1978 di Universitas Sumatera Utara (USU).

Sejak awal, ia memang ingin menjadi dokter yang bisa membantu sesamanya. Bak gayung bersambut, pada 1995 saat sudah menetap di Jakarta, dia bersama empat rekan lainnya, yakni Prof. Dr. Iwan Dharmansjah seorang farmakolog lulusan Universitas Indonesia, Prof. Dr. Bertens Guru Besar Fakultas Kedokteran Atmajaya Jakarta, Gunawan Santoso pengusaha obat dari Semarang, dan Bambang Widjanarko bekas Staf Pribadi Presiden Soekarno, melakukan kegiatan sosial berupa pengobatan gratis.

Keempatnya tergabung dalam satu gereja dan merupakan anggota jemaat gereja Santo Yohanes Penginjil. 

"Ide awalnya dari Prof. Iwan Dharmansjah untuk bisa membantu orang-orang dengan melakukan kegiatan bakti sosial pengobatan gratis. Saya ingat, waktu itu Prof. Iwan menegaskan bahwa setiap orang pasti punya jiwa altruisme dalam diri mereka, membantu sesamanya," kata dr. Mangku.

Awalnya, ia bersama empat rekan lainnya hanya membuka pengobatan gratis pada hari Minggu setelah ibadah di gereja. Akan tetapi, Prof. Iwan menegaskan bahwa bakti sosial yang dilakukan hanya sesekali tidak efektif dalam membantu orang-orang.

"Bagaimana jika membuat pengobatan gratis yang berkesinambungan. Dengan pengobatan seperti itu jadi bisa membantu dan menjangkau banyak orang," ujar dr. Mangku menirukan kata-kata Prof. Iwan. 

"Coba Anda pikir, kalau ada orang tidak mampu dan sakit TBC, kemudian berobat di bakti sosial yang cuma sekali seminggu? Itu tidak akan maksimal. Karena itu, kami berpikir saat itu perlu dibangun klinik yang bisa membantu mereka yang tidak mampu secara berkesinambungan," jelas dr. Mangku.

Membangun klinik untuk tetap bisa membantu

Cerita kemudian berlanjut ketika usulan membuat klinik disetujui pihak gereja melalui yayasan. Sementara itu, Bambang Widjanarko mempersiapkan sebuah ruangan di Jalan Sambas III No.1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sejak saat itulah, Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan berdiri.

Kemudian sampai September 1996 dibuka juga Klinik Pratama Bhakti Sosial Kesehatan di Jalan Raya Kebayoran Lama No. 295 yang sampai saat ini menjadi tempat dr. Mangku berpraktik. Klinik ini buka setiap Rabu dan Sabtu mulai pukul 14.00.

Dokter Mangku bercerita bahwa dulu bisa sampai 150 pasien datang berobat ke klinik. Pada awal klinik itu dibuka, pasien diperbolehkan berobat tanpa membayar sepeser pun alias gratis. Akan tetapi, pada 2003 akhirnya diberlakukan tarif Rp 2.500 bagi pasien yang ingin berobat.

"Tarif ini bukan untuk bayar dokter. Cuma banyak yang nakal, setelah dapat obat dari sini, obatnya malah dijual lagi," tegas dr. Mangku.

Operasional klinik tersebut menurut dr. Mangku sampai saat ini masih mendapat sumbangan dari banyak orang. Seperti obat-obatan, membayar pekerja klinik, sampai perawatan gedung.

Sekarang, klinik memberlakukan tarif sebesar Rp 10.000 bagi yang mau berobat ke dokter umum dan Rp 15.000 bagi yang mau ke dokter gigi. Tercatat, masih ada tujuh dokter yang secara sukarela memberi diri berpraktik di sana.

"Sebagai catatan, harga segitu sudah sama obat, loh!" tegas dr. Mangku.

Namun, dr. Mangku menegaskan kalau ada pasien yang tak mampu membayar, tetap diperbolehkan untuk berobat. Semua kembali ke semangat awal, ingin membantu orang tanpa pamrih.

Semangat alturisme itu masih berapi-api sampai sekarang

Meski sudah 24 tahun menjalani praktik sebagai dokter yang secara sukarela mau memberikan pengobatan di klinik tersebut, dr. Mangku kelihatan tidak surut semangatnya untuk terus mengamalkan ilmu altruismenya itu.

Bagi dirinya, sampai kapan pun, selama masih bisa dia akan terus membantu orang lain. Dengan kata lain, ia tidak mau ‘pensiun’ membantu orang lain. Menurutnya, dengan bersikap baik pada orang lain, kebaikan itu akan datang kembali kepada diri sendiri. Itu adalah prinsip hidup yang selama teguh dipegangya.

"Saya tadi bilang ke sini naik mikrolet kan, kamu ingat? Sering kali saya tidak membayar kalau turun. Setiap sopir mikrolet yang membawa saya selalu menolak bayaran dan mereka bilang 'tidak usah pak, bapak sudah baik sama banyak orang, sekarang saya juga mau berbuat baik seperti bapak'. Lihat, betapa kebaikan itu bisa membawa kebaikan lainnya," tegas dr. Mangku sambil bergetar mengucapkannya.

"Saya percaya, apa yang kamu tabur, itu juga yang akan kamu tuai. Kalau kamu menabur kebaikan, maka kamu akan menuai kebaikan juga. Saya juga percaya, setiap orang pasti punya sisi ingin menolong orang yang disebut altruisme itu," ungkapnya.

Meski sekarang pasien Klinik Pratama Bhakti Sosial sudah semakin menurun—sekitar 75 orang—setelah munculnya BPJS Kesehatan, dr. Mangku tetap setia untuk berpraktik di sana. Sedikit atau banyak pasien tak menyurutkan langkah ayah lima orang anak ini untuk menyebarkan ‘virus’ altruisme yang ia yakini.

Tetap sehat meski sudah 84 tahun

Dokter Mangku paham betul bahwa kesehatan perlu dijaga untuk tetap bisa membantu banyak orang. Ia pun punya kiat sehat yang sampai sekarang masih dilakukan, yakni berenang.

"Saya sampai sekarang masih rajin berenang. Dulu, saya rajin jalan kaki ke Senayan, mengelilingi Stadion Gelora Bung Karno. Tapi, setelah itu saya memilih berenang. Saya dulu berenang setiap hari, dari pukul 06.00-08.00 pagi. Sekarang saya juga masih berenang seminggu tiga kali, tapi sekarang hanya 1,5 jam setiap kali berenang," tutur dr. Mangku.

Selain itu, ia juga mengaku mengatur asupan makan sejak masih muda. Kalau dilihat tubuh dr. Mangku memang ideal. Satu moto yang juga ia pegang sampai sekarang dan ia yakini membuat dirinya sehat adalah selalu tersenyum.

"Rumus sehat saya adalah atur olahraga, atur makanan, dan atur pikiran. Dan tentu saja selalu tersenyum," sambungnya sambil melemparkan senyum.

Harapan dan pesan untuk dokter muda di Indonesia

Tidak perlu meragukan lagi kiprah dr. Mangku di dunia pelayanan kesehatan. Teladannya begitu luar biasa bagi banyak dokter muda di Indonesia.

Ia pun memiliki harapan besar dan pesan kepada dokter muda di Indonesia dalam momen peringatan Hari Dokter Nasional yang jatuh pada 24 Oktober. Pria kelahiran Lau Tepoe, Sumatera Utara, itu berharap para dokter muda di Indonesia jangan hanya berfokus pada uang dalam melayani pasien.

"Harapan saya cuma satu, jangan dokter muda itu semua melakukan segala sesuatunya karena uang. Tapi marilah semua dokter melakukan sesuai sumpah. Pastikan melakukannya untuk mempertahankan kehidupan seseorang dan jangan mementingkan ekonomi sendiri saja, tapi berbuat baik bagi sesama," tegas dr. Mangku.

Sikap mau membantu dr. Mangku kepada sesama memang perlu dicontoh, tak hanya para dokter tapi semua orang.

"Jadi marilah berbuat baik bagi sesama. Pokoknya saya mau berbuat baik untuk sesama sampai saya mati," tutup dr. Mangku mengakhiri perbincangan dengan KlikDokter.

Bagi dr. Mangku, membantu orang sudah lebih dari cukup untuk bisa memastikan dirinya berguna selama ia masih hidup. Kiranya, teladan yang baik dari dr. Mangku menggairahkan semua orang untuk mau menebar kasih kepada sesama tanpa terkecuali.

[HNS/ RH]

Hari Dokter Nasionalaltruismedr. Mangku SitepoeMangku Sitepoe

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter