HomeIbu Dan anakKehamilanHipertensi Saat Hamil, Apa Bahayanya bagi Ibu dan Janin?
Kehamilan

Hipertensi Saat Hamil, Apa Bahayanya bagi Ibu dan Janin?

dr. Atika, 12 Jul 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Hipertensi saat hamil adalah hal yang harus ditangani dengan baik demi menghindari bahaya pada ibu dan janin. Bahaya apa saja?

Hipertensi Saat Hamil, Apa Bahayanya bagi Ibu dan Janin?

Kondisi hipertensi saat hamil merupakan hal yang cukup sering dijumpai. Menurut sebuah sumber, hipertensi terjadi pada 10 persen dari seluruh kehamilan.

Kondisi meningkatnya tekanan darah pada ibu hamil tentu membutuhkan penanganan tepat. Keadaan ini perlu segera ditangani karena bisa mengganggu kehamilan bahkan berbahaya bagi ibu maupun janin.

Jenis-jenis hipertensi pada kehamilan

Hipertensi pada kehamilan terbagi menjadi beberapa jenis. Pembagian ini didasarkan pada waktu diketahuinya kondisi hipertensi.

Mengapa waktu diagnosis hipertensi adalah hal yang penting? Sebab, waktu munculnya kondisi hipertensi akan menunjukkan sumber penyebab timbulnya hipertensi.

Berikut beberapa jenis hipertensi pada kehamilan antara lain:

  • Hipertensi kronik

Ini adalah kondisi hipertensi yang telah terjadi sebelum kehamilan, atau di bawah usia hamil 20 minggu.

  • Hipertensi kronik dengan tambahan preeklampsia

Hipertensi jenis ini adalah kondisi adanya hipertensi kronik yang semakin memberat (tekanan darah semakin meningkat) disertai munculnya kebocoran protein di urine.

  • Hipertensi gestasional

Hipertensi getasional baru muncul ketika usia kehamilan menginjak 20 minggu ke atas. Namun, tidak ada kebocoran protein pada urine dan gejala kerusakan organ lainnya (untuk membedakannya dengan preeklampsia). Beberapa wanita mengalami hipertensi gestasional yang pada akhirnya berkembang menjadi preeklampsia.

  • Preeklampsia

    Preeklampsia merupakan hipertensi yang baru terjadi setelah 20 minggu kehamilan dan terkait dengan gejala kerusakan beberapa organ. Organ yang sering “diserang” adalah ginjal, hati, darah, dan otak. Sementara itu, gejala preeklampsia yaitu:

  • Adanya kebocoran protein di urine
  • Sakit kepala yang amat berat
  • Pandangan kabur atau mudah silau
  • Nyeri ulu hati, atau bisa juga di bawah tulang rusuk sebelah kanan
  • Mual dan muntah
  • Gangguan fungsi hati yang tampak dari hasil laboratorium
  • Sesak napas
  • Bengkak terutama di wajah dan tangan.

Preeklampsia penting untuk ditangani dengan segera karena bisa menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Karena itu, penanganan yang paling definitif tentunya adalah menghentikan kehamilan tersebut dengan persalinan.

Bahaya hipertensi pada ibu hamil

Hipertensi pada ibu hamil tidak dapat dipandang sebelah mata. Berikut adalah risiko yang dihadapi oleh ibu hamil maupun bayinya, ketika terjadi hipertensi pada kehamilan:

  1. Menurunnya aliran darah ke plasenta

Pembuluh darah di plasenta akan mengantarkan oksigen dan nutrisi pada janin. Karena itu, janin akan mengalami perlambatan pertumbuhan ketika aliran darah di plasenta terganggu (intrauterine growth restriction).

Kondisi yang sama juga bisa berakibat berat badan lahir rendah atau kelahiran prematur. Prematur sendiri bisa berisiko pada janin, seperti organ paru yang belum matang sempurna serta rentan tertular infeksi.

  1. Kerusakan organ tubuh ibu

Akibat kontrol hipertensi pada kehamilan yang buruk, dapat terjadi kerusakan organ yang permanen dan berat. Organ seperti otak, jantung, ginjal, dan hati rentan mengalami cedera pada kondisi ini. Bila kerusakannya sangat parah, nyawa ibu bisa terancam.

  1. Risiko kelahiran prematur

Selain bisa disebabkan aliran darah plasenta yang berkurang, hipertensi juga bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur. Menghentikan kehamilan segera (lewat persalinan) dapat dilakukan demi menyelamatkan ibu maupun bayi. Hal ini biasanya dilakukan ketika ada komplikasi yang mengancam nyawa.

  1. Risiko penyakit jantung di kemudian hari

Khususnya ketika mengalami preeklampsia, terdapat risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah pada ibu di masa yang akan datang.

  1. Terjadi abrupsio plasenta

Abrupsio plasenta merupakan kondisi terlepasnya plasenta dari dinding rahim ibu sebelum proses persalinan terjadi. Kondisi ini juga merupakan komplikasi yang bisa terjadi dari preeklampsia.

Gejalanya berupa munculnya perdarahan hebat yang tentunya mengancam nyawa ibu. Keselamatan bayi juga terancam akibat hilangnya support kehidupan berupa oksigen dan nutrisi dari plasenta yang utuh.

  1. Dapat terjadi eklampsia

Hipertensi pada preeklampsia dapat berkembang menjadi eklamsia. Eklampsia adalah suatu kondisi terjadinya kejang pada ibu hamil penderita preeklampsia. Kejang adalah kondisi yang berisiko merusak organ otak dan dapat berakibat pada terjadinya kelumpuhan. Sayangnya, perkembangan preeklampsia menjadi eklamsia sulit untuk diprediksi.

Begitu banyak bahaya dan komplikasi yang bisa dialami ibu dan bayi ketika terjadi hipertensi saat hamil. Untuk itu, jalanilah kontrol kehamilan Anda secara rutin sesuai waktu yang dianjurkan. Hal ini penting agar kondisi hipertensi bisa segera diketahui ketika telah muncul. Bagi Anda yang sudah terdiagnosis hipertensi saat hamil, teruskan kontrol rutin kehamilan Anda. Jangan lupa konsumsi obat-obatan penurun tekanan darah dari dokter secara teratur.

[HNS/ RVS]

tekanan darahKehamilanBayi Prematurhipertensi saat hamilPreeklampsiaEklampsiaHipertensiIbu HamilHamil

Konsultasi Dokter Terkait