HomeInfo SehatKesehatan UmumSugar Rush Setelah Makan Makanan Manis, Mitos atau Fakta?
Kesehatan Umum

Sugar Rush Setelah Makan Makanan Manis, Mitos atau Fakta?

dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, 27 Mei 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Sugar rush banyak dikeluhkan setelah makan makanan manis. Sebetulnya, ini mitos atau fakta? Simak selengkapnya di sini.

Sugar Rush Setelah Makan Makanan Manis, Mitos atau Fakta?

Banyak orang tua yang membatasi anak mengonsumsi makanan atau minuman manis. Alasannya, jika berlebihan dikhawatirkan akan bikin anak kelebihan energi yang bisa membuatnya hiperaktif, alias sugar rush. Sebetulnya, anggapan tersebut mitos atau fakta?

Sejak tahun 1970 hingga tahun 2000 awal, asupan minuman manis dilaporkan meningkat sebesar 135 persen. Bahkan, data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa salah satu jenis asupan yang merupakan kontributor kalori di era 1988-1994 dan 1999-2000 adalah soft drink. Walaupun obesitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, asupan minuman yang mengandung gula tambahan dapat menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Dewasa ini, sejumlah penelitian mencoba untuk menginvestigasi lebih lanjut mengenai kaitan antara asupan gula dan kesehatan mental. Sebagai contoh, salah satu penelitian menyimpulkan bahwa asupan gula dapat menyebabkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan psikologis.

Dalam rangka menelusuri lebih lanjut mengenai hal tersebut, sekelompok peneliti dari Humboldt University of Berlin, Jerman, serta Universitas Lancaster dan Universitas Warwick di Inggris melakukan telaah ilmiah. Spesifiknya adalah untuk merangkum hasil penelitian yang ada mengenai kaitan antara asupan gula dengan terjadinya sugar rush.

Sugar rush belum terbukti secara ilmiah

Apakah yang dimaksud dengan sugar rush itu sendiri? Terdapat pendapat umum yang mengatakan bahwa setelah mengonsumsi makanan atau minuman manis, seseorang akan mengalami perubahan mood, kesiagaan, kemampuan konsentrasi, dan sebagainya. Respons tersebut diduga timbul akibat kandungan gula dalam makanan atau minuman manis.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal kedokteran “Neuroscience & Biobehavioral Reviews” tersebut menelaah 31 penelitian yang mengevaluasi efek jangka pendek dari pemberian karbohidrat secara oral dalam hal parameter psikologis. Di antaranya adalah efek terhadap kesiagaan, depresi, ketenangan, kelelahan, kebingungan, ketegangan, dan amarah. Selain itu, efek dari asupan gula juga dikaji pada periode waktu yang berbeda-beda, dari 0-30 menit, 31-60 menit, sampai lebih dari 60 menit.

Namun, berbeda dari fakta yang umum dipercaya, analisis dari telaah tersebut tidak menemukan adanya perubahan mood yang signifikan pada berbagai titik waktu setelah asupan karbohidrat tersebut. Para peneliti juga menambahkan bahwa pada kenyataannya, asupan gula berkaitan dengan penurunan kesiagaan serta peningkatan derajat kelelahan dalam 1 jam pertama setelah mengonsumsinya.

Salah satu penulis penelitian, Profesor Elizabeth Maylor dari Universitas Warwick mengharapkan bahwa temuan tersebut dapat mengarahkan pengetahuan bahwa sugar rush belum bisa terbukti secara ilmiah dan menjadi landasan dalam penyusunan kebijakan kesehatan masyarakat untuk menurunkan konsumsi gula.

Masih harus diteliti lebih lanjut

Walaupun hasil dari penelitian tersebut sangat menarik, juga terdapat implikasi yang lebih luas kepada masyarakat umum. Menurut salah satu penulis penelitian, Dr. Sandra Sunram-Lea, peningkatan angka kejadian obesitas, diabetes, dan sindrom metabolik dalam beberapa tahun terakhir menekankan pentingnya strategi penyusunan pola makan yang berbasis bukti. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pola hidup sehat kepada masyarakat. Temuan penelitian menunjukkan bahwa minuman atau makanan yang mengandung gula tidak menyebabkan seseorang menjadi lebih siaga atau aktif.

Jadi, apakah sugar rush setelah makanan manis itu mitos atau fakta, dari hasil telaah ilmiah yang dikatakan belum ada bukti yang cukup untuk membuktikan respons tersebut adalah fenomena yang nyata. Meski demikian, penelitian tersebut punya kekurangan, karena fokusnya hanya pada asupan gula orang dewasa sehat. Padahal, respons bisa berbeda pada individu dengan kondisi medis tertentu ataupun anak-anak. Karenanya, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengonfirmasi hasil yang didapat.

(RN/ RVS)

Makanan Manisminuman manisMitosgulasoft drinkFaktaDiabetesSugar RushObesitasSindrom Metabolik

Konsultasi Dokter Terkait