HomeInfo SehatKulitBisakah Kusta Sembuh Total?
Kulit

Bisakah Kusta Sembuh Total?

dr. Adeline Jaclyn, 09 Sep 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Penyakit kusta dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup bagi penderitanya. Mungkinkah penderitanya sembuh total?

Bisakah Kusta Sembuh Total?

Kusta dikenal juga sebagai penyakit lepra atau penyakit Hansen, merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini semakin mengkhawatirkan karena dapat menimbulkan kecacatan bagi penderitanya.

Di Indonesia sendiri penyakit kusta masih dapat ditemukan di beberapa wilayah, seperti Jawa Timur, Sulawesi, Papua dan Maluku. Meski jarang terjadi, penyakit ini tak bisa dianggap sepele.

Kusta sendiri merupakan penyakit yang menyerang saraf tepi, kulit dan saluran napas atas. Keluhannya dapat menjalar ke seluruh organ kecuali susunan saraf pusat.

Meski tidak menular, seseorang dapat terinfeksi penyakit ini bila melakukan kontak dalam jangka waktu lama dan erat dengan penderita kusta.

Penderita kusta yang terinfeksi kuman biasanya tidak langsung mengalami gejala. Dibutuhkan waktu yang cukup lama hingga timbul keluhan, yaitu rata-rata lima hingga dua puluh tahun lamanya.

Bahaya Kusta yang Tidak Segera Ditangani

Tanpa pengobatan, kusta dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, lengan, tungkai, kaki dan mata. Pada mata dapat menyebabkan kebutaan atau glaukoma.

Penyakit ini juga dapat menyebabkan wajah sulit dikenali, disfungsi ereksi dan infertilitas pada pria, gagal ginjal, kelemahan otot, dan sebagainya. Oleh sebab itu, deteksi dini terhadap penyakit ini sangat diperlukan. Karena kerusakan fisik dan saraf tidak dapat kembali, bahkan jika penyakit sudah sembuh.

Pengobatan kusta sendiri sudah disediakan pemerintah secara gratis. Hal yang penting dalam menangani penyakit ini yaitu motivasi dan dukungan keluarga, serta kepatuhan penderita dalam menjalani pengobatan, karena durasi yang lama.

Pada penderita kusta dengan kerusakan saraf, penggunaan sepatu protektif penting untuk mencegah terjadinya luka pada tukak dan infeksi sekunder.

Artikel Lainnya: Mengapa Mendiang Putri Diana Tak Takut Tertular Kusta?

Reaksi kusta, reaksi tubuh terhadap bakteri

Terdapat istilah lain dalam kaitannya dengan penyakit kusta, yaitu reaksi kusta. Reaksi ini merupakan reaksi tubuh terhadap bakteri yang mati. Ketika penderita mulai mengonsumsi multi-obat, bakteri terbunuh cukup cepat dan dibutuhkan waktu hingga tahunan untuk bakteri yang mati hilang sepenuhnya dari tubuh.

Selama waktu tersebut, tubuh mungkin bereaksi terhadap bakteri yang mati, sehingga timbul rasa nyeri serta bengkak pada kulit dan saraf, maupun bagian tubuh lainnya. Demam, nyeri otot, serta mata yang memerah dan terasa nyeri juga mungkin saja terjadi.

Lebih dari setengah jumlah penderita kusta mengalami reaksi kusta. Namun perlu diketahui, reaksi kusta ini bukan berarti penyakit bertambah parah atau pengobatan tidak berkerja.

Sebuah penelitian tahun 2014 yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura (UNTAN), Pontianak, menemukan 37 orang (66.1 persen) dari 56 pasien kusta di puskesmas Kota Pontianak selama 2008-2013. Rata-rata penderita kusta berusia 15-34 tahun.

Dari penelitian tersebut kemudian ditemukan bahwa faktor yang paling banyak menyebabkan reaksi kusta terjadi adalah stres atau gangguan mental yang dialami oleh 37,8 persen pasien.

Oleh sebab itu, perhatian dari keluarga tercinta dibutuhkan bagi para penderita kusta untuk dapat menjalani pengobatan tanpa mengalami stres.

Artikel Lainnya: Lepra dan Kusta, Adakah Perbedaannya?

Keluhan Penderita Kusta dan Pengobatannya

Gejala kusta dan keluhan yang muncul pada penderita kusta biasa berupa ruam pada kulit yang tampak lebih terang, gelap ataupun merah, disertai dengan sensasi mati rasa pada ruam tersebut. Selain itu, dapat juga tidak ditemukan rambut pada area tersebut. 

Perlu diketahui, penyakit ini amat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi berupa kelainan saraf, kebutaan, serta kecacatan pada tangan dan kaki. Karena mati rasa yang dialami, penderita kusta rentan mengalami cedera berulang atau infeksi yang tidak disadari hingga menyebabkan komplikasi kecacatan.

Sebagai upaya pengobatan, biasanya dokter akan memberikan terapi multi-obat atau multidrug therapy (MDT). Pengobatan bergantung pada tipe kusta yang diderita dengan durasi pengobatan minimal enam bulan, yang dilakukan secara teratur.

Terapi multi-obat ini masih sangat efektif, dan secara umum penderita kusta sudah tidak menularkan penyakit setelah satu bulan menjalaninya. Namun dengan catatan, pengobatan dilakukan pada saat kondisi pasien belum terlalu parah.

Bila tak ada deteksi dini dan penanganan terlambat dilakukan, masa penyembuhan bisa lebih lama.

Penyakit kusta mungkin kurang akrab di telinga Anda. Meski demikian, nyatanya penyakit ini juga mewabah di beberapa daerah di Indonesia, dan bisa jadi daerah Anda pun mengalaminya. Yang terpenting dari penyakit ini adalah adanya deteksi dini, untuk mencegah komplikasi. Sehingga, penderita kusta pun dapat sembuh total setelah menjalani berbagai terapi.

[NP/ RVS]

SarafkulitHari Kusta Seduniareaksi kustaPenyakit HansenMycobacterium lepraeKustaLepra

Konsultasi Dokter Terkait